Kamis, April 18, 2024

Satu Marga Beda Karakter

Baca Juga

mimbarumum.co.id – Pilkada Kota Medan tahun ini berjalan lebih sengit dan menarik dari beberapa kontestasi sebelumnya.

Pasalnya, kali ini kontestasi akan menghadirkan pertarungan antara dua sosok yang sama-sama memiliki banyak ke keunggulan.

Akhyar Nasution, beliau berstatus sebagai petahana. Sebagaimana umum dipahami, petahana memiliki kekuatan yang besar karena telah mengenyam banyak pengalaman di birokrasi.

Bobby Nasution, selain memiliki keunggulan sebagai sosok milenial yang berlatarbelakang terpelajar dan pengusaha, beliau juga jamak dikenal sebagai menantu dari Presiden Jokowi.

Kendati memiliki marga yang sama, Nasution. Namun keduanya memiliki karakter yang sangat bertolak belakang. Akhyar dikenal memiliki karakter ekpsresif.

Baca Juga : Wacana Pembangunan Islamic Center Medan Kembali Menguat

Kebalikannya, Bobby Nasution banyak melempar senyum dan sering menegur-sapa masyarakat. Berdasarkan hal itu, ia kemudian dicap sebagai sosok yang ramah dan santun.

Menurut Akademisi Ilmu Komunikasi Ara Auza, karakter sangat erat hubungannya dengan kebutuhan calon pemimpin akan citra positif saat tampil di hadapan publik.

“Citra positif ini diperlukan untuk mendapatkan dengan mudah dukungan dari masyarakat. Dapat dibentuk atau dicitrakan melalui pesan yang disampaikan,” katanya saat diwawancarai, Rabu (29/7/2020).

Dalam memenangkan pertarungan citra, jelas Ara, seorang calon pemimpin harus mampu menguasi pesan verbal dan pesan non verbal sekaligus. Pesan tersebut dikonstruksi sedemikian rupa untuk menghasilkan citra diri yang positif sebagai pemimpin.

“Contoh sederhana dilakukan Presiden Jokowi. Citra yang ditampilkan Presiden Jokowi melalui media menggunakan simbol-simbol non verbal kesederhanaan seperti penggunaan pakaian yang sederhana dan cara blusukan yang menampilkan citra non verbal Presiden Jokowi yang dekat dengan rakyat,” jelasnya.

“Pesan non verbal ini harus inheren (satu kesatuan) dengan pesan verbal yang disampaikan presiden melalui media massa. Bentuk teks dan pengutipan ucapan dari Presiden, ditampilkan sedemikian rupa memiliki kesesuaian dengan pesan non verbal,” sambung Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Medan Area tersebut.

Sementara dalam komunikasi Akhyar yang kerap menunjukkan karakter tempramental, akan sulit untuk diterima oleh masyarakat serta sulit untuk diperbaiki.

Menurut Ara, masyarakat lebih mudah untuk mengingat hal yang pertama kali dilihat dibandingkan dengan tampilan lain yang ditampilkan setelah kejadian.

“Hal ini biasanya menjadi tantangan bagi Akhyar untuk dapat memperbaiki citra di masyarakat. Ilustrasi sederhana bagaimana opini masyarakat terhadap citra digambarkan seperti melemparkan lumpur ke dinding cat putih. Walaupun bisa dihapus, namun tetap membekas,” paparnya. (Rel)

Editor : Dody Ferdy

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img
Berita Terbaru

Rangkaian Bakti Sosial Bakopam Sumut Berjalan Lancar, Ibnu Hajar: Terima Kasih Kepada Para Donatur

mimbarumum.co.id - Sepanjang Ramadhan 1445 H/ 2024 M, Badan Koordinasi Pemuda Muslim (BAKOPAM) Sumut telah menjalani berbagai kegiatan sosial,...

Baca Artikel lainya