Kamis, April 25, 2024

Helmi Lumpuh Setelah Divaksin

Baca Juga

Aceh, Mimbar – Malang nasib murid sekolah dasar di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh ini. Anak lelaki berusia 7 tahun itu hanya bisa berbaring lemah di tempat tidur, paska mendapat layanan vaksin di sekolahnya.

TM Helmi Stansyah, siswa SD Negeri Pasie Rawa pada Rabu (1/8/2018) lalu bersama pelajar lainnya di sekolah itu mendapatkan suntikan vaksin Measles Rubella (MR) yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie.

Orang tua siswa malang itu menuturkan, sebelum mendapatkan vaksin itu anaknya memang sedang dalam kondisi demam. Kondisi anak justru semakin parah ketika imunisasi itu diberikan kepadanya.

“Habis disuntik itu, besok paginya dia (Helmi) tidak bisa menggerakkan kedua kakinya,” kata Ibu Helmi, Dewi Rani, saat ditemui di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh, Selasa (14/8/2018).

Wanita ini mengaku sudah berupaya menolak tindakan vaksin terhadap anaknya yang masih demam, namun pihak penyelenggara tetap memaksakan agar anaknya mendapatkan imunisasi tersebut.

“Sudah saya bilang jangan disuntik, tetapi mereka bilang cuma pengarahan dan akhirnya mereka tetap suntik,” ujarnya.

Sejak dirawat di RSUZA, kondisi Helmi semakin membaik. Dari awalnya tidak bisa menggerakkan kedua kakinya, kini sudah bisa. Namun, ia masih belum kuat untuk berjalan.

Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr. Hanif membantah bahwa penyakit itu disebabkan dari vaksin MR. Dari hasil investigasi pihaknya, penyakit itu datang secara kebetulan bersamaan dengan dilakukan suntik vaksin.

“Itu secara kebetulan. Tidak berhubungan dengan imunisasi. Ini penyakit sendiri, bukan efek dari vaksin MR,” kata pejabat dinas kesehatan itu.

Selain itu, Ketua Komite Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komda KIPI) Aceh, dr TM. Thaib menjelaskan, ia mencurigai pasien ini memiliki penyakit sendiri. Apalagi, sebelum diimunisasi, pihaknya telah melakukan pengobatan kepada Helmi sebelum diimunisasi.

“Kita suntik setelah demamnya reda, kalau dia masih demam tentu kita akan tunda (memberikan vaksin). Tetapi, saat itu kondisinya sudah membaik,” katanya.

Pasien itu, kata dia, hanya mengalami kelemahan otot. Selama perawatan pihaknya tetap memantau perkembangan pasien. Menurutnya, sejak tiga hari di RSUZA, secara medis kondisi Helmi sudah ada perbaikan.

Belum Ada Informasi

Terkait dengan hal tersebut, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), dr Kirana Pritasari, MQIH mengaku pihak Kemenkes belum mendapatkan informasi. Akan tetapi ia menyebut bahwa jika ada kasus seperti Helmi terjadi pasti segera ada laporan ke Dinas Kesehatan setempat.

“Belum, belum. Belum ada informasi. Tapi jika memang ada kasus seperti itu harus dilaporkan. Nanti ada tim yang dateng untuk verifikasi. Apa betul kejadian itu memang karena imunisasi atau bukan. Nanti KIPI itu yang akan melaporkan, yang memverifikasi,” tutur Kirana kepada detikHealth, Selasa.

Masalah seputar efek samping vaksin masih terus berputar di kalangan masyarakat. Menurut Kirana, vaksin sudah teruji termasuk dalam kaitannya dengan efek samping sehingga sudah aman digunakan.

“Karena ini kan udah diuji nggak mungkin kalau vaksin yang akan digunakan untuk populasi yang besar tidak melakukan seperti itu sebelumnya. Jadi udah ada efikasinya. Udah (diuji) efek sampingnya apa, yang ditekan serendah mungkin,” imbuh dia.

Tetap Berlangsung

Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, menyatakan imunisasi campak rubela di Ibu Kota Provinsi Aceh tersebut tetap berlangsung.”Imunisasi campak rubela di Banda Aceh tidak ada penundaan. Imunisasi ditujukan kepada mereka yang mau,” kata kepala Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, Warqah Helmi di Banda Aceh, Selasa.

Padahal sebelumnya, mencuat desakan penundaan imunisasi campak rubela karena vaksinnya belum dinyatakan halal oleh Majelis Ulama Indonesia.Penundaan imunisasi tersebut juga disampaikan pelaksana tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, sampai vaksin campak rubela dinyatakan halal.

Kendati tetap berjalan, lanjut dia, masih juga ada hambatan, khususnya di sekolah Islam seperti madrasah ibtidaiah, diantaranya ada guru yang tidak mendukung imunisasi.

“Tapi, bagi orang tua dan muridnya yang mau imunisasi, maka tetap kami lakukan. Apalagi imunisasi ini merupakan program nasional yang harus dijalankan pemerintah daerah,” kata Warqah.

Warqah menambahkan, ada 59 ribu pelajar dari berbagai jenjang mulai pendidikan usia dini hingga sekolah menengah atas menjadi sasaran imunisasi di Kota Banda Aceh Agustus dan September 2018.Untuk Agustus 2018, kata dia, target sasaran imunisasi sebanyak 44 ribu lebih murid dan selebihnya pada September 2018 sekitar 14 ribuan. Namun dengan kondisi sekarang ini, ?progres murid yang mendapat imunisasi baru 2.04 persen.

“Walau pencapaian masih rendah, kami terus mengupayakan semua sasaran imunisasi campak rubela bisa tercapai, sehingga Kota Banda Aceh bisa dinyatakan bebas rubela pada 202 mendatang,” kata Warqah Helmi.(vn/dtc/ant)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Ruko Mewah Tanpa Plang PBG di Jalan Jemadi Telah SP2

mimbarumum.co.id - Diduga bangunan rumah toko (ruko) mewah tiga pintu hampir rampung dikerjakan bebas berdiri tanpa plang Izin Mendirikan...

Baca Artikel lainya