mimbarumum.co.id – Krismon merupakan Orangutan pertama yang menghuni Orangutan Haven, rumah jangka panjang bagi orangutan yang tidak dapat dilepasliarkan ke hutan sebagai habitat aslinya.
“Tempat ini didedikasikan untuk memberikan pengalaman inspiratif dan informatif dan edukasi di alam untuk masyarakat luas,” kata Ketua Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) Kusnadi saat konferensi pers bersama media di Hotel Santika Medan, Senin (13/11/2023). Mendampingi General Manajer Orangutan Haven, Hetty Berliana Damanik, Ricko Layno Jaya dan drh. Yenny Saraswati.
Kusnadi menjelaskan, berbagai hal terkait lingkungan dapat dipelajari di Orangutan Haven, mulai dari belajar spesies seperti orangutan dan habitatnya, konstruksi berkelanjutan, pertanian organik, energi terbarukan dan banyak topik lingkungan hidup lainnya.
Hetty Berliana Damanik menyatakan, inisiatif Orangutan Haven berawal dari pengalaman Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Balai Besar KSDA Sumatera Utara), melalui Program Konservasi Orangutan Sumatera (SOCP) sejak tahun 2001 yang telah melepasliarkan lebih dari 350 orangutan ke habitatnya di hutan dengan tujuan membangun populasi orangutan liar baru yang mandiri.
“Seiring perjalanan waktu, terdapat beberapa orangutan yang tidak dapat dilepasliarkan ke alam karena kebutaan, gangguan fisik maupun psikis,” sebut Hetty.
Hetty menerangkan, mengingat orangutan dapat hidup hingga 50 atau 60 tahun bahkan lebih, Orangutan Haven hadir memberikan perawatan dan kesejahteraan bagi individu-individu tersebut selama sisa hidup mereka.
“Fasilitas yang disediakan berupa pulau-pulau yang didesain dengan nuansa alami dan dilengkapi dengan alat panjat dan keranjang bersarang,” imbuh Hetty.
Hingga saat ini kata dia, terdapat 8 Orangutan di Pusat Rehabilitasi Orangutan Batu Mbelin yang berdasarkan kajian para ahli tidak dapat dilepasliarkan dan telah rata-rata 8-12 tahun hidup di dalam kandang di SOCP.
“Setelah berdiskusi cukup dalam dengan para ahli, kita memutuskan perlu memberikan kenyamanan (welfare) kepada 8 Orangutan ini untuk kembali merasakan hidup di alam namun masih dapat dimonitor dan diberikan treatment sebagaimana di pusat rehabilitasi dengan menempatkan orangutan di pulau-pulau yang terisolasi dan secure untuk dirinya,” paparnya.
Dalam kesempatan itu, drh. Yenny Saraswati menjelaskan, setiap individu orangutan akan diperkenalkan ke pulau-pulau di Orangutan Haven secara bertahap. Dikarenakan setiap individu orangutan memiliki karakter yang berbeda.
“Proses pengenalan ini membutuhkan waktu sampai Orangutan dapat terbiasa dengan lingkungan hidup barunya,” jelas Yenny.
Menurutnya keberadaan orangutan di pulau-pulau Orangutan Haven akan berperan sebagai bahan pelajaran dan sekaligus sebagai duta satwa liar yang mengajak pengunjung untuk menjaga hutan yang adalah habitat mereka. Menjaga hutan berarti memberi kesempatan dan ruang bagi kelangsungan hidup mereka di habitatnya.
Lebih luas lagi, pengunjung akan memperoleh informasi dan pencerahan tentang perlindungan hutan, keanekaragaman hayati, dan ekosistem yang sehat dan berfungsi dalam mengintegrasikan kemajuan ekonomi, keadilan sosial dan pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan.
“Orangutan Haven merupakan aset bagi Sumatera Utara dan sekitarnya bahkan Indonesia sebagai sumber daya unik konservasi, pendidikan, pembangunan berkelanjutan, dan rekreasi,” ujarnya.
Dengan areal lebih dari 40 HA, Orangutan Haven terbuka menerima kunjungan masyarakat, juga sekolah yang ingin memanfaatkan fasilitasnya sebagai sumber daya pendidikan.
Berbagai modul pendidikan telah dipersiapkan dan akan senantiasa dikembangkan, termasuk dalam merespon Kurikulum Merdeka Belajar terutama pada Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Pendekatan belajar yang dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan mendorong siswa menjadi lebih berperan aktif, kreatif, inovatif dan mandiri dalam belajar.
Kehadiran Orangutan Haven akan menambah informasi dan mempromosikan konservasi hutan dan orangutan serta kesejahteraan satwa, serta mencerahkan pengunjung dari semua latar belakang dalam mitigasi dan adaptasi menuju gaya hidup yang lebih berkelanjutan di masa depan.
“Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada Yayasan PanEco di Swiss yang selalu memberikan perhatian dan bantuan kepada kami,” ucapnya.
Dikatakannya, kunjungan ke Orangutan Haven hingga kini masih terbatas dengan melakukan komunikasi dan reservasi terlebih dahulu. Diperkirakan Orangutan Haven akan dibuka untuk pengunjung umum di pertengahan tahun depan dengan memproyeksikan orangutan di pulau sudah terbiasa dengan lingkungan hidup barunya.
Reporter : Siti Amelia