Jumat, Maret 29, 2024

Kita kan Anak Medan

Baca Juga

Walau awak belum bisa mastikan kapan laaa dimulai, awak liat kegiatan halal bi halal juga belum ada salahnya.

Setidaknya pemangku kebijakan, terutama yang paham syariah, belum berpendapat negatif untuk status halal bi halal tu.

Begitu pon, kemaren saat awak bertandang ke rumah kawan, melihat betapa halal bi halal membawa makna lebeh dari sekadar bermaafan.

Suasana kekeluargaan, kehangatan dan kebersamaan begitu cair dan memupus banyak hal yang mungkin terjadi sebelumnya. Semangat Syawalan memperkuat silaturrahim antar individu maupun kelompok.

Awak bahkan bisa dibuat kawan2 yang semuanya perempuan itu nyaman di antara mereka, (hehehe bagai lagu lawas, pejantan tangguh) bahkan pulang pon awak sama istri dibekali sesuatu karena awak puasa waktu hadir bersama mereka.

Dari pengalaman yang sangat jarang awak temukan ini, terasa kale laaa betapa Indonesia itu indah di dalam bungkusan apapun yang muncul alamiah dari dalam rakyatnya.

Semangat kebersamaan dan gotong royong yang menjadi ciri bangsa ini jauh sebelum kemerdekaan 74 tahun silam ada dalam halal bi halal kemaren tu.

Karena penasaran, awak coba cari di cyberspace tentang tradisi halal bi halal itu. Pas betol, halal bi halal hanya ada di Indonesia. Tradisi saling memaafkan di hari Lebaran ini tak ditemukan di negara lain, bahkan negara Islam maupon Arab sekali pun.

Konon menurut beberpa literatur yg awak temukan di laman pencari google, tradisi ini bermula dari niat menyatukan bangsa dari perpecahan.

Wow. Kalau melihat kondisi masyarakat kita belakangan ini, halal bi halal bisa menjadi solusi dan memupus silang sengketa yang ada tanpa perlu mencari solusi ke meja peradilan. Apalagi masalahnya tidak berakar pada masalah kriminal.

Dari semua kisah halal bi halal itu, jika dipahami dalam tataran yang setara, awak yaken kejadian ancaman dengan senjata api gegara jalan macet, yang baru saja awak liat di sebuah berita TV, tidak akan berulang kali kejadiannya.

Demikian pula untuk arogansi berkait status, kedudukan dan harta. Hati panas karena beda cara melihat, itu semua tak akan menyelesai masalah, apalagi pakai keributan dan berbekara. Yang ada jurang sengketa makin luas, persatuan pun bisa pecah. Cocok klen rasa?

Kalo pendahulu kita aja bisa masa siii kita gak bisa? Malu dong, kita kan anak Medan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img
Berita Terbaru

APDESI Deli Serdang Gelar Buka Puasa Bersama dengan Jaksa Garda Desa, Bahas Hal Ini

mimbarumum.co.id - Asosiasi Perkumpulan Kepala Desa Seluruh Indonesia ( APDESI) Kabupaten Deli Serdang menggelar kegiatan buka puasa bersama dengan...

Baca Artikel lainya