Jumat, April 19, 2024

Ketika Anak Muda Diskusi

Baca Juga

Pagi Medan!

Dah lebeh setaon awak tak pernah ikot diskusi panjang, apalagi bareng anak muda dan mahasiswa.

Semalam, tak sengaja, hehehe entah laaa pula sengaja, awak terlibat diskusi panjang di sebuah kede kopi di belakang sebuah kampus di kota ini.

Awalnya awak cuma mau cakap2 tentang rencana kecil2an kami di kede itu bareng kawan Darma Lubis, Hambali Baba, Ojie dan Arie.

Tau-tau, begitu kami dah menemukan kesepakatan, eee di halaman kede yang tak laaa luas itu, dah rame anak muda duduk rapi. Awak tengok gayanya, mereka lagi menggelas sebuah diskusi serius laaa keknya.

Di sana awak tengok ada politisi muda usia tapi berotak bagus, Sutrisno Pangaribuan. Dia awak tengok duduk di “kursi panas” diskusi bertiga dengan Edy Ikhsan dan seorang perempuan muda yang memoderasi.

Di dalam kede awak curi2 kupeng siket, ternyata mereka mendiskusikan permasalahan kota tercinta ini walau awak masih sering menjadi “penonton celaka di negeri sendiri”.

Hehehe A to Z (kek gitu kawan2 bule awak bilang) masalah kota ini mereka cakapkan, sampai pada kesimpulannya, kota ini kedepan tak lagi bole dipimpin avonturir politik yang mengandalkan kekuatan kapital dan transaksional.

Berbagai tipikal pemimpen pon bergulir, sampe akhirnya awak dengar, transaksi politik harus stop, kalo sistim politik yang didominasi partai tak bisa menjawab tatangan itu, pengusungan figur langsung ole rakyat jadi alternatif kuat dan rakyat bisa menggalang kekuatan dan mendelegasikan kedaulatannya dengan mengamanahkan kepada orang di percayanya.

Tadi malam itu, walau diskusi harus pindah ke ruangan tempat kami berbicara, karena hujan turun deras, awak dengar semakin jelas kalo Edy Ikhsan, seorang dosen, aktifis sosial dan doktor hukum, satu dari pemantik diskusi itu di dapuk peserta untuk mau maju dan menjadi wali yang bisa melayani mereka kelak di kota ini.

Mereka yakin Edy bisa lebeh baik dan pastinya lebeh manusiawi, bukan lagi menjadikan rakyat kota ini angka yang bisa diperjual belikan atau jadi sumber pendapatan.

Awak yang baru kali itu duduk di kede itu, pon jadi penasaran, apa laaa sebetulnya kede kopi satu ini.

Setau awak selama ini kede2 kopi memang jadi tempat sedap untuk markombur, hehehe jadi terkenang laaa awak sama program tv yang pernah beberapa ratus episode awak asuh.

Tapi kede ini lebeh laaa. Namanya aja buat awak kejot, “Literasi”.

Wow, setau awak, literasi itu istilah yang merujuk pada kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah.

Tentunya pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.

GILA INI Perlu di tiru kede2 kopi yg banyak didatangi anak muda la! Itu yang menari2 dalam benak awak malam tadi.

Kalo laa anak muda dan kede2 kopi macam ini beserak di Medan, awak yaken tak kan berani lagi pemain politik macam2 juga akan bepiker berulang kale laa orang mencoba membeli atau mengemis suara rakyat untuk bermain politik.

Hanya orang yang paham dan diusung rakyat lah mau maju jadi penerimaan amanah kedaulatan dari rakyat. Itu pon, kata peserta diskusi yang awak liat, harus berani, nekad, kuat dan punya “kegilaan” yang positif dalam memperjuangkan amanah yang diembannya.

Kalo gak bisa, kelaot aja? Hehehe ngeri ngeri ngeri, tapi sedap. Cemana klen rasa? Kalo awak mau laaa lagi diskusi macam tu, walau harus pulang malam san telah buat cerita nii hehehe.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Bangunan Ruko Mewah Tanpa PBG di Kelurahan Pulo Brayan Darat II, Alex Sinulingga : Sudah Diberi SP 1

mimbarumum.co.id - Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (PKPCKTR) Kota Medan menyoroti bangunan rumah toko...

Baca Artikel lainya