Kamis, Maret 28, 2024

Kesawan dan Pecinan

Baca Juga

Pagi Medan! Kokpagi

Kemaren entah kenapa tebelokkan kereta (sepeda motor cakap Medannya) awak ke kawasan Kesawan.

Kawasan di Kecamatan Medan Barat, Medan ini kalo awak tengok2 masih nampak bangunan-bangunan peninggalan penjajah Belanda.

Tros, kalo awak baca kesahnya Jalan Ahmad Yani yang berada di kawasan ini merupakan jalan tertua di Medan.

Kalo gak salah info yg awak dapat kawasan ini luasnya 1,03 km².
Di sana ada Gedung kantoor van harrison yg sekarang awak tengok jadi gedung perkebunan London Sumatera (lonsum). Serong awak siket nampak laaa esplanade, hehehe begaya bule siket untuk bilangkan Lapangan Merdeka yg sekarang awak tengok gak lagi merdeka sebagai esplanade.

Dulu sebelom 1880 Kesawan ini kampong orang-orang Melayu, tetapi kemudian orang-orang Tionghoa dari Malaka dan Tiongkok datang dan menetap di daerah ini sehingga Kesawan menjadi sebuah Pecinan.

Setelah kebakaran besar melalap rumah-rumah kayu di Kesawan pada tahun 1889, para warga Tionghoa lalu mulai mendirikan ruko-ruko dua lantai yang sebagian masih tersisa hingga kini.

Awak takot, nanti sesuai perkembangan selera orang di kawasan itu, akan terjadi perubahan struktur dan bentuk bangunan di sana, karena awak tengok sudah ada beberapa yang tak terurus atau direhab.

Padahal ada Peraturan Daerah (PERDA) Kota Medan No. 2 Tahun 2012 tentabg Pelestarian Bangunan Dan/Atau Lingkungan Cagar Budaya, termasuk kawasan Kesawan kalo awak tak silap.

Nah awak mau cakap siket, mengingat kawasan Kesawan dan bangunan di sana menjadi cikal dan sejarah kota Medan modern, awak piker ini menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Kota. Apalagi, konon, sebagian kawasan itu merupakan aset pemerintahan kota dan dilindungi Perda tadi

Kalo saya kunjungan2 pengelola kota membawa hasil maksimal, apalagi ada kerjasama kota kembar segala antara Medan dengan kota2 bertipe hampir mirip, seperti dengan Pulau Pinang yang mampu menjadikan cagar budayanya jadi sumber devisa, kenapa Medan tidak.

Memangnya kita lebeh bodoh dari orang Pulau Pinang tu? Aahhh malu laaa kalo bangunan bersejarah yang pernah/masih eksis di daerah ini hanya akan berharga material, sementara kita bisa dapat nilai lebih dari sejarah yang dikandungnya.

Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij
Hotel Natour Dharma Deli (dulu hotel De Boer); Kantor Pos Besar Medan; Gedung Stasiun Kereta Api, kini telah dibangun jalur khusus kereta api yang rutenya ke Bandara Kualanamu; Titi Gantung; Gedung Bank Modern (dulunya kantor perwakilan Stork); Rumah Tjong A Fie; Cafe Tip Top (masih beroperasi hingga kini dari zaman kolonial);
Gedung Balai Kota Lama;
Bank Indonesia; Gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Medan;
Gedung Warenhuis/plasa pertama di kota ini dan
Rumah Sakit Tembakau Deli hanya akan ada di dalam buku sejarah atau album kenanhan semata.

Aahhh rugi kali laaa cucuku, dia bisa gak kebagean negok sejarah bangsanya, dan terjajah egoisme bangsa sendiri. Cemana klen rasa?

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img
Berita Terbaru

Rakor Lintas Sektoral Pengaman Idul Fitri, Kapoldasu: Tugas Bersama

mimbarumum.co.id - Polda Sumut menggelar rapat koordinasi (rakor) lintas sektoral pengamanan Lebaran Idul Fitri 1445 H bertempat di Aula...

Baca Artikel lainya