Beranda blog Halaman 37

Gak Perlu Antre, Klaim JHT Rp15 Juta Kini Bisa di JMO!

0

mimbarumum.co.id – Kabar gembira bagi peserta BPJS Ketenagakerjaan yang telah memenuhi syarat untuk melakukan klaim Jaminan Hari Tua (JHT). Mulai bulan Mei 2025, peserta BPJS Ketenagakerjaan yang memiliki saldo JHT maksimal Rp. 15 juta dapat mencairkan klaim melalui aplikasi Jamsostek Mobile (JMO) yang dapat diunduh di App Store maupun Playstore.

JMO merupakan aplikasi resmi BPJS Ketenagakerjaan untuk memberikan layanan digital kepada peserta BPJS Ketenagakerjaan meliputi informasi program BPJS Ketenagakerjaan, pendaftaran, pelaporan dan pengaduan hingga cek saldo serta pengajuan klaim JHT tanpa harus datang ke kantor BPJS Ketenagakerjaan.

Manfaat JHT dapat dibayarkan apabila pekerja memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia, termasuk saat mereka berhenti bekerja.

Klaim JHT kini jauh lebih mudah berkat digitalisasi oleh BPJS Ketenagakerjaan lewat aplikasi JMO. Tanpa perlu antre atau ke kantor cabang, cukup lewat ponsel klaim JHT hingga Rp15 juta bisa langsung diproses dengan cepat dan praktis.

Penambahan limit klaim pada aplikasi JMO merupakan wujud nyata komitmen BPJS Ketenagakerjaan dalam meningkatkan kualitas layanan digital. BPJS Ketenagakerjaan terus berinovasi agar seluruh pekerja Indonesia bisa merasakan manfaat maksimal sehingga seluruh pekerja Indonesia bisa Kerja Keras Bebas Cemas.

Kepala Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Langsa, Heru Siswanto, menyambut baik kebijakan tersebut. BPJS Ketenagakerjaan Langsa juga secara aktif melakukan kegiatan pendampingan dalam pengaplikasian Jamsostek Mobile (JMO).

“Kami menyambut baik peningkatan layanan klaim JHT melalui aplikasi JMO ini. Dengan kebijakan baru ini, peserta BPJS Ketenagakerjaan, khususnya yang memiliki saldo JHT maksimal Rp15 juta, kini bisa lebih mudah mengakses manfaat mereka secara mandiri melalui handphone masing-masing,” ujar Heru.

Heru juga mengajak setiap pekerja untuk rutin melakukan cek saldo JHT, sehingga dapat memonitoring langsung penambahan saldo serta status kepesertaannya. Dengan JMO, peserta bisa Kerja Keras Bebas Cemas, karena semua urusan ketenagakerjaan kini ada di genggaman. (rilis)

Polisi Tembak Pelaku Curanmor Scoopy di Kawasan Mandala By Pass Medan

mimbarumum.co.id – Unit Reskrim Polsek Medan Area mengungkap kasus pencurian sepeda motor (curanmor) yang terjadi di Jalan Mandala by Pass Gang Buntu Kelurahan Tegal Sari Mandala 1 Kecamatan Medan Denai, pada hari Selasa (22/4/2025) sekira pukul 19.43 WIB.

Dalam pengungkapan ini, petugas mengamankan seorang pelaku beserta penadah di Jalan Denai Kelurahan Tegal Sari Mandala 1 Kecamatan Medan Denai pada hari Rabu tanggal 07 Mei 2025 pukul 20.00 WIB.

Sedangkan barang bukti diamankan berupa kunci Y yang dipakai tersangka pada saat melakukan pencurian dan uang Rp 180.000 sisa hasil penjualan motor.

“Pelaku atas nama Yogi Primadani (26) warga Jalan Selam 6 Kelurahan Tegal Sari Mandala 1 Kecamatan Medan Denai diberikan tindakan tegas terukur terhadap kaki kanan karena berusaha melarikan diri pada saat dilakukan pengembangan,”kata Kapolsek Medan Area, AKP Dwi Himawan Chandra, Kamis (08/6/2025).

Sedangkan pelaku Mhd Irfan Lubis (29) warga Jalan Selam 6 Kelurahan Tegal Sari Mandala 1 Kecamatan Medan Denai yang merupakan sang penadah hasil curian sepeda motor ditangkap tanpa perlawanan.

“Berdasarkan hasil pemeriksaan, tersangka Yogi mengakui telah melakukan pencurian sepeda motor Honda Scoopy BK 2819 AHN milik korban Ismed Maulana Lubis (30) warga Jalan Mandala by Pass Gg Buntu Kelurahan Tegal Sari Mandala 1 Kecamatan Medan Denai pada hari Selasa tanggal 22 april 2025 sekira pukul 19.43 WIB,”jelasnya.

Kepada petugas, pelaku Yogi juga mengakui telah menjual sepeda motor milik korban kepada pelaku Mhd Irfan Lubis seharga Rp. 3.000.000, kemudian memberikan uang kepada pria berinisial A sebesar Rp 500.000 yang berperan menjadi perantara menjual motor tersebut.

“Sementara pengakuan dari tersangka Irfan, bahwa sepeda motor milik korban telah dijual kembali kepada seorang laki laki berinisial J di wilayah Patumbak yang saat ini masih dilakukan pengembangan lebih lanjut oleh petugas,”ujarnya.

Kapolsek menambahkan pelaku Yogi Primadani merupakan residivis Curanmor di Jalan Denai Gg Jati yang ditangkap oleh Polsek Medan Area pada tahun Tahun 2022 dan baru bebas dari Lembaga Permasyarakatan Maret 2025.

“Tersangka Yogi Primadani juga mengaku pernah melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan (curas) berupa jambret hp di wilayah Tanjung Morawa, Deli Serdang,”pungkasnya.

Reporter: Rasyid Hasibuan/R

ADNI Minta Pemko dan Polrestabes Medan Periksa Pengelola dan Terapis The Vampire Spa

0

mimbarumum.co.id – Praktisi Hukum Sumut, Dr (c) Eka Putra Zakran menyoroti dugaan The Vampire Spa yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Komplek Tomang Elok, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, menyediakan praktik prostitusi dan minuman beralkohol.

Ketua Umum DPP Advokat Negarawan Indonesia (Adni) periode 2025-2030 yang akrab disapa Epza tersebut
menyampaikan tanggapannya kepada awak media, Jumat (9/5/2025).

Menurutnya, jika tempat tersebut tidak memiliki izin tentu harus ditutup oleh Pemerintah Kota Medan.

“Kalau memang itu gak ada izinnya ya tutup, dicabut izinnya itu. Kepada Pemko Medan, apalagi yang sekarang pak Rico Waas, dari segi agama mana pun tidak ada yang membolehkan usaha prostitusi. Harapan kita itu ditinjau ulanglah,” ujar Epza.

Ia pun sangat menyayangkan bila benar dugaan adanya anak di bawah umur di tempat tersebut, dan menegaskan kepada pihak kepolisian agar segera menindaknya.

“Kepada pihak kepolisian kalau emang itu usahanya ya harus ditindak. Apalagi diduga ada yang dibawah umur terapisnya, itu bisa dipidana. Termasuk kategori jual beli orang itu. Harus segeralah pihak kemanan untuk menertibkan,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, The Vampire Spa juga disebut-sebut menyediakan minuman beralkohol dan praktik prostitusi.

The Vampire Spa bahkan disinyalir memasang tarif untuk full servis (all in) atau paket komplit serta “kuda-kudaan” sebesar Rp600 ribu. Benarkah demikian?

Terpisah, ketika awak media coba menghubungi pengelola The Vampire Spa pada Jumat (9/5/2025), lewat 082126325xxx, hingga berita ini masuk ke meja redaksi masih belum memberi tanggapan.

Reporter: Rasyid Hasibuan

Menara Haman dan Teknokrasi yang Tersesat

0

Oleh: Muhibbullah Azfa Manik_

Ketika Firaun merasa tahtanya diguncang oleh seruan seorang nabi bernama Musa, ia tidak hanya mengandalkan kekuasaan militer atau kekayaan kerajaan. Ia juga memanggil salah satu orang terdekatnya—seorang teknokrat bernama Haman. Maka dimulailah proyek yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai bangunan menjulang tinggi ke langit. Tujuannya? Agar sang penguasa bisa “melihat” Tuhan Musa, yang baginya hanyalah sebuah dusta.

“Hai Haman, bangunkanlah untukku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku dapat mencapai pintu-pintu langit, agar aku dapat melihat Tuhan Musa. Sesungguhnya aku memandangnya sebagai seorang pendusta.”

(QS. Al-Ghafir: 36–37)

Kisah ini bukan sekadar mitos atau alegori kosong. Dalam narasi Al-Qur’an, Haman menjadi simbol dari kelas teknokrat yang kehilangan etika. Ia tahu Musa bukan pembohong, ia tahu proyek Firaun adalah kesia-siaan, tetapi ia tetap patuh, menjadikan ilmu dan kemampuannya sebagai alat legitimasi kekuasaan yang menentang kebenaran. Dalam konteks kekinian, ini adalah kritik tajam terhadap praktik pembangunan yang mengabaikan nurani.

Proyek Tanpa Akal Sehat

Kisah menara Haman adalah ironi abadi tentang bagaimana kekuasaan bisa mengabaikan logika dan nilai, selama bisa memuaskan egonya. Dalam sejarah modern, kita sering menyaksikan ulang kisah serupa: proyek-proyek infrastruktur raksasa yang mengorbankan lingkungan dan masyarakat lokal, riset sains yang dimanipulasi demi kepentingan sponsor politik, atau revolusi digital yang melanggengkan pengawasan dan otoritarianisme.

Kita hidup di zaman ketika “pembangunan” nyaris menjadi dogma. Setiap kepala daerah atau pemimpin nasional ingin meninggalkan warisan dalam bentuk beton, baja, dan menara. Namun seberapa banyak dari proyek-proyek itu yang benar-benar menjawab kebutuhan rakyat? Apakah pembangunan itu inklusif, adil, dan berkelanjutan? Atau hanya simbol kesombongan baru yang menyimpan kemiskinan di bawah bayangannya?

Dalam dunia di mana kekuasaan sering kali bersekutu dengan ilmu tanpa etika, kita butuh refleksi serius: apakah teknokrasi yang kita bangun hari ini sedang menghidupkan kembali Haman?

Teknokrasi Tanpa Nurani

Haman bukan sekadar arsitek atau kepala proyek. Ia adalah representasi dari ilmuwan, insinyur, ekonom, dan birokrat yang memiliki otoritas pengetahuan, tetapi memilih diam atau ikut serta dalam ketidakadilan. Ia tahu Musa tidak berdusta, namun ia tetap membantu Firaun untuk menindasnya. Ini adalah potret dari knowledge without conscience—pengetahuan tanpa kesadaran moral.

Kita hidup di tengah kemajuan teknologi yang luar biasa. Kecerdasan buatan, big data, hingga rekayasa genetika telah membuka peluang tak terbatas. Namun, bila semua itu dikendalikan oleh kekuasaan yang hanya mengejar dominasi, maka kita sebenarnya sedang membangun menara-menara baru—bukan menuju Tuhan, tetapi menjauh dari kemanusiaan.

Di sinilah pentingnya membangun tradisi keilmuan yang berpihak. Ilmu tidak boleh netral dalam menghadapi ketidakadilan. Kampus, lembaga riset, bahkan kementerian teknis harus berani mempertanyakan arah kebijakan. Apakah hasil riset kita akan memperkuat oligarki, atau justru memberdayakan yang lemah?

Peringatan Bagi Bangsa Pembangun

Indonesia sedang berada dalam fase pembangunan besar-besaran. Hilirisasi industri, pembangunan IKN, transformasi digital—semuanya adalah agenda strategis. Namun pertanyaan dasarnya tetap sama: apakah pembangunan ini dikerjakan dalam kerangka etika, keadilan, dan partisipasi rakyat?

Kita tidak kekurangan orang pintar. Namun sering kali mereka terjebak dalam struktur yang membuat mereka seperti Haman—berdiri di tengah sistem yang menolak kebenaran, namun tetap berjalan karena loyalitas pada kuasa, bukan kebenaran. Menara Haman memang tidak pernah selesai, tetapi ia tetap menjadi pelajaran penting bagi bangsa mana pun yang ingin membangun, tetapi lupa bertanya: untuk siapa kita membangun?

Musa dan Jalan Pembebasan

Di sisi lain kisah ini, ada Musa. Seorang nabi, tanpa infrastruktur, tanpa kementerian, tanpa birokrasi. Ia datang dengan satu hal: kebenaran. Dan pada akhirnya, justru kebenaran itulah yang menang. Kekuasaan Firaun runtuh, menara Haman sirna. Tetapi pesan mereka abadi: jangan ulangi kesombongan yang sama.

Bangsa ini membutuhkan lebih banyak “Musa” dalam makna simboliknya—akademisi, aktivis, birokrat jujur, tokoh agama, dan rakyat biasa yang berani menyuarakan akal sehat. Yang tidak takut membongkar kebohongan sistemik, meski harus menghadapi “Firaun” di zamannya.

________________________________________

Dalam setiap kampus, laboratorium, dan ruang rapat kebijakan, pertarungan antara Musa dan Haman masih berlangsung. Yang satu membawa kebenaran, yang lain membawa kekuasaan yang pongah. Dan sejarah, dari zaman Mesir kuno hingga abad ke-21, selalu memihak pada mereka yang berani melawan arus kesesatan, meski tanpa menara.

Penulis  adalah dosen Teknik dan Manajemen Industri Universitas Bung Hatta, Pemerhati Kebijakan Pembangunan

Pemko Tanjungbalai – Universitas Deztron Indonesia Dorong Lulusan SMA/SMK Sederajat Kuliah Lewat Beasiswa KIP

0

mimbarumum.co.id – Pemerintah Kota Tanjungbalai menunjukkan komitmennya dalam memajukan dunia pendidikan dengan membuka akses seluas-luasnya bagi generasi muda untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Salah satu langkah nyata tersebut diwujudkan melalui kerjasama dengan Universitas Deztron Indonesia (UDI) dalam penyelenggaraan sosialisasi program beasiswa KIP Kuliah.

Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan di Aula Dinas Pendidikan Kota Tanjungbalai, Jum’at (9/5/2025) dihadiri Wakil Rektor UDI, Dr. H. Yohny Anwar, SH, MH, Wakil Wali Kota Tanjungbalai M uhammad Fadhly Abdina, S.P., M.Si, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tanjungbalai, Mariani, S.Si., M.Si serta para siswa dan tenaga pendidik dari berbagai sekolah.

Dalam sambutannya, Fadly Abdina menegaskan bahwa pendidikan menjadi salah satu sektor yang saat ini tengah dibenahi secara serius oleh pemerintah daerah.

“Kami percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka masa depan yang lebih baik. Karena itu, kami tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga membuka peluang nyata bagi anak-anak Tanjungbalai yang memiliki semangat dan keinginan kuat untuk kuliah.

Masa depan adalah milik mereka yang mempersiapkan diri sejak sekarang. Pemerintah hadir untuk membantu mewujudkan mimpi anak-anak Tanjungvalai tersebut” ujar Fadly lagi.
Lebih lanjut dikatannya, pentingnya menanamkan nilai pendidikan dalam diri sendiri sejak dini, sebagai bekal untuk menghadapi tantangan di masa mendatang.

Program KIP Kuliah ini hadir sebagai solusi bagi siswa-siswi yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi tetapi terkendala biaya. Dengan adanya kerja sama antara Pemko Tanjungbalai dengan UDI ini diharapkan semakin banyak lulusan SMA/SMK sederajat yang bisa menggapai cita-cita mereka tanpa harus khawatir soal pembiayaan.

Sementara itu Wakil Rektor UDI Dr. H. Yohny Anwar, SH, MH mengatakan Universitas Deztron Indonesia sangat memahami bahwa tidak semua siswa memiliki kemudahan dalam mengakses pendidikan tinggi.

Oleh karena itu, kami hadir bersama Pemerintah Kota Tanjung Balai untuk membuka jalan bagi putra-putri terbaik daerah ini agar dapat melanjutkan studi melalui program beasiswa KIP Kuliah.
“Kami percaya bahwa di Tanjungbalai, banyak anak-anak muda yang memiliki potensi besar. Yang mereka butuhkan hanyalah kesempatan. Dan hari ini, kesempatan itu ada di depan mata” ujar Yohny Anwar lagi.

Menurutnya, sosialisasi ini tidak hanya memberikan informasi teknis seputar beasiswa, tetapi juga motivasi dan dorongan bagi para siswa agar berani bermimpi besar dan memperjuangkannya lewat jalur pendidikan.

Reporter : R/Jalaluddin

Terima Kunjungan Kanwil Imigrasi Sumut,  Gubernur Bobby Nasution Usulkan Penerbangan Internasional ke Kawasan Danau Toba

0
mimbarumum.co.id – Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Bobby Afif Nasution menyampaikan usulan pembukaan penerbangan internasional (Direct Flight) dari dan ke kawasan Danau Toba melalui Bandara Silangit, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput). Hal itu sejalan dengan operasionalisasi Autogate Imigrasi di Bandara Internasional Kualanamu.
Hal itu diungkapkan Gubernur Bobby Nasution saat menerima kunjungan Kepala Kanwil Ditjen Imigrasi Sumut Teodorus Simarmata dan Kepala Kanwil Ditjen Pemasyarakatan Sumut Yudi Susesno, bersama jajaran di ruang kerjanya, Kantor Gubernur, Lantai 10, Jalan Diponegoro, Medan, Jumat (9/5/2025). Turut mendampingi, Asisten Pemerintahan dan Kesra Basarin Tanjung, Kepala Kesbangpol Mulyono dan sejumlah pejabat lainnya.
Menurut Gubernur, keberadaan Autogate Imigrasi ini mempercepat proses pemeriksaan imigrasi, mengurangi antrean, dan meningkatkan efisiensi layanan keimigrasian di Bandara Kualanamu. Mengingat Provinsi Sumut memiliki tujuan destinasi wisata yang digemari turis dari luar negeri. Beberapa di antaranya telah dikenal dunia, seperti Danau Toba, Bukit Lawang, Kepulauan Nias dan lainnya.
Karenanya, ia juga menyarankan agar pihak Imigrasi memberikan dukungan jika usulan penerbangan langsung ke kawasan wisata Danau Toba dari luar negeri, khususnya Malaysia dan Singapura, bisa berjalan. Saat ini pihaknya menyampaikan rencana tersebut ke Kementerian Pariwisata dan Kementerian Perhubungan RI.
“Saya mau sampaikan bahwa sudah ada komunikasi ke Kementerian Pariwisata RI. Jadi nanti bisa ada penerbangan langsung ke kawasan Danau Toba (Bandara Silangit) dari Malaysia dan Singapura. Saya minta dukungan dari Imigrasi, tetapi setelah nanti komunikasi kita selesai dengan Kementerian Perhubungan,” ujar Bobby.
Sementara, Kepala Kanwil Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi Sumut Teodorus Simarmata menyampaikan, pihaknya mengundang Gubernur untuk mengunjungi Operasional Autogate di Bandara Kualanamu. Sekaligus juga melihat keberadaan Pekerja Migran Indonesia (PMI) Lounge (fasilitas ruang tunggu untuk pekerja migran Indonesia).
“Kami berharap Pak Gubernur mengunjungi dan nanti mungkin masih ada hal-hal yang menjadi catatan perbaikan. Kami menunggu kunjungan beliau. Termasuk juga kami memohon petunjuk beliau dalam rangka penataan pengungsi, khususnya di Sumatera,” sebutnya, usai pertemuan.
Sebagaimana diketahui bahwa autogate imigrasi adalah sistem perlintasan otomatis yang menggunakan teknologi biometrik (sidik jari dan wajah) untuk memverifikasi identitas dan izin masuk/keluar seseorang di perlintasan imigrasi. Sistem ini memberikan kemudahan dan kecepatan bagi pelintas untuk melewati pemeriksaan imigrasi secara mandiri.
Sedangkan PMI Lounge adalah fasilitas ruang tunggu khusus di bandara yang disediakan untuk Pekerja Migran Indonesia (PMI). Fasilitas ini menyediakan tempat untuk beristirahat, transit, dan mendapatkan informasi keimigrasian yang dibutuhkan. Lounge ini merupakan bentuk apresiasi dan perhatian pemerintah kepada para PMI yang telah berkontribusi bagi perekonomian negara.
Reporter : Siti Amelia

Serahkan SK Pengawas Perumda Tirtanadi Gubernur Sumut Bobby Nasution Minta Optimalkan Layanan

0
mimbarumum.co.id – Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Muhammad Bobby Afif Nasution menyerahkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Sumut tentang pengangkatan dua anggota Dewan Pengawas Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirtanadi. Kedua dewan pengawas tersebut yakni Yudha Johansyah, dan Andi Atmoko Panggabean. 
Acara Penyerahan Keputusan Gubernur tersebut berlangsung di Kantor Gubernur Sumut, Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30 Medan, Jumat (8/5). Kepada dua anggota Dewan Perumda Tirtanadi yang baru dilantik,  Bobby Nasution meminta untuk lebih mengoptimalkan layanan kepada masyarakat.
“BUMD mempunyai dua fungsi layanan yakni pelayanan dan bisnis. Untuk itu, pastikan fungsinya berjalan baik, agar seluruh masyarakat bisa mendapatkan pelayanan yang optimal,” kata Bobby Nasution, dalam arahannya.
Fungsi kedua adalah bisnis, yang tujuannya untuk profit oriented. Bagaimana pun, kata Bobby, BUMD juga berperan memberikan PAD kepada pemerintah. Karena itu, tugas utama dari dewan pengawas adalah mengisi kekosongan direksi yang ada di Perum PDAM Tirtanadi, agar layanan bisa dirasakan oleh masyarakat.
“Kita tahu bukan hal yang bisa ditutupi lagi, bahwa pelayanan Tirtanadi ini memang belum bisa melayani optimal. Masih banyak keluhan, masih banyak yang menyampaikan belum teraliri. Jadi ini tolong direksi, dewas, dan Biro Perekonomian, benar-benar masyarakat Sumut, harus mendapat pelayanan paling dasar, yaitu air,” ucapnya.
Selain itu, Bobby Nasution juga meminta kepada dewan pengawas, direksi, serta organisasi perangkat daerah yang terkait untuk membuat kajian tentang BUMD. Bagaiamana meningkatkan value dari aset BUMD. Seperti semangat yang dilakukan oleh Presiden RI Prabowo Subianto, yakni menggabungkan sejumlah aset BUMN agar nilai asetnya bertambah.
Dengan bertambahnya dua orang dewan pengawas, kata Bobby Nasution, maka pada hari ini Dewan Pengawas Perumda Tirtanadi sudah sesuai dengan persyaratan. Dewan Pengawas Perumda Tirtanadi yakni Arief S Trinugroho, Effendy Pohan, Yudha Johansyah, dan Andi Atmoko Panggabean.
“Saya mengucapkan selamat kepada Pak Moko dan Pak Yudha yang baru saja mendapatkan SK sebagai dewan pengawas di Perumda Tirtanadi. Artinya pada hari ini dewan pengawas sudah lengkap, sudah ada empat, sesuai aturannya. Tinggal direksi masih banyak yang kosong,” katanya.
Turut hadir pada acara tersebut Sekdaprov Sumut Effendy Pohan, Inspektur Sumut Sulaiman Harahap, Dewan Pengawas Tirtanadi Arief S Trinugroho, Staf Ahli Gubernur, jajaran Direksi Perumda Tirtanadi, pimpinan OPD Pemprov Sumut, dan undangan lainnya.
Reporter : Siti Amelia

CORONG: Pemikiran Pramoedya Ananta Toer dalam Konteks Indonesia dan Dunia Kontemporer

0

PRAMOEDYA Ananta Toer (Pram) adalah salah satu sastrawan terpenting Indonesia yang karyanya tidak hanya memiliki nilai sastra tinggi, tetapi juga menjadi refleksi kritis terhadap kolonialisme, nasionalisme, dan otoritarianisme. Melalui karya-karyanya seperti Tetralogi Buru dan Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, Pram menyoroti ketidakadilan, represi politik, dan mentalitas terjajah yang masih relevan hingga saat ini.

Dalam konteks dunia terkini—di tengah meningkatnya populisme, ketimpangan sosial, dan ancaman otoritarianisme—pemikiran Pram menjadi cermin untuk memahami dinamika politik dan sosial di Indonesia maupun global.

Pram menggunakan sastra sebagai senjata melawan kekuasaan yang represif. Dalam Tetralogi Buru, ia mengkritik kolonialisme Belanda sekaligus otoritarianisme Orde Baru. Situasi ini mirip dengan kondisi dunia saat ini, di mana kebebasan berekspresi semakin terancam oleh rezim yang membungkam kritik.

Di Indonesia, misalnya, UU ITE sering digunakan untuk membatasi suara oposisi, sementara di negara lain seperti Hong Kong, Myanmar, dan Rusia, penguasa memberangus media dan aktivis.

Karya Pram mengingatkan kita bahwa sastra bisa menjadi “arsip alternatif” ketika sejarah resmi dimanipulasi. Di era disinformasi dan hoaks, fungsi sastra sebagai penjaga memori kolektif semakin penting. Misalnya, di Amerika Serikat, gerakan Black Lives Matter menggunakan sastra dan seni untuk melawan narasi rasisme sistemik—mirip dengan cara Pram menantang Orde Baru melalui tulisan.

Nasionalisme Bukan Simbolisme Kosong

Pram membedakan antara nasionalisme yang berbasis keadilan sosial (”nasionalisme otentik”) dan nasionalisme sempit yang digunakan elite untuk mempertahankan kekuasaan (”nasionalisme palsu”). Kritik ini sangat relevan di Indonesia hari ini, di mana nasionalisme sering dikapitalisasi untuk kepentingan politik praktis. Misalnya, jargon “NKRI Harga Mati” atau “Radikalisme Ancaman Nasional” kerap dipakai untuk membungkam kritik, sementara ketimpangan ekonomi dan korupsi tetap merajalela.

Di tingkat global, nasionalisme populis juga sedang naik daun—dari Trump di AS, Modi di India, hingga Erdogan di Turki. Mereka menggunakan retorika nasionalis untuk menggalang dukungan, tetapi kebijakannya justru memperdalam polarisasi dan ketidakadilan. Pram mengingatkan kita bahwa nasionalisme sejati harus inklusif dan berorientasi pada kemanusiaan, bukan sekadar simbolisme kosong.

Salah satu tema utama Pram adalah “mentalitas terjajah”—bagaimana bangsa yang merdeka tetap terbelenggu oleh pola pikir kolonial. Dalam “Anak Semua Bangsa”, ia menggambarkan tokoh-tokoh pribumi yang masih mengagungkan budaya Barat dan merendahkan identitas sendiri.

Fenomena ini masih terlihat di Indonesia saat ini, misalnya elite politik dan ekonomi yang lebih bangga menggunakan produk luar negeri daripada mendorong kemandirian nasional, sistem pendidikan yang masih mengadopsi kurikulum Barat tanpa adaptasi kritis, dan budaya konsumerisme yang menjadikan gaya hidup impor sebagai simbol status.

Di dunia pascakolonial lainnya, seperti Afrika dan Amerika Latin, masalah serupa terjadi—negara merdeka secara politik tetapi masih bergantung pada korporasi global dan kebijakan neoliberal. Pram mengajarkan bahwa kemerdekaan sejati harus mencakup dekolonisasi pikiran.

Pram membongkar bagaimana penguasa mengontrol sejarah melalui narasi resmi. Orde Baru menghapus peran kaum kiri dari buku pelajaran, sementara hari ini, rezim di berbagai negara memanipulasi sejarah untuk legitimasi kekuasaan. Di Indonesia, misalnya, upaya glorifikasi Orde Baru oleh sebagian elite politik mencerminkan betapa sejarah masih menjadi medan pertarungan.

Sastra Menjadi “Counter-Narrative”

Di tingkat global, kita melihat perang narasi serupa. Rusia mengubah sejarah Perang Dunia II untuk membenarkan invasi ke Ukraina. China menulis ulang sejarah Hong Kong dan Tibet untuk memperkuat nasionalisme Partai Komunis. AS dan Eropa mempertahankan narasi heroik kolonialisme dalam museum dan kurikulum.

Pram menunjukkan bahwa sastra bisa menjadi “counter-narrative”—seperti Tetralogi Buru yang mengabadikan kisah yang sengaja dihapus penguasa. Di era digital, peran ini bisa diambil oleh media independen, dokumenter, atau sastra alternatif.

Pengalaman Pram sebagai tahanan politik di Pulau Buru mengajarkan tentang ketahanan manusia dalam kondisi dehumanisasi. Catatannya dalam “Nyanyi Sunyi Seorang Bisu” menunjukkan bahwa meskipun tubuh dirantai, pikiran tetap bisa merdeka. Hal ini relevan dengan situasi para aktivis dan pembela HAM hari ini yang dipenjara karena bersuara, seperti di Myanmar, Filipina, atau bahkan Indonesia (kasus penahanan aktivis Papua).

Di tengah meningkatnya pengawasan digital (digital surveillance), Pram menginspirasi kita bahwa perlawanan bisa dilakukan dengan berbagai cara—seni, sastra, atau bahkan diam yang bermakna.

Jika Pram hidup hari ini, ia mungkin akan menulis tentang oligarki digital yaitu bagaimana kekuasaan ekonomi-politik mengontrol media sosial dan algoritma, nasionalisme algoritmik yaitu propaganda nasionalis yang disebarkan melalui platform digital atau dehumanisasi teknologi yaitu ketika kebijakan negara (seperti social credit system di China) mengontrol kehidupan warga.

Karya-karyanya juga menginspirasi gerakan literasi kritis di era banjir informasi. Seperti kata Pram: “Sastra ada untuk mengingatkan kita bahwa manusia harus tetap manusia—bahkan ketika dunia gila.”

Meminjam artikel kami berjudul “Pram: Yang Disayang atawa yang Terbuang (Nasionalisme, Kolonialisme, dan Pascakolonialisme Napi Pulau Buru)” (Suyadi, Lela Erwany, Asnidar, Rosliani) dalam program Menulis Bersama 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer ditaja Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Pusat, Pramoedya Ananta Toer bukan hanya sastrawan, melainkan pemikir yang warisannya tetap hidup dalam perjuangan melawan ketidakadilan.

Kritiknya terhadap kolonialisme, nasionalisme sempit, dan otoritarianisme masih relevan di Indonesia dan dunia saat ini. Di tengah ancaman demokrasi, ketimpangan, dan dehumanisasi, Pram mengajarkan bahwa sastra dan narasi tandingan adalah senjata terakhir untuk mempertahankan kemanusiaan.

Sebagai penutup, pertanyaan Pram masih menggema: “Jika kau tak mau dibungkam, apa yang akan kau perbuat?” Di era di mana kebenaran sering dikubur oleh kekuasaan, menjawab pertanyaan itu adalah tugas kita semua.

• Suyadi San

 

BPJS Ketenagakerjaan Langsa Sosialisasikan Pentingnya Perlindungan Bagi Siswa Magang

0
mimbarumum.co.id – BPJS Ketenagakerjaan Cabang Langsa melaksanakan kegiatan sosialisasi program kepada calon peserta magang di SMK Negeri 1 Langsa. Kegiatan berlangsung di 2 hari pada tanggal 7 sampai 8 Mei 2025 di Aula SMK Negeri 1 Langsa.
Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk menjelaskan kepada para siswa tentang pentingnya jaminan sosial ketenagakerjaan. Bertepatan juga dengan jadwal dari sekolah yang mulai memasuki periode magang ke perusahaan, yang nantinya tentu memiliki resiko kecelakaan kerja.
Kepala Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Langsa, Heru Siswanto, dalam kesempatan terpisah menjelaskan bahwa setiap pekerjaan pasti memiliki resiko. Termasuk bagi siswa magang. Hal ini menjadi penting dikarenakan BPJS Ketenagakerjaan merupakan badan yang ditunjuk pemerintah untuk menyelenggarakan perlindungan pekerja, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja.
“Kami mengapresiasi pihak SMK Negeri 1 Langsa yang mengundang kami untuk melakukan sosialisasi dan mendaftarkan siswanya yang akan melaksanakan kegiatan magang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Siswa magang tentu akan memiliki resiko yang sama dengan para pekerja di perusahaannya nanti sehingga butuh jaminan sosial ketenagakerjaan,” ujar Heru.
Heru juga mengajak seluruh sekolah di Kota Langsa yang memiliki siswa magang agar mendaftarkan para siswanya tersebut. Sehingga jika terjadi resiko kecelakaan kerja, hal tersebut tidak akan menjadi beban sekolah, maupun pihak keluarga.
Dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan, para pekerja termasuk siswa magang akan dapat bekerja lebih tenang, sesuai dengan tagline “Kerja Keras, Bebas Cemas”. (rilis)

Dosen FAI UMSU Laksanakan Pengabdian Masyarakat di MAM 13 Sei Rampah Sergai

0

mimbarumum.co.id – Dalam menjalankan Tri Dharma perguruan tinggi, sebagai dosen harus menjalankan kewajibannya yaitu melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Untuk itu, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) juga melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Madrasah Aliyah Muhammadiyah (MAM) 13 Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) pada Selasa tanggal 6 Mei 2025.

Dalam keterangan diterima Jumat (9/5/2025), pengabdian masyarakat dengan judul Penguatan Al Islam dan Kemuhammadiyahan bagi Guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 13 Sei Rampah berjalan dengan lancar. Pemateri dalam kegiatan pengabdian masyarakat disampaikan oleh Ustadz Mahmud Yunus Daulay, MA dan Faisal Amri Al-Azhari, S.Th.I, M.Ag.

Pengabdian masyarakat dibuka secara resmi oleh pimpinan daerah Muhammadiyah Kabupaten Serdang Bedagai H. Syrafruddin Effendi Panjaitan, S.Pd serta dihadiri oleh pimpinan cabang Muhammadiyah Kecamatan Sei Rampah. Sedangkan kegiatan materi diisi pertama oleh Mahmud Yunus Daulay, MA tentang sejarah berdirinya Muhammadiyah.

Mahmud Yunus menyampaikan bahwa Muhammadiyah berdiri pada 8 Dzulhijjah 1330 H atau bertepatan pada tanggal 18 November 1912 di Kauman, Kota Yogyakarta. Dijelaskan bahwa pendirian Muhammadiyah diawali oleh keberadaan Sekolah Rakyat bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang didirikan KH. Ahmad Dahlan pada awal tahun 1912.

“Madrasah tersebut ketika itu mengadakan proses belajar-mengajar pertama kali dengan memanfaatkan ruangan berupa kamar tamu di rumah KH. Ahmad Dahlan yang memiliki panjang 6 meter dan lebar 2.5 meter, berisi tiga meja dan tiga kursi panjang serta satu papan tulis. Pada saat itu ada sembilan santri yang menjadi murid di Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah,” paparnya.

Materi kedua disampaikan oleh Faisal Amri Al-Azhari, S.Th.I., M.Ag dengan paham agama tentang Muhammadiyah. Beliau menyampaikan tentang Manhaj Muhammadiyah. Prof. Yunahar Ilyas1 menjelaskan bahwa Muhammadiyah dalam memahami Islam berdasarkan pada Alquran dan as-Sunnah.

Yakni tidak terikat aliran teologis, madzhab fikih, dan tarekat sufiyah apapun. Walaupun secara de-facto Ahlussunnah. Khusus di bidang akidah, dalam memahaminya dari Alquran dan as-Sunnah, Muhammadiyah menganut metode dan paham Salafiyah.

Hal itu telah dinyatakan dalam Himpunan Putusan Tarjih. Muhammadiyah dalam hal Akidah merujuk kepada kalangan umat terdahulu yang selamat (alfirqat al-nājiyah min al-salaf). Muhammadiyah menunjukkan karakter yang moderat sehingga dimasukkan dalam katagori Salafiyah Wāsithiyah, yaitu Salafiyah yang cenderung di tengah-tengah dan moderat dan jauh berbeda dari Salafiyah Muhammad ibn Abd al-Wahhāb dan Rasyid Ridla.

Sementara itu, Kepala Madrasah Aliyah Muhammadiyah 13 Sei Rampah, Muhammad Arsyad Al-Fuadi Lubis, S.Pd saat menutup kegiatan pengabdian tersebut menyampaikan semoga kegiatan pengabdian masyarakat kepada guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 13 Sei Rampah berjalan dengan rutinitas agar guru-guru bisa lebih memahami dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari tentang pentingnya organisasi Muhammadiyah.

Reporter : Djamaluddin