Beranda blog Halaman 2582

Ayu Histeris Lihat Suami

0

Medan, (Mimbar) – Penyakit Hernia yang dideritanya sejak remaja diduga menjadi alasan bagi Abdullah (32) untuk mengakhiri hidup dengan cara menggantung diri dengan sehelai kain selendang di langit-langit atap kamar mandi, Jum’at (13/1) siang.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai pengangkut kayu bakar pada sebuah usaha milik abangnya itu ditemukan sudah tak bernyawa di kediamannya Jalan M. Yakub Lingkungan XIII Kelurahan Sei Kera Hilir Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan.

Ketika itu, Ayu wanita yang telah dinikahinya sejak tiga tahun lalu menaruh curiga karena suaminya yang berada di dalam kamar mandi tak kunjung keluar. Penasaran, Ayu mengintip dari celah kamar mandi. Sontak ia terkejut karena melihat sehelai kain yang tergantung.

Wanita itu segera memanggil ibu mertua dan keluarga lainnya, secara bersama-sama mereka mendobrak pintu kamar mandi tersebut. Setelah pintu terbuka, Ayu dan keluarga histeris melihat Abdullah sudah dalam kondisi tergantung dengan menggunakan selendang yang di pakainya untuk mengikat perutnya.

“Kami juga tak tau pasti kapan kejadian, karena yang tau pasti itu istrinya,” ucap Mala, kakak kandung korban. Dia mengakui adiknay itu memang menderita sakit Hernia sejak lama.

Mala juga mengungkapkan pihak keluarga sudah iklas atas kematian korban sehingga tidak mengijinkan dilakukannya visum/otopsi terhadap jenazah. Almarhum selanjutnya dikebumikan usai sholat ashar di tempat pemakaman umum (TPU) Gang Istirahat.

Kanit Reskrim Polsek Medan Timur Iptu Ainul Yaqin membenarkan kematian korban murni karena buhun diri.

“Ya benar, korban murni bunuh diri. Dan keluarga korban sudah membuat surat pernyataan tidak keberatan atas tidak dilakukannya visum terhadap tubuh korban,” kata perwira itu. (AE)

Pohon Ratusan Tahun Tumbang di Lapangan Merdeka

0

Medan, (Mimbar) – Sebuah pohon ukuran besar yang ditengarai berusia ratusan tahun yang selama ini berdiri kokoh di pinggiran Lapangan Merdeka Medan, mendadak roboh tanpa sebab. Padahal, saat itu tidak ada angin ekstrim ataupun hujan deras.

Tumbangnya pohon trembesi itu mengakibatkan sejumlah kendaraan mobil ringsek tertimpa batang pohon. Dua unit mobil yang paling parah kerusakannya, yakni satu unit mobil Maza BK1531 IW dan satu unit mobil CRV BK69 UB.

Selain merusakkan bodi mobil, pengendara di dalamnya juga mengalami luka cukup serius sehingga harus mendapatkan perawatan segera. Asri (41) dan Yusman (43) segera dirujuk ke rumah sakit Putri Hijau, Medan.

Dua orang pengendara sepedamotor yang melintas di Jalan Balai Kota itu juga turut menjadi korban. Pengendara itu, Handi yang mengalami luka pada bagian dada dan Fachreza yang mengalami luka pada bagian punggung juga sudah dilarikan petugas ke rumah sakit Islam Malahayati, Medan.

Fenomena tumbangnya pohon trembesi yang dikenal sebagai pohon dengan akar yang sangat kuat itu sempat menjadi perbincangan warga Kota Medan karena biasanya penyebabpohon tumbang karena terpaan angin kencang atau karena derasnya hujan.

Di media sosial bahkan ada yang mencoba mengkaitkan peristiwa itu dengan persoalan kepemimpinan di kota ini. Namun banyak diantara para netizen menyoroti keberadaan pusat jajanan Merdeka Walk sebagai penyebab tumbangnya pohon tersebut.

Warga menduga, banyaknya bangunan permanen di lokasi Lapangan Merdeka Medan itu menjadi penyebab utama akar pohon menjadi lapuk sehingga tidak mampu lagi menahan beban batang yang besar dan menjulang tinggi.

Kepala Dinas Pertamanan Kota Medan Zulkifli Sitepu kepada wartawan menjelaskan, akar pohon tua itu terlihat sudah mengering. Keberadaan lantai terbuat dari cor-coran semen diduga menyebabkan akar pohon tidak mendapatkan oksigen sehingga akhirnya mati.

“Sangat tidak dibenarkan di bawah sekitaran pohon itu disemen. Kejadian pohon tumbang itu pun akibat bencana dan coba tanya ke BPBD,” ujar Zulkifli.

Peristiwa tumbangnya pohon tersebut menyebabkan arus lalulintas di kawasan Jalan Ahmad Yani, Jalan Balai Kota dan Jalan Raden Saleh menjadi macet total. Sejumlah aparat kepolisian dari satuan laulintas terlihat melakukan upaya penguraian lalulintas agar
kembali normal. (AE)

Warga Janji Matogu Mengaku Baru Merdeka

0

Tapsel, (Mimbar) – Meski bangsa ini setiap tahun kerap merayakan kemerdekaan, tepatnya setiap tanggal 17 Agustus bahkan sudah dilaksanakan sebanyak 71 kali, tetapi ternyata masih ada sebagian dari rakyat Indonesia yang baru merasakan kemerdekaannya pada akhir pekan lalu.

Ratusan kepala keluarga (KK) di Desa Janji Matogu, Kelurahan Pardomuan, Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara bersuka cita setelah Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro (PLTMH) rampung pengerjaannya dan berhasil menerangi rumah mereka.

“Kami sangat berterima kasih khususnya kepada Bupati Tapsel. Atas kepeduliannya pulalah kami merasa merdeka dari kegelapan malam,” ujar Neson Silaban (55), salah satu tokoh masyarakat Janji Matogu kepada Mimbar, Sabtu (7/1) malam lalu.

Pembangunan PLTMH merupakan salah satu langkah Pemkab dalam memenuhi kebutuhan energi listrik di tengah masyarakat dengan cara memanfaatkan potensi alam yang dimiliki.

“Program PLTMH ini sudah merupakan program yang kesekian kalinya di Tapsel, namun PLTMH Janji Matogu memiliki daya terbesar yaitu 38 KWH,” kata Bupati Tapsel, Syahrul M. Pasaribu yang meninjau langsung pemanfaatan energi listrik tersebut oleh masyarakat.

Bupati menjelaskan, program listrik tersebut sudah dicanangkannya sejak tahun 2011 lalu dengan harapan seluruh masyarakat hingga pelosok daerah terpencil dapat menikmati aliran listrik.

Syahrul mengaku realisasi program tersebut merupakan upaya intensif pemerintah kabupaten melakukan kordinasi dengan pemerintah pusat, khususnya dengan Direktorat Energi
Baru Terbarukan Kementrian Energi sumber Daya Mineral (ESDM).

Secara khusus, Bupati meminta warga turut menjaga kelestarian hutan karena akan mempengaruhi pasokan air yang berguna untuk memutar turbin (pembangkit). “Jaga hutan, jangan digunduli, agar air untuk pembangkit tetap terjaga,” ucapnya.

Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Tapsel, Drs Helmy memaparkan, PLTMH Janji Matogu dibangun di pinggiran aliran air sungai kecil Paraupan Menek. Pembangkit itu menggunakan turbin jenis Propeler Tubuler yang memiliki efesiensi sangat tinggi dan mampu beroperasi pada head rendah.

“Pembangkit ini membutuhkan debit air sebesar 900 liter/detik agar bisa maksimal dalam menghasilkan daya 38 KWh,” ucapnya. (B 65)

Jorok, Bupati Marah

0

Kabanjahe, (Mimbar) – Bupati Karo Terkelin Brahmmana, SH berang menyaksikan wilayahnya yang dikenal sebagai daerah tujuan wisata utama di Provinsi Sumatera Utara, justru kondisinya jorok. Selain banyak tumpukan sampah, juga ceceran tahi kuda di jalanan menimbulkan bau tak sedap.

“Kita harus tahu, Kabupaten Karo adalah lokomotif pariwisata Sumatera Utara. Harus tanggap membersihkan setiap sampah yang berserakkan,” ucapnya Senin (9/1) dengan nada marah kepada para stafnya, khususnya yang menanggungjawabi kebersihan di daerah itu.

Pejabat itu secara khusus melakukan peninjauan sejumlah sarana dan prasarana yang mendukung minat wisatawan berkunjung ke daerah yang dikenal memiliki udara sejuk dan menyegarkan itu.

Mendampingi Bupati di objek wisata Taman Mejuahjuah Berastagi dan puncak Gundaling itu, antara lain Dandim 0205/TK Letkol Agustatius Sitepu, Kadis Perhubungan Dinasti Sitepu, anggota DPRD Karo Thomas Joverson Ginting, pihak Dinas Pariwisata Kabupaten Karo Toto Budiharto, Kasman Sembiring, dan Camat Berastagi Mirton Ketaren.

Terkelin mengatakan, untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Kabupaten Karo maka sarana dan prasarana wisata harus lebih ditingkatkan dan dilengkapi. Begitu juga menyangkut kebersihan di kawasan objek-objek wisata tidak boleh jorok karena sampah dan
kotoran kuda.

“Wajib bersih karena objek wisata merupakan penghasil PAD yang signifikan bagi daerah ini. Kita harus tahu malu kepada wisatawan kalau di tempat-tempat yang ramai dikunjungi terlihat jorok dan mengeluarkan bau tidak sedap,” ucapnya.

Berastagi sebagai ikon wisata, selain memiliki udara yang sejuk sepanjang musim, daerah ini juga memiliki beberapa objek wisata yang selalu ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun manca negara, seperti puncak Gundaling, Taman Mejuahjuah, museum katolik, pemandian air panas di doulu dan Raja Berneh dan wisata alam mendaki puncak Gunung Sibayak.

Bupati juga mengingatkan pihak terkait agar merawat berbagai jenis tanaman bunga yang tumbuh di sekitar objek wisata sehingga terlihat seindah mungkin.

“Termasuk pohon-pohon yang berada di sekitar objek wisata, harus dipangkas dan ditata rapi dan indah, supaya jangan merusak pemandangan,’ tegas Terkelin selaku pemegang otoritas di wilayah itu.

Bupati juga menyampaikan komitmennya untuk meningkatkan sarana dan prasarana kepariwisataan dengan cara menganggarkan biaya pembangunan dan pengembangan dalam APBD tahun 2017.

Sejumlah fasilitas di Taman Mejuah-juah telah dibangun, seperti gedung kesenian direhab, selter, sarana joging dan senam. Rencananya, tahun ini sarana itu akan ditingkatkan lagi.

“Begitu juga objek wisata Gundaling, tahun ini akan dianggarkan pembangunannya. Perbaikan sejumlah selter, penataan taman bunga dan perencanaan pembangunan sarana serambi parkir di sebelah timur puncak gundaling yang nantinya dilengkapi fasilitas entertaiment,” ujar Terkelin. (B50)

Proyek Bibit Unggul Tobasa Amburadul

0

Tobasa, (Mimbar) – Proyek pengembangan bibit unggul untuk komoditas tanaman padi, jagung dan bawang merah di Kabupaten Toba Samosir disinyalir gagal. Ratusan juta uang negara berpotensi “menguap” sia-sia.

Kardis Sinaga selaku Pejabat pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang juga Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Balai Benih Tanaman Pangan dan Holtikultura Land Bow menyebutkan, faktor alam menjadi penyebab utama yang mempengaruhi kegiatan tersebut.

“Kita merugi dari hasil padi akibat kemarau panjang, sedangkan sumber air tidak ada,” ucapnya. Kardis Sinaga juga menuding keberadaan irigasi yang sedang dalam perbaikan turut memberi andil kegagalan tersebut.

Pejabat itu membantah jika penyebab tidak maksimalnya program pengembangan bibit unggul itu karena minimnya perawatan. Dia memastikan ada petugas khusus yang melakukan perawatan terhadap tanaman padi, jagung dan bawang merah itu.

Sementara itu, amatan Mimbar di lokasi tersebut tidak ditemukan seorang pun pekerja yang sedang melakukan perawatan ataupun pembersihan lahan pertanian. Di areal seluas lebih kurang satu hektar yang ditanami jagung itu terlihat rumput liar menyesaki
lahan.

Pada areal seluas 10x8meter yang ditanami bibit bawang merah kondisinya juga sangat memprihatinkan. Tanaman yang tumbuh setinggi satu jengkal tangan dewasa itu bagai hidup segan mati tak mau.

Sedangkan pada tanaman padi seluas satu hektar, hasil produksinya tidak maksimal hanya mampu menghasilkan 2,5 ton gabah. Rendahnya hasil produksi ini diduga kuat karena perawatan yang tidak maksimal.

Informasi diperoleh, dana yang teralokasi untuk proyek yang berlokasi di Desa Sibarani X, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Tobasa, Provinsi Sumatera Utara tersebut mencapai angka Rp125 juta dikurang sisa lebih penggunaan anggaran (silpa) senilai Rp11
juta.

Dana tersebut teralokasi untuk pengembangan bibit unggul empat jenis tanaman, yakni strawberry dengan biaya senilai Rp 15 juta, bawang merah senilai Rp 25 jt, jagung senilai Rp 25 juta, dan padi sawah senilai Rp 30 juta.

Namun, Kardis Sinaga meluruskan bahwa alokasi dana tersebut tidak termasuk untuk tanaman strawberry. Menurutnya hanya ada tiga jenis tanaman, yakni penanaman bibit bawang merah dengan nilai Rp21,7 juta, penanaman bibit jagung senilai Rp 16,2 juta dan penanaman bibt padi sawah senilai Rp 30 juta.

Anggaran tahun 2016 itu juga dialokasikan untuk pembuatan kemasan bibit jagung dan bibit pagi berlogo dengan biaya senilai Rp 7,5 juta. (JM)

Ada Pembohongan Soal PKS Ajamu

0

Ajamu,(Mimbar) – Manajemen PTPN IV Unit Ajamu I menduga ada kepentingan tertentu dari beberapa pihak yang sengaja berupaya melakukan pembohongan publik atas kinerja perusahaan tersebut.

Mardani Tampubolon selaku Manager Unit I Ajamu melalui Humas Dedi Murad membantah jika perusahaan plat merah itu tidak peduli terhadap lingkungan.

Dia menyebut, setiap tahun PTPN IV telah menyalurkan corporate social responsibility (CSR) kepada warga sekitar pabrik, baik dalam bentuk dukungan pembangunan infrastruktur maupun bantuan pengembangan UKM.

“Tahun 2014 hingga 2015 hampir Rp 1 miliar kita anggarkan untuk membuat bronjong yang lokasinya persis di depan rumah Apifuddin (Kepala Desa-red.). Ada 3 bronjong itu. Dan, nanti 2017 ini kita akan membangun jalan sepanjang 1 Km lebih di daerah Meranti Paham,”
ucapnya, Senin (9/12).

Selain itu, tambahnya, perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sekaligus mengelola crude palm oil (CPO) itu juga secara rutin telah memberikan bantuan kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan bunga rendah kepada masyarakat sekitar.

“Kalau pun ada masyarakat yang mengatakan kita (PTPN IV-red.) tidak pernah berikan CSR, berarti karena ada kepentingannya yang lain itu,” kata Dedi.

Terkait aktifitas pembuangan limbah PKS ke Sungai Barumun melalui sebuah saluran parit besar, manajemen perusahaan itu tidak menampiknya. Mereka mengklaim pembuangan limbah itu sudah sesuai aturan dan telah mendapatkan ijin.

“Limbah yang dibuang ke Sungai Berumun merupakan limbah aman atau dibawah ambang mutu dan tidak berbahaya. Pihak Badan Lingkungan Hidup (BLH) Labuhanbatu pun secara rutin
mengeceknya tiga bulan sekali,” jelasnya.

Dedi Murad berupaya meyakinkan perihal tidak berbahayanya limbah itu dengan menyebutkan adanya ikan yang tetap bisa hidup di dalam kolam pembuangan limbah milik perusahaan tersebut. (Ber)

Warga Halangi, Kades Marah-Marah

0

 

Labusel, (Mimbar) – Kondisi badan jalan desa yang semakin parah kerusakannya telah memicu aksi warga Dusun Bloksongo, Desa Sisumut Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan, menghalangi dan menahan truk colt diesel bermuatan material yang kerap melintas.

Warga menuding, kendaraan truk-truk pengangkut material bangunan milik PT. BKA yang melintas di badan jalan kelas III C itu telah melebihi tonase yang diijinkan.

“Jalan dusun hanya bisa dilalui truk bermuatan sekitar 5 ton. Sementara, truk colt diesel ini diperkirakan tonasenya mencapai sekitar 10 ton,” kata Miki, salah seorang warga, Minggu (8/1).

Kekesalan semakin memuncak tatkala warga mengetahui material bangunan yang diangkat oleh sekitar 10 unit truk itu bukan dipergunakan untuk kepentingan pembangunan dusun dan desa itu melainkan untuk pengerjaan proyek yang berlokasi di Desa 56, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhanbatu.

“Masih ada jalan lain menuju Desa S6 tanpa harus melalui Kabupaten Labuhanbatu Selatan yakni dari Desa Penantian Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu. Seharusnya truk mereka bisa masuk dari Desa Menanti,” ucapnya.

terhadap truk yang melintasi jalan kami sekarang ini muatannya melebihi tonasi, sehingga jalan di Dusun kami pada rusak,” jelas Miki salah seorang warga

Wakidi salah seorang warga lainnya menyebutkan, akhi penahanan truk colt diesel itu bermula dari peristiwa meledaknya salah satu ban ketika truk tersebut melintas di badan jalan itu. Ledakan itu mengenai tanaman warga.

“Awalnya, ketika itu truk pengangkut material mengalami pecah ban dan dugaan kami hal itu dikarenakan muatannya melebihi tonase. Dan pada saat itu juga tidak ada pengendara lain yang melintas serta tempatnya jauh dari permukiman, nah kalau kejadian dipermukiman warga tentunya sangat berbahaya,” ucapnya.

Wakidi menuturkan, setelah dilakukan penahanan dan berkordinasi dengan pengawas PT BKA akhirnya terjadi kesepakatan antara warga dengan pihak perusahaan, antara lain kendaraan truk yang melintas tersebut harus mengurani tonasenya.

Pihak PT BKA juga bersedia memperbaiki jalan yang rusak akibat dilintasi kendaraan dengan tonase yang melebihi standar. Namun, kesepakatan itu batal setelah oknum Kepala Desa S6 datang dan marah-marah kepada masyarakat Bloksongo.

Terpisah Kepala Desa Sisumut Sugiono membenarkan adanya penahan truk pengangkut material oleh warga.

“Benar ada penahanan truk oleh warga dikarenakan jalan rusak dan kami hanya meminta kepada pihak angkutan tersebut untuk menurunkan batu, akan tetapi mengenai Kades S6 datang marah-marah saya kurang tahu karena saya sudah berangkat ke Baganbatu,” ucapnya via seluler. (MH)

Jembatan Belanda Nyaris Ambruk

0

Deli Serdang, (Mimbar) – Sebuah jembatan tua di Desa Namorih, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deliserdang yang dibangun oleh pemerintahan Belanda pada masa kolonialnya, nyaris ambruk.

Kondisi itu menyebabkan arus transportasi dari Kecamatan Pancurbatu menuju pusat kota Kecamatan Kutalimbaru melalui jalan Desa Kwala Lau Bicik, pada Jum’at (6/1) sekira pukul 09.00 WIB putus total bersamaan dengan semakin kritisnya kondisi jembatan yang terbentang di atas sungai Lau tengah, Desa Namorih itu.

Kenderaan roda dua dan empat yang ingin melintas terpaksa mengambil jalur lain melalui Dusun II Kuala Lau Tengah, Desa Namorih. Sedangkan kenderaan roda enam dan selebihnya tidak bisa melintasi Dusun II Kuala Lau Tengah mengingat daya tahan jembatan di dusun itu diyakini tidak mampu menahan beban yang lebih berat.

Beberapa pekerja yang ditemui saat memperbaiki jembatan sungai Lau Tengah Desa Namorih, Jumat sore (6/1) mengatakan, jembatan yang dibangun semasa jaman Belanda ini kondisinya sudah sangat memprihatinkan.

“Hampir semua kerangka besi yang terpasang terutama pada bagian lantai sudah sangat mengerikan akibat dimakan karat,” ujar pekerja tadi.

Untuk mengantisipasi tidak terputus totalnya jembatan itu, beberapa warga secara swadaya melakukan pembenahan dengan mengganti besi yang sudah keropos menggunakan mesin las yang tersedia.

Warga menyesalkan jembatan penggantinya hingga kini tak kunjung dibuat pemerintah, padahal pada setiap pelaksanaan Musrembang di Kantor Camat Pancurbatu, pihak desa selalu mengusulkan agar segera dibangun jembatan baru sepanjang 30 meter dan lebar 3 meter itu untuk memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi para pemakai jembatan itu.

“Kami ragu bisa sewaktu-waktu jembatan tersebut ambruk dan sampai menelan korban jiwa. Sebab hingga sekarang jembatan tua itu masih tetap difungsikan masyarakat sebagai jalur lintas antar desa maupun antar kecamatan,” tutur pemuka masyarakat bermarga Ginting ini. (B.18)

Rumah dan Sawah di Tapsel Terendam

0

Tapsel, (Mimbar) – Hujan yang terus turun beberapa hari ini mengakibatkan Sungai Batangtoru di Kabupaten Tapanuli Selatan kembali meluap dan sedikitnya 41 rumah dan puluhan hektare sawah di beberapa dusun terendam air.

“Guyuran hujan selama dua hari menjadi penyebab meluapnya kembali sungai terbesar di Tapsel setelah peristiwa yang sama pada Desember 2016 lalu,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapanuli Selatan, Ahmad Ibrahim Lubis, Jumat, (6/1).

Banjir itu juga telah menyebabkan dek penahan banjir (bronjong) sungai sekitar 25 meter yang sedang dibangun di Pulo Lubang hancur dihantam ganasnya air.

Di sejumlah titik area pemukiman warga, terlihat ketinggian air mencapai 50 centimeter hingga satu meter. Dusun yang terendam mulai Pulo Lubang, Benteng, Taman Sari, Suka Maju berada di Kecamatan Batangtoru, dan Desa Bandar Tarututung di Kecamatan Angkola Sangkunur.

Tim dari Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) dan relawan sudah kembali diterjunkan untuk mengendalikan kondisi di lapangan. BPBD mengaku siap mengantisipasi apa-apa yang nantinya masyarakat butuhkan.

Camat Kecamatan Batangtoru Batubara dihubungi melalui selularnya mengatakan sejak Kamis (5/1) permukaan air sungai Batangtoru sudah tampak mulai naik dari biasanya. Dua hari belakangan intensitas hujan di wilayah itu cukup tinggi, dan sungai Batangtoru yang mulai mendangkal tidak mampu menampung volume debit air. (B 65)

Laka Lantas di Tapsel Meningkat

0

Padangsidimpuan, (Mimbar) – Angka kecelakaan lalulintas (laka lantas) di Kabupaten Tapanuli Selatan meningkat dibanding tahun sebelumnya. Buruknya infrastruktur dan rendahnya kesadaran pengendara menjadi faktor pemicu.

Kasat Lantas Polres Tapanuli Selatan, AKP. Budiono Saputro melalui Kanit Laka Iptu Endang Efendi, Selasa (3/1), mengatakan sedikitnya sepanjang tahun 2016 tercatat sebanyak 117 orang meninggal dunia akibat laka lantas.

Selain itu sebanyak 114 orang mengalami luka berat dan 114 orang mengalami luka ringan dengan total kerugian materil sebesar Rp731,4 juta.

Angka itu mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya yang mencatatkan angka kecelakaan sebanyak 134 kasus, dimana sebanyak 89 kasus terselesaikan. Dari angka itu, sebanyak 110 orang meninggal dunia, sebanyak 74 orang mengalami luka berat dan sebanyak 98
orang luka ringan dengan kerugian material sebesar Rp484,4 juta.

“Sat Lantas sudah memasang imbauan agar pengendara tetap mematuhi peraturan dan memakai helm serta menghidupkan lampu di siang hari. Kita juga semakin memperketat pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM),” katanya.

Faktor manusia yang kurangnya kesadaran dalam berkendara menjadi faktor paling dominan memicu kecelakaan. Selain itu, faktor insfrastruktur jalan yang kurang bagus serta kondisi kendaraan kurang layak jalan juga memberi andil yang tidak sedikit sebagai
penyebab kecelakaan.

“Mayoritas Laka Lantas yang terjadi adalah pengguna sepeda motor dan korban Laka Lantas yang meninggal dunia kebanyakan mengalami luka di kepala akibat lalai mengunakan helm standar sehingga terjadi benturan di kepala,” ucap perwira itu.(011)