Beranda blog Halaman 2259

Dinsos Konsen Tangani ODGJ

mimbarumum.co.id – Dinas Sosial Kota Medan bekerjasama dengan Kecamatan Medan Amplas konsen menangani Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang bersebaran di Kota Medan.

Kepala Dinas Sosial Kota Medan Endar Lubis mengatakan bahwa penanganan ODGJ ini sudah lama berlangsung. Ini tujuannya agar menciptakan situasi tertib di masyarakat dan menciptakan rasa aman.

“Selama ini meresahkan memang, kan banyak itu ODGJ berkeliaran di kota Medan. Maka itu kita tertibkan,” ucap Endar, Senin (20/1/2020).

Baca Juga : Dinas Sosial Samosir dan Sumut ‘Main Pimpong” Soal Bansos Disabilitas

Dikatakannya, pihaknya bersama kecamatan melakukan penertiban secara sporadis, dimana ada terlihat ODGJ langsung ditertibkan. Apalagi jika ada laporan masyarakat, tim penertiban ODGJ langsung turun dan menertibkan mereka.

“Setelah kita tertibkan, mereka kita serahkan ke rumah sakit jiwa untuk ditangani lebih lanjut, sejauh ini kita sudah tertibkan ada puluhan ODGJ dan kesemuanya kita amankan untuk menjadikan kota ini tertib,” ucap Endar lagi.

Sementara itu, saat ini tengah berlangsung rapat di kecamatan Medan Amplas yang dipimpin oleh Camat Medan Amplas Edi Mulya Matondang.

Rapat ini juga untuk berkoordinasi bersama Kepala Puskesmas Medan Amplas Henni Safitri dan jajaran mengenai penanganan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang ada di wilayah Kecamatan Medan Amplas.

Turut hadir pula dalam rapat ini Lurah Se-Kecamatan Medan Amplas dan Pendamping ODGJ, Gustina Wati. (budi)

Insyafuddin Lepas 22 Relawan Aceh Mengajar

0

mimbarumum.co.id – Wakil Bupati Aceh Tamiang, H.Insyafuddin ST melepas 22 Relawan Aceh Mengajar di lapangan tribun Kantor Bupati setempat, Senin (20/01/2020).

Dalam sambutannya ia mengatakan, kegiatan ini berlangsung di sejumlah desa di dua kabupaten yaitu, Aceh Tamiang dan Aceh Timur.

“Kepasa seluruh relawan yang akan mengabdi ke kampung-kampung harus membudayakan 3S (Senyum Sapa dan Salam),” ucapnya.

Baca Juga : Gerah, Ratusan Warga Ini Jadi Relawan

Menurutnya, 3S merupakan modal utama saat berbaur ditengah-tengah kehidupan masyarakat. “Sebagai relawan, kita harus menghargai kearifan lokal masyarakat setempat,” ungkap Wabup.

Sementara itu, Koordinator Pilot Project Gerakan Aceh Mengajar Batch 4, Surya Darma menyampaikan, semua relawan berasal dari sejumlah daerah di Indonesia, yang terjauh dari Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

“Untuk 22 Relawan mengabdi kemasyarakat selama 10 hari,” terangnya.

Lebih jauh, fokus kegiatan Gerakan Aceh Mengajar, terutama dalam bidang pendidikan, sosial dan keagamaan.

“Adapun program yang akan dijalankan di antaranya, Festival Anak Nanggroe, Perlombaan Azan, Juz Amma dan Rangking,” kata Surya.

Adapun titik sebaran Relawan Aceh Mengajar Batch 4 di Aceh Tamiang, Kampung Sulum dan Kampung Serkil Kecamatan Sekerak, Kampung Tebing Tinggi Kecamatan Tamiang Hulu, Kampung Rongoh Kecamatan Tenggulun, dan Kampung Kuala Pusung Kapal Kecamatan Seruway.

Sementara itu untuk Kabupaten Aceh Timur, yakni Gampong Gajah Mentah Kecamatan Sungai Raya, dan Gampong Kemuning Hulu, Kecamatan Birem Bayeun. (burhan)

Semoga Pembangunan Kota Medan lebih Berkah

mimbarumum.co.idTokoh Muda Kota Medan Bobby Nasution bersilaturahmi dengan Anggota DPRD Sumut dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) HM Hafez Lc, MH, kemarin.

Pertemuan dua tokoh itu dinilai kuat membahas tentang kontestasi Pilkada Kota Medan yang akan dihelat pada 23 September 2020.

Menurut Mantan Ketua DPW PKS itu, pertemuannya dengan Bobby Nasution membahas soal pembangunan Kota Medan ke depan agar lebih berkah.

Baca Juga : Dukungan Bobby Maju Jadi Wali Kota Medan Terus Mengalir

“Intinya kita mensupport beliau karena memang dari awal kita tahu beliau maju (Pilkada Kota Medan 2020). Sebagai komunikasi politik juga, apalagi saya di DPRD Sumut Dapil Medan berkepentingan siapa pun yang maju kita support,” katanya.

Ustadz Hafez, sapaan akrabnya, menyampaikan banyak hal yang menjadi problem di Kota Medan saat ini. Aspirasi banyak didapat Hafez saat melakukan reses ke konstituen.

“Di antaranya soal identitas kota, kita baru saja dapat gelar kota terjorok, terkorup, kemudian semeraut, begal, narkoba. Jadi itu sepertinya tema-tema yang perlu mendapatkan perhatian khusus,” papar Hafez.

Baca Juga : Bobby Nasution Resmi Daftar Ke Gerindra

Alumni Al Azhar Mesir juga memuji Bobby yang banyak menggaet kaum milenial dalam gerakan politik. Demikian pula konsep Kolaborasi Medan Berkah yang diusung Bobby Nasution.

“Harapannya kaum milenial memang harus ditarik dalam gerakan politik demi sebuah perubahan yang lebih baik. Apa yang dilakukan beliau (Bobby Nasution) sudah pada trek yang benar dengan banyak berkolaborasi dengan anak muda,” papar Hafez.

Sebagaimana diketahui, Hafez merupakan anggota DPRD Sumatera Utara dari Fraksi PKS. Namun oleh PKS, Hafez tidak ditempatkan dalam struktur alat kelengkapan dewan (AKD) manapun di DPRD Sumut.

DPW PKS Sumut punya alasan sendiri soal itu. Partai berlambang bulan sabit dan padi tersebut beralasan itu sebagai bentuk sanksi kepada M Hafez yang tidak mengikuti kegiatan partai dan tidak kooperatif. Namun publik justru menilai PKS memasung hak-hak Hafez.

Pengamat Politik UINSU Anang Anas Azhar pernah mengemukakan pendapat bahwa PKS kurang beretika terhadap Hafez.

“Sikap Fraksi PKS DPRDSU memblokir Ustadz Hafez tanpa duduk di komisi manapun kurang beretika. Ini artinya, secara perlahan menghilangkan kekuatan Hafez di legislatif serta memasung hak-hak Hafez terutama dalam menerima aspirasi konstituennya,” kata Anang saat diwawancarai wartawan Oktober 2019 lalu. (dody)

Politisasi Banjir, “Ter-la-lu!”

0

Oleh Amir Machmud NS

TER-LA-LU…! Aksen gerutuan populer dalam sebuah lagu “Raja Dangdut” Rhoma Irama
itu kiranya tepat untuk menggambarkan betapa “kebangeten” para politisi kita dalam
menyikapi dan “mengelola” musibah banjir di Jakarta, awal 2020 ini.

Pada musim-musim banjir sebelumnya, boleh jadi niat politisasi juga sudah muncul di benak orang-orang yang punya hasrat besar kekuasaan. Hanya, tahun ini memang terasa makin “ter- la-lu” karena verbalitas cara yang menjadikan bencana musiman itu sebagai medium saling menghantam dan menaikkan citra.

“Perang terbuka” melalui media berlangsung antara Pemerintah Pusat yang terepresentasi
pada Presiden Joko Widodo, Menteri PUPR Basuki, para tokoh partai koalisi pemerintah, dan elemen-elemen penyertanya di satu pihak; dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan para pendukungnya di pihak lain. Fokus “perang” lewat konsep normalisasi versus naturalisasi berkecamuk seolah-olah mengabaikan tujuan substansial untuk siapa seharusnya manajemen pengendalian dan pencegahan banjir di Jakarta hendak diperuntukkan.

Pada sisi lain, media mengakomodasi “perang” itu ke penyediaan volume ruang pemberitaan secara intens. Kita sebagai praktisi media tentu memahami teori rating, juga eksplorasi proksimitas persoalan dengan persebaran potensial informasi dalam lingkaran bisnis media.

Ideologinya, kejadian besar adalah potensi pasar. Di antara orientasi pasar, pekerja media yang juga memahami teori agenda setting dan analisis framing pastilah juga sadar, betapa kuat tarik menarik kepentingan di seputar banjir yang mencoba memanfaatkan penggalangan opini publik lewat ketersediaan ruang media. Persoalannya, kepada siapa ruang itu dibuka?

Kondisi perebutan “ruang” itu memang tidak seekstrem dikotomi posisi media dalam
Pemilihan Presiden 2014, Pemilihan Gubernur DKI 2017, dan Pemilihan Presiden 2019; akan
tetapi kita juga merasakan betapa kental politisasi pemberitaan banjir Ibu Kota itu lewat praksis pemberitaan media-media yang memuat pro-kontra kedua “kubu” dengan penajaman dan aksentuasi pesan ke arah mana.

Stigmatisasi Opini

Berlangsunglah stigmatisasi opini yang tajam: apakah Anies cukup cakap merespons dan
bertindak dalam penanganan banjir? Apakah benar Pemerintah Pusatlah yang seharusnya
lebih berperan dengan melihat peta permasalahannya? Sampai muncul pernak-pernik penyodoran nama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebagai sosok potensial yang disimpulkan mampu menangani persoalan banjir Jakarta. Atau dibentuk opini yang mempromosikan “gubernur rasa presiden” untuk menatap jauh ke kontestasi 2024.

Aneka pertanyaan itu merupakan bagian dari elemen-elemen perang yang sejatinya merupakan “follow up” dinamika rivalitas Pilgub DKI 2017 dan Pilpres 2019.
Dengan kemasan iktikad apa pun, media lalu terposisikan dalam pandang kecurigaan
antarkubu. Ada yang dinilai membela dan berkepentingan untuk menghambat popularitas Anies Baswedan.

Ada pula momen-momen pemberitaan terkait kinerja manajemen banjir, yang oleh kubu sebelah dituding ikut mengangkat citra Anies.
Secara alamiah, wartawan dan media akan selalu dilihat dari posisi-posisi semacam itu,
karena syahwat kepentingan hanya akan menilai dari cara pandang subjektif.

Tidak akan ada proporsi pemberitaan yang memuaskan dari cara pandang politik. Proporsi pemberitaan media pasti akan selalu dianggap kurang dan kurang, apalagi dalam aksen-aksen yang ber-setting dan framing tertentu. Bukankah akhir-akhir ini makin sering terdengar ungkapan “kita
di-framing” oleh media, lalu media-media dituding membawa kepentingan kubu tertentu, dan semacamnya?

Memperdebatkan konsep normalisasi dan naturalisasi secara sistematis dan akademik tentu bakal memberi manfaat pengayaan pencerahan kepada publik. Akan tetapi, apabila men-judge mana yang paling benar di antara dua konsep tersebut, tentu media bakal dipandang berpihak dalam “perang” tersebut. Maka yang seharusnya disodorkan dalam penyajian pemberitaan adalah indikator-indikator logika plus-minus yang justru bisa memperkaya pengetahuan publik.

Di tengah suasana banjir dan pergerakan alam yang tidak menentu, alangkah bijak apabila media lebih memilih sikap atau kebijakan newsroom yang menciptakan harmonisasi penyajian.

Jangan biarkan kepentingan-kepentingan yang bersumber dari syahwat kekuasaan justru berusaha merebut ruang pemberitaan, dan menjauhkan kemaslahatan publik sebagai produk tugas mulia kepemimpinan. Jangan sampai perilaku mereka yang tega dan pragmatis malah menciptakan gerutuan ala Rhoma Irama, “ter-la-lu!”

* Amir Machmud NS, wartawan suarabaru.id dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah.

Negeri Koruptor

0

Oleh Dr A Rasyid, MA

Kenapa banyak sekali koruptor di Republik ini? Sepertinya koruptor tumbuh bagaikan jamur di musim hujan. Hampir setiap hari ada saja muncul berita korupsi di berbagai lembaga pemerintahan, baik berskala kecil maupun bersekala besar mencapai puluhan triliun rupiah. Pertanyaan selanjutnya sampai kapan negeri yang berlandaskan Pancasila ini bebas dari korupsi?

Pertanyaan-pertanyaan di atas tidak mudah untuk dijawab.Mental bangsa ini sudah lama rusak parah. Makanya tidak mudah mencari obat agar penyakit mental tersebut dapat disembuhkan secara total. Pada awalnya kita hampir optimis bahwa kehadiran Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) akan bisa menyelesaikan persoalan penting di negeri ini. Tapi melihat kenyataan hari ini, kita sesungguhnya sudah pesimistis.

Sikap berputus asa dengan rahmat Tuhan memang tidak diperbolehkan dalam ajaran Islam. Sebagai muslim yang baik, kita harus membangun rasa optimis dalam diri kita sendiri untuk menyelematkan bangsa dan negeri ini dari para koruptor yang menggerogoti kekayaan negara.

Semua kita harus sama-sama menyadari bahwa mengkorupsi harta negara yang merupakan milik bersama bangsa ini adalah kesalahan besar.Karena itu semua anak bangsa syah-syah saja berbicara dan ikutserta mencegahnya, tidak boleh ada yang melarang dan mencegahnya. Sekali lagi kita katakan perang terhadap para koruptor.[]

Antara Rakyat dan Kepentingan

0

Oleh : Rizanul Arifin
Makin galau awak nengok elite negeri laaa. Tatanan sosial politik ekonomi dan budaya seakan tak lagi dianggap penting demi eksistensi kelompok dan partainya.

Bayangkan klen laaa ada pulaknya saat ini pemerintah melawan institusinya sendiri, hehehe lucu tapi sedih awak jadinya. Ada pula kordinator yang sampe bilangkan kasus korupsi anu gosah di masalahkan lagi.

Entah katua mereka dulu salah pilih atau memang sengaja dibuat macam tu, kan awak yang awam ini bisa galau balau, semoga rakyat kebanyakan gak laaa sampek.

Tapi tertengoknya banyak elite yang berusaha tampil prima, bersih dan membersihkan. Ada pula yang tertengoknya seolah melemparkan kotoran yang dijumpai ke orang lain.

Tapi namanya juga permainan dunia, keknya banyak yang lupa, kalau nanti di akhirat apa yang salah dilakukan di dunia ini akan dipertanggungjawabkan, sehingga ranah yang tadinya cuma basah menjadi becek dan jelek sampai tukang ojek pon gak mau melirek.

Ampun DJ, entah laaa pulaknya kawan-kawan awak yang mengoreng-goreng pisang menjadi godok-godok atau memang pisang dah lemet yang didapat untuk bahan cerita.

Hhhmmm payah awak, mau tanya rumput bergoyang, akar rumputnya pon dah hampir tumbuh liar saling tutup menutup karena dapat siraman dari segenap sisi. Sementara yang memilih tumbuh dijalan lurus kering kerontang nyaris mati tergilas roda masa.

Tapi, cemana pon, awak yaken, tali langit akan turun membawa sebongkah cahaya penerang jalan yang sangat hangat membakar rumput liar, sekaligus menyejukkan kembang tumbuhnya rumput indah, bagaikan green lapangan glof pindah ke halaman.

Karenanya, awak juga yaken orang kampong awak punya hati punya nurani dan paham dogma yang baik dan benar. Sehingga mereka takot salah, itu mantap dan #LebihManusiawi.

Awak pon bisa hilang galau, saat segala sesuatu bisa awak jangkau tanpa ada yang sakit dan tersakiti. Cocok klen rasa?

Lapor Pak! Sudah Bertahun-Tahun Jalan Ini Rusak

0

Jalan Sumber Utama Marendal Kanal, Kelurahan Hajosari II, Kecamatan Medan Amplas berlubang dan tergenang air sudah bertahun-tahun dibiarkan begitu saja jika tidak diperbaiki segera dapat membahayakan keselamatan pengendara. (Gunawan Pinem)

Tokoh Adat Angkola Dukung Suheri Jadi Cabup Tapsel

mimbarumum.co.id Tokoh Adat Angkola Selatan Tapanuli Selatan Drs H Tajuddin Harahap, M. Pd bergelar Tongku Raja Batara Guru, bangga dengan munculnya calon putra daerah ikut dalam konstentasi politik pemilihan kepala daerah di Tapanuli Selatan 2020.

Merurut, Tajuddin yang juga pendiri organisasi Dewan Adat Raja Angkola Sipirok ini, Minggu (19/1/2020) mengatakan saat ini kekurangan tokoh dan mungkin tak berani tampil ikut sebagai calon karena mungkin biaya pilkada ini terlalu besar.

“Untuk itu kami siap memberikan pemahaman kepada seluruh yang tinggal di desa di wilayah Tapsel. Kita akan deklarasikan masyarakat adat anti politik uang nanti,” ujar Tajuddin.

Baca Juga : Forum Komunikasi Anak Kampung PWS Pasundan Deklarasi Dukung Rusdi

Dia menyebutkan kalau kembali ke sejarah awal Tapsel, tentu kawasan masyarakat adat Angkola adalah marga harahap. Dalam setiap even pilkada selalu menjadi penonton dan dimanfaatkan oleh kekuatan politik dukung-mendukung.

“Raja adat ini hanya pelengkap penderita tak pernah didengar suara kita. Kita sangat kecewa dengan kondisi saat ini dengan situasi pembangunan dan hadirnya investor di daerah kami, tapi masyarakat tidak bisa apa-apa, pemerintah selalu berpihak ke pengusaha/swasta. Banyak kita lihat konflik tanah di Tapsel tak selesai,” ujarnya.

“Kami dulu pernah mengusulkan pembangunan Bagas Godang Tapanuli Selatan dan pemugaran Bagas Godang Luat-luat wilayah adat tak juga terwujud,” imbuhnya.

Tajuddin mengaku mengenal dengan baik Suheri Harahap, yang tak diragukan lagi rasa kepeduliannya untuk memajukan daerah ‘Tano Hatubuan’ tempat kelahirannya.

“Dia adalah tokoh muda yang memiliki rasa keterpanggilan untuk melihat kondisi yang runyam dan rapuh tentang pembangunan saat ini. Beliau sering menyampaikan rasa sedihnya menurunnnya jumlah pemuda yang tak sekolah, tak bisa kuliah, terlibat narkoba, judi, miras dan yang lebih sedihnya hukum-hukum adat dan seluruh ajaran yang tertuang dalam adat budaya angkola sudah mulai hilang,” ucapnya.

“Kami mengajak barisan kahanggi (semarga,) ayo kita kampanyekan saudara kita agar
kita kuat dan maju. (hita do sonnari, hita do accogot, hita do haduan, anggo inda hita ise
dope),” tuturnya. (jamal)

WhatsApp Down Server Tidak Bisa Kirim Foto, Suara dan Video Sore ini?

0

Mimbar Umum Online – WhatsApp sore ini tidak tidak bisa mengirim foto catatan suara, gambar, emoji, dan segala jenis konten multimedia apakah WhatsApp Down Server? Dalam pemberitaan https://tecnologia.libero.it/ Mulai pukul ha ini terjadi sore ini pada 19 Januari 2020, WhatsApp tidak berfungsi dengan benar: beberapa fitur aplikasi perpesanan tidak merespons perintah pengguna. Masalahnya terutama menyangkut gambar, catatan suara, dan emoji, sementara tidak ada gangguan mengenai pesan teks, yang terus bekerja dengan tenang.

Masalah ini tampak perhatian menjadi perhatian nitizen Indonesia, Italian dan Eropa.

Tim IT Mimbar Umum Online Coba cek melalui  downdetctor.com, platform yang digunakan oleh pengguna untuk menemukan jawaban ketika layanan atau aplikasi tidak berfungsi, sudah ada ratusan laporan terkait dengan hal itu. Membaca komentar, kerusakannya sama untuk semua orang: Anda tidak dapat mengirim gambar, catatan suara, video, dan emoji. Untuk saat ini tampaknya hanya masalah WhatsApp dan bukan aplikasi Facebook lainnya.

Tidak diketahui mengapa WhatsApp tidak berfungsi, tetapi kemungkinan besar kesalahannya terletak pada server aplikasi. Hingga berita ini diturunkan belum ada berita resmi dari WhatsApp. Karena WhatsApp tidak mengirim catatan suara dan gambar. Ini bukan pertama kalinya bahwa aplikasi pesan memiliki masalah jenis ini, di masa lalu itu sudah turun yang berlangsung beberapa jam yang tidak memungkinkan penggunaan konten multimedia.  []

Samosir Kembali Peringkat Pertama Pencegahan Korupsi

0

mimbarumum.co.id – Pemkab Samosir kembali meraih peringkat pertama pencegahan korupsi, untuk tingkat Provinsi Sumatera Utara.

“Prestasi ini untuk yang kedua kali setelah sebelumnya meraih peredikat serupa di tahun 2019 lalu,” jelas Bupati Samosir Rapidin Simbolon kepada mimbarumum.co.id, Minggu (19/1/2020) di Pangururan.

Menurutnya, raihan pemerintah daerah terkait pencegahan korupsi telah tim Koordinasi dan Supervisi Pencegahan Korupsi (Korsupgah) Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) RI melalui Monitoring Center for Prevention (MCP).

Baca Juga : Enggak Paham Masalah, Banyak Pejabat Terjebak Korupsi

“Pemkab Samosir berada di urutan pertama dengan persentase 90 persen, Pempov Sumut di urutan kedua dengan persentase 88 persen,” imbuhnya.

Rapidin mengatakan, raihan prestasi itu menjadi kebanggan bagi masyarakat Samosir. “Sebab lebih sulit mempertahankan daripada meraih prestasi itu,” tukasnya.

Baca Juga : Samosir Juara Cegah Korupsi

Ia menjelaskan, pada Januari 2019 lalu Tim Korsupgah KPK RI mengapresiasi progres Rencana Aksi (Renaksi) pemberantasan korupsi terintegrasi dengan Pemkab Samosir sebagai juara satu di tingkat 83 persen.

“Pada 2020 ini pencapaian tindak lanjut rencana aksi pencegahan korupsi terintegrasi dari Pemerintah Kabupaten Samosir naik menjadi 90 persen dengan rincian indikator penilaian pada delapan area intervensi,” ujar suami Sorta Siahaan itu.

Dijelaskan, bahwa rincian indikator penilaian delapan area intervensi KPK yakni, Perencanaan dan Penganggaran APBD 100 persen, Pengadaan Barang dan Jasa 99 persen, Pelayanan Terpadu Satu Pintu 96 persen, Kapabilitas APIP 82 persen, Manajemen ASN 91 persen, Optimalisasi Pendapatan Daerah 70 persen, Manajemen Aset daerah 88 persen dan Tata Kelola Dana Desa 90 persen. (robin)