mimbarumum.co.id – Banyak yang belum memahami bagaimana cara berinvestasi yang praktis, mudah, dan terjangkau. Terutama bagi generasi milenial yang baru mulai berkarir.
Dalam bayangan sebagian kaum milenial, berinvestasi butuh modal besar, sehingga seringkali mayoritas anak muda menunda atau menunggu punya uang dalam jumlah yang besar.
Yang terjadi, tidak mulai-mulai berinvetasi, dan tanpa sadar sudah memasukiusia pensiun. Oleh karena itu, banyak yang kemudian menjadi generasi “Sandwich” atau generasi yang terjepit, karena perlu membiayai orang tua yang sudah pensiun dan membiayai anak-anak mereka.
”Karenanya, putus jebakan menjadi “Sandwich Generation” dengan cara berinvestasi sejak dini,” ucap Kepala BEI Perwakilan Sumut Pintor Nasution, Senin (20/2/2023).
Pintor menjelaskan, langkah awal sebaiknya dilakukan sejak ketika mendapatkan income pertama, atau gaji pertama. Caranya, dengan menyisihkan 10% saja dari total penghasilan per bulan.
Kemudian, setiap individu dapat mengalokasikan dana tersebutdengan cara membeli produk investasi reksa dana yang terjangkau buat kantong milenial.
Cukup dengan Rp100 ribu per bulan, masing-masing caloninvestor bisa mulai berinvestasi reksa dana. Prinsip investasisalah satunya adalah berinvestasi sedini mungkin agar dapat melipatgandakan uang di masa depan.
“Artinya, dana investasi yang dikelola setiap individu berpotensi memberikan returninvestasi setiap tahun. Walaupun hanya Rp100 ribu tiap bulan, jika disisihkan secara konsisten selama 30 tahun ke depan, nilainya akan bertumbuh bagaikan bibit tanaman yang dalam jangka panjang akan menjelma menjadi pohon yang kokoh dan tidak berhenti berbuah,” ungkapnya.
Apalagi, sambung dia, jika jumlah investasi tersebutditambah secara berkala seiring kenaikan penghasilan. Dengan tetap berpatokan pada komposisi 10% setiap bulan dari gaji atau income usaha.
Sebagai contoh, jika saat ini penghasilan per bulan seorangindividu adalah Rp1 juta per bulan. Ketika individu tersebutrutin mengalokasikan dana Rp100 ribu/bulan selama 30 tahun,maka nilai uang investasi yang kita sisihkan akan menjadiRp37.594.800 (dengan asumsi rata-rata return Reksa Dana Pendapatan Tetap 10 tahun terakhir).
“Bandingkan jika kita hanya menyimpan uang Rp100 ribu/bulan di tabungan maka nilainyahanya akan menjadi Rp36 juta dalam 30 tahun,” terangnya.
Bunga bank tidak dihitung karena ada potongan biaya administrasi dan pajak. Nah, bayangkan jika selama 30 tahun itu kita juga menaikkan pembelian reksa dana seiring penambahan income kita?
“Hasil investasi reksa dana bervariasi tergantung jenis reksa dana. Ada empat jenis reksa dana, yaitu reksa dana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham,” jelas dia.
Berdasarkan urutan ini, potensi return makin besar darikiri ke kanan. Namun, sesuai rumus investasi yaitu high risk, high return, semakin besar potensi investasi, semakin besar pula risiko investasi.
Risiko utama dari investasi adalah risiko fluktuasi harga reksadana. Namun, fluktuasi harga ini bisa dikelola dengan caramelakukan investasi dalam jangka panjang melewati rentangwaktu siklus naik turun pasar modal yang umumnya terjadisetiap lima tahunan. Jadi jika kita berinvestasi untuk masa pensiun, sejak usia kita 20–an tahun atau 30–an tahun, maka risiko fluktuasi harga relatif bisa dikelola. Jangan panik jika melihat nilai investasi reksa dana kita turun pada periode waktu tertentu. Hal ini karena kita akan berfokus untuk pertumbuhanjangka panjang, bukan volatilitas dalam jangka pendek.
Di sisi lain, pembelian yang dilakukan saat harga unit reksa dana sedang rendah berpotensi menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi pula di masa depan.
Pelajari baik-baik jenis reksa dana, termasuk potensi return dan risikonya. Pilih reksa dana yang yang dikelola manajer investasiyang tercatat di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Investor bisa membeli reksa dana di berbagai bank yang menjadi AgenPenjual Reksa Dana (APERD). Atau langsung melalui manajerinvestasi yang mengelola reksa dana. Dapatkan informasi reksadana dan pengelola reksa dana di website OJK, Bursa Efek Indonesia (BEI) atau informasi lainnya seperti dari media-media nasional dan website milik masing-masing perusahaan manajer investasi.
Reporter : Siti Amelia