Medan, Mimbar – Seorang wartawan senior sebuah harian terbitan di Medan, Feirizal Purba tak terima dirinya dinyatakan sudah meninggal dunia. Melalui kuasa hukumnya Muslim Moeis, ia melaporkan Direktur Rumah Sakit (RS) Murni Teguh dan Direktur BPJS ke Polrestabes Medan, Jum’at (23/3).
“Apa yang dilakukan pihak rumah sakit pada kliennya adalah perbuatan melawan hukum,” ucap pengacara itu kepada wartawan, usai membuat laporan.
Dia menjelaskan, kejadian ini bermula ketika pada tanggal 8 Februari silam, Feirizal berobat ke RS Murni Teguh karena keluhan sakit pada bagian lambungnya. Wartawan senior itu dirujuk ke rumah sakit tersebut dengan mendaftar sebagai pasien BPJS. Setelah merasa kondisinya membaik, Feirizal berniat pulang.
Namun kemudian pihak rumah sakit meminta tagihan atas biaya perobatan yang berikan kepadanya. Feirizal sempat menjelaskan bahwa ia adalah pasien BPJS.
“Tapi rumah sakit justru menyatakan dia (Feirizal) sudah meninggal. Padahal, dia tunjukkan KK dan KTP, tapi mereka tidak mengindahkan pada saat itu dan dia dipaksa bayar karena menurut mereka sudah meninggal,” papar Muslim Moeis di halaman Mapolrestabes Medan.
Menurut Moeis, hal ini sangat aneh. Sebab, secara faktual yang bersangkutan masih hidup dan dibuktikan dengan identitasnya. Begitu juga halnya dengan iuran BPJS, korban selalu melakukan pembayaran iuran.
Sebelum memutuskan melaporkan hal ini ke polisi, menurut Muslim, mereka telah melayangkan somasi namun tidak ditanggapi.
“Ini berdampak pada perbuatan penistaan, dimana orang secara dokumen dinyatakan meninggal dunia padahal dia masih hidup. Pasal 263 KUHP tentang pemalsuan keterangan. Dan juga melanggar pasal 30 dan 31 UU 11/2008 tentang ITE tentang pemalsuan. Yang kita laporkan Direktur RS Murni Teguh dan BPJS,” jelasnya. (An)