Terjebak Perang, Warga Sumut di Ukraina masih di Bunker

Berita Terkait

mimbarumum.co.id – Dua isteri warga L-B-S (Langkat – Binjai – Stabat), Sumut, memberitahu MimbarUmum, Kamis (17/3/2022) kemarin, sebanyak sembilan orang pekerja migran Indonesia asal LBS yang berada di Ukraina, masih berlindung di bunker di kota Chernihiv, 143 km di utara ibukota Kiev.

Mereka sudah berada di bawah pengawasan KBRI Kiev. Tetapi belum dapat menerobos jalan menuju ibokota Kiev —untuk seterusnya dievakuasi ke Indonesia– karena bom-
bom dan rudal Rusia masih wara-wiri bersilewaran di langit Ukraina.

TAK MUDAH HUBUNGAN
Ayi Rodiyah (33) isteri Iskandar –pimpinan dari sembilan pekerja migran asal Sumut itu– memberitahu, pukul 11:00 WIB, kemarin, dia tidak mudah menghubungi atau dihubungi suaminya, karena sinyal telepon tidak normal, sebab
tower-tower telepon sudah banyak rubuh terkena serangan bom Rusia.

“Terkadang pak Iskandar bisa menghubungi tengah malam. Alhamdulillah mereka masih sehat, meski harus berlindung di bunker yang setiap waktu bisa saja terkena hantaman bom atau rudal di Chernihiv,” kata wanita
berdarah Sunda itu, dan mukim di Jalan Dr Wahidin, Km-19, Kelurahan Sumber Milyorejo, Binjai-Timur, Kota Binjai.

Wanita berjilbab yang punya anak satu orang (Abiya – 4 tahun) itu, mengaku sangat khawatir dengan keselamatan suaminya dan ke-8 temannya, dan karena itu ia pun sering tak bisa tidur memikirkannya, lalu berdoa dalam sholat.

“Kami berharap masyarakat berkenan ikut mendoakan agar mereka semua selamat, dan bisa dievakuasi ke Kiev untuk seterusnya pulang ke Indonesia,” katanya.

Iskandar (43), suami Ayi Rodiyah, adalah pemimpin bagi delapan rekannya sesama pekerja migran Indonesia di Ukraina.

Anggota kelompoknya: Muhammad Aris Wahyudi (anak Iskandar), Rian Jaya Kusuma, Syahputra Sandiyoga, Agus Afriani, dan Muhammad Raga Prayuda, seluruhnya warga Binjai. Kemudian Zulham Ramadhan (Stabat), Dedi Irawan dan Amri Abas –sapaannya Abas– (keduanya dari Langkat).

ABAS MENELEPON

Beda dengan Ayi, isteri Abas (42) bernama Yuyun, memberitahu, suaminya sedang meneleponnya saat MimbarUmum mencoba mengontaknya pada pukul 14:00 WIB.

Ibu dua anak –Meyi (18) dan Ulil Absar (13)– itu, mengisahkan, suaminya memberitahu keadaan mereka di bunker di kota Chernihiv “baik-baik saja.”

Hanya, ia punya naluri sebagai isteri, bahwa suaminya –bagaimana pun– tidak akan menceritakan demi ketenangan hati keluarganya, meskipun –misalnya– mereka menghadapi situasi darurat atau ada ancaman serius di sana.
Dari siaran berita televisi –antara lain MetroTV, TVOne, KompasTV– ia mengetahui, keadaan di Ukraina benar-benar masih darurat. Sewaktu-waktu, situasi bisa berkembang menjadi lebih buruk. Sebab, militer komunis Rusia belum berhenti membombardir kota-kota di Ukraina, termasuk kota industri Chernihiv yang sudah luluhlantak, tempat Abas dan kawan-kawan berada.

Ia tahu, liputan bergambar dari televisi itu bersumber dari media internasional, kebanyakan dari Barat, dan karena itu lebih bisa menggambarkan hal yang sesungguhnya dibandingkan–misalnya– bila pun ada sumber liputan dari Rusia.

“Terima kasih MimbarUmum menghubungi kami. Mohon disampaikan permohonan kami, agar masyarakat dan pemerintah Langkat dan Sumut berkenan ikut berusaha, setidaknya mendoakan bagi keselamatan Abas dan kawan-kawan.”

Ia meneruskan, “Kami benar-benar sangat khawatir akan keselamatan mereka. Memang, saban waktu kami berdoa dan berserah diri pada pertolongan Allah,” tutur wanita asal Banyuwangi, yang mukim di Tangkahan, Batangserangan,
Langkat.

Namun, baik Ayi maupun Yuyun melukiskan ketabahan jiwa mereka, serta sangat berharap Pemerintah Indonesia berhasil menemukan cara mengevakuasi seluruh warganya dari negara perang itu, termasuk keluarga mereka.

(Berita ini sudah dimuat di Koran MimbarUmum edisi Jumat 18 Maret 2022).

Reporter : Chairuddin Pasaribu

- Advertisement -

Tinggalkan Balasan

- Advertisement -

Berita Pilihan

Dinilai Tak Kooperatif, Prabu Sumut Desak Menaker Evaluasi Deputi BPJS Ketenagakerjaan Sumbagut

mimbarumum.co.id - Dianggap tidak kooperatif terhadap kepentingan pekerja atau buruh, Persatuan Buruh (Prabu) Sumut meminta kepada Menteri Tenaga Kerja...