Singkatnya Waktu

0
254

Oleh Dr A Rasyid, MA

Semua kita tentu merasakan hal yang sama dalam mencermati bergulirnya sang waktu. Hari-hari yang kita lewati terasa semakin singkat. Belum sempat berzikir pagi mata hari sudah menyapa. Niat pukul 9 pagi dhuha gak terasa sudah tiba waktunya zuhur. Rencana malam tahajjud, gak tahunya tinggal angan-angan saja.Tak disangka usia semakin tua, dulu dipanggil bangda kini dipanggil ayahanda, eh ngak terasa juga setibanya dipanggil opa.

Waktu sungguh semakin menipu kita, tidak ada yang harus ditunggu lagi kecuali memperbanyak amal ibadah kepada Allah. Jika kita lupa balasannya tentulah siksaan neraka. Ayo bersegeralah, tinggalkan urusan dunia yang gak ada apa-apanya. Lihatlah keranda sudah menganga menanti kita. Bergegaslah ambil udhu lalu tobat nasuha, tidak lagi buat kemaksiatan dalam bentuk apa saja.

Tidak usah lagi kau hina Muhammad yang teramat mulia, jangan kau katakan cadar tuk orang gila, celana cingkrang tuk anak-anak gurun sahara, jangan bandingkan agama Allah dengan Islam buatan mereka yang tak lain hanya sebagai tipu daya. Jangan kau curigai ustazd dan ulama saebagai pemecah belah bangsa. Sungguh pesan-pesan mereka adalah penguat tiang dunia.

Dunia memang sudah tua, setahun bagaikan sebulan, sebulan bagaikan seminggu, seminggu bagaiakan sehari, dan sehari bagaikan sartu jam. Ini petanda bagi mereka yang cerdas menggunakan logika. Dengarkan sebuah Sabda Rasulullah: Tidak akan tiba hari Kiamat hingga zaman berdekatan, setahun bagaikan sebulan, sebulan bagaikan sepekan, sepekan bagaikan sehari, sehari bagaikan sejam dan sejam bagaikan terbakarnya pelepah pohon kurma. (diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Anas).

Tinggalkan Balasan