Pagi ini, awak coba refleksi siket setelah 111 tahun Kebangkitan Nasional Indonesia bergema.
Sejak itu rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai “orang Indonesia”.
Triger melalui peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) diiringi ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928) seharusnya menjadi batu pijakan langkah maju dan bangkitnya semua rasa kebangsaan, dari rakyat untuk rakyat.
Semangat itu selayaknya jauh lebih kuat dan nyata dibanding 111 tahun lalu, apalagi hamper 74 merdeka dan berdulat.
Eee nyatanya awak lihat dan sebagian kawan awak, melihatnya lain. Di kota tempat awak dan kawan awak itu tinggal membangun jalan saja seakan belum berpihak pada rakyat kebanyakan.
Kalo klen gak caya cak jalan-jalan klen kebeberapa kawasan kota, klen mungkin akan melihat ada pembangunan, ada pembangunan paret, jalan dan fasilitas lain. Bagos.
Ya tentu bagos kalau ada pembangunan, tapi kalo tidak tuntas tentunya kurang elok, apalagi berdampak tidak bagos dan kontra produktif pada masyarakat
Cak klen bayangkan keluhan kawan awak semalam, ada proyek pembangunan dekat rumahnya. Untuk membangun sesuatu, proyek itu harus membongkar sebagian jalan. Astaga, dikatakan kawan itu, proyek selesai sebagian jalan yang dibongkar ditinggalkan tidak seperti semula, alias kupak kapik.
Kalo melihat contoh itu, apa sudah bisa dikatakan kita bangkit, bedikari dan sejajar bangsa maju? Untuk lewat di jalan tu saja pelintasnya terkadang rebutan jalan yang masih mulus kalau tak mau begoyang-goyang dan zig zag di bekas galian proyek.
Dampaknya, gosah cerita waktu tempuh, karena selisihnya paling beberapa menit aja. Tapi, umur spare part kendaraan, kesehatan pelintas, energi dan kenyamanan bisa berkurang dan terasakan.
Celakanya kenyataan itu bisa berlangsung berbulan lamanya sampai diperbaiki dan itu pun hasilnya tidak semulus sebelum ada proyek.
Kalo dah begini. Awak pun bisa susah bangkit dari kereta, pingang perlu agak disesuaikan sekejap sebelum bangkit.
Hhmmmm awak pon jadi balek terbayang apakah ini semangat yang cita-citakan pendahulu kita 111 tahun lalu? Apakah ini juga yang dibayangkan proklamator kita 74 tahun lalu?
Itu baru satu sisi yang awak tengok liat dan dengar, sementara dari media massa, masalah yang jauh dari semangat 111 tahun KEBANGKITAN NASIONAL cukup banyak. Cemana Klen Rasa?