Oleh : Rizanul Arifin
Pagi Medan !
Awal pekan, bulan dan tahun ini banyak hal mengejutkan seputar negeri tercinta ini. Mulai dari hujan besar berdampak banjir dan longsor, penerobosan kapal cina hingga seorang anak asal kampong kita yang dihukum seumur hidup di Inggris.
Awak sempat terbodoh mendengat kalok anak asal kampong kita ni dituduh atas pemerkosaan “terbesar” dalam sejarah di Inggris. Wow, padahal dia disana katanya untuk sekolah laaa, S3 (bukan sangat suka seks lhoo). Itu dilaporkan dilakukannya sejak tahun 2015 lalu.
Melihat kejadian tu, keknya sama waktunya dengan kasus tukang becak yang juga pernah diberitakan suka memetik bunga yang belum mekar. Peristiwanya gak di Inggris, tapi di Medan. Memang gak sampai 159 kasus perkosaan dan serangan seksual terhadap 48 korban pria yang dilakukan anak negeri di Inggris sana laa.
Dua kasus yang awak liat itu keknya masih sebatas puncak gunung es di lautan. Sebab menurut diskusi kankawan awak di medsos, banyak predator seksual yang berseliweran di dunia nyata. Yang menakutkan, pelaunya bisa saja menunjukkan citra baik bahkan sangat baik untuk menutupi kebejatannya.
Bahkan, menurut pengalaman kawan awak yang psikolog, ada predator, dalam beberapa kasus, mendirikan lembaga amal atau yayasan sosial sebagai kedok.
Kata kawan awak tu, predator seksual itu juga bisa berasal dari mana saja tak peduli jabatan, pendidikan, profesi, bahkan public figure.
Di Perancis bahkan ada kasus walikota yang juga berprofesi sebagai dokter anak menjadi predator seksual (pedofilia).
Jadi, pesan kawan awak tu di WhatsApp group kami, masyarakat jangan sampai terkecoh. Berhati-hati dalam bergaul memang diperlukan, mengingat tidak semua isi kepala dan isi hati sama.
Waspada dan mengajak orang terdekat dan lingkungan kita untuk waspada itu mantap dan #LebihManusiawi, sebab predator bisa ada di mana saja, kapan saja dan siapa saja, dalam hati orang siapa tau. Bisa dipahami, cocok klen rasa?
