mimbarumum.co.id – Petani dan pengusaha gula aren di Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat mendapatkan pembinaan dan bantuan peralatan dari Politeknik Negeri Medan. Mereka diharapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal tetapi dapat menembus pasar ekspor.
“Pengusaha gula aren harus menjaga kualitas dan hieginitas produknya sehingga gula aren tidak hanya memenuhi pasar lokal tetapi juga dapat menembus pasar ekspor,” ucap Dr. H. Rizal Agus Nasution, SE.MSc, selaku Ketua Tim Pengabdian Pada Masyarakat Politeknik Negeri Medan, Sabtu (23/11/19) kepada wartawan di Medan.
Dia mengatakan dengan perluasan pasar itu maka para pengusaha mikro itu akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar sehingga dalam jangka panjang kesejahteraan pengusaha gula aren semakin meningkat.
Baca Juga : Komik Kearifan Lokal Karya Mahasiswa UMSU ‘Mendunia’
Rizal didampingi anggota Tim Pengabdian Masyarakat Politeknik Negeri Medan, antara lain Enny Segarahati Barus SE.MSi. dan Dr.Azhar SE.MSi juga menyarankan para pengusaha gula aren di Desa Mancang Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat Sumatera Utara itu untuk menghasilkan produk turunan yang menggunakan bahan baku aren.
“Sehingga nilai ekonomi dari usaha tersebut juga bisa semakin meningkat,” ucap Rizal Agus yang juga anggota Asean Mentorship Entrepeneur Networking (AMEN) wilayah Sumatera Utara.
Sementara itu, Enny Segarahati Barus SE.MSi mengingatkan tentang pentingnya perencanaan yang baik dan matang dalam mengelola usaha.
“Perencanaan usaha yang matang dapat mengundang ketertarikan investor,” ucapnya di damping Dr. Azhar, SE., MSi.
Para dosen Politeknik Medan itu juga mendorong para pengusaha mikro gula aren itu mengorganisir kelompok usahanya secara lebih baik dan aktif mencari peluang-peluang pasar dan permodalan maupun fasilitasi dari pemerintah dan BUMN
Baca Juga : Memanfaatkan Limbah Batang Sawit
Sebelumnya, Dr. Rizal menjelaskan alasan timnya memilih melakukan pembinaan terhadap pelaku usaha gul aren itu. Dia mengatakan gula aren merupakan salah satu sumber daya hayati potensil untuk dikembangkan di Indonesia.
“Karena kebutuhannya yang semakin meningkat, apalagi adanya trend kesadaran masyarakat untuk memakai bahan alamiah dalam produk industri, disamping itu masih banyaknya petani di sentra produksi yang mengandalkan mata pencaharian pada komoditas ini,” paparnya.
Namun pada sisi lain, katanya ternyata para pengusaha di sektor itu masih kesulitan dalam memanfaatkan peluang usaha tersebut. Hal itu terjadi karena lemahnya karakter SDM, rendahnya kualitas produk, lemahnya organisasi, dan minimnya modal serta keterbatasan pasokan bahan baku.
“Kami hadir untuk memberi alternatif solusi atas permasalahan yang dihadapi pengusaha,” ucap Agus.
Sekretaris Gula Aren Indonesia untuk wilayah Sumatera Utara, Ir. Rahmat Setia Budi, Msc., yang turut hadir pada acara itu menjelaskan tentang pentingnya pendataan petani gula aren di daerah itu sehingga memudahkan dalam melakukan pembinaan.
Dia mengatakan perlunya bimbingan teknis kepada para petani gula aren agar mereka mampu mengelola gula aren menjadi berbagai produk turunan lainnya. Antara lain menjadi gula semut dan gula tengguli (gula madu).
Kaban selaku Tenaga Ahli dalam program pengabdian masyarakat itu merinci tentang besaran keuntungan yang diraih para petani, jika mereka mampu mengolah aren menjadi gula semut dan tengguli akan mendapatkan keuntungan berlipat.
“Jika harga gula aren saat ini Rp18 ribu perkilo, maka ketika diolah menjadi tengguli maka harganya menjadi Rp40 ribu perkilo. Begitu juga saat diolah menjadi gula semut, harganya juga akan naik menjadi Rp30 ribu perkilo,” paparnya. (rin)