Perempuan yang Mengutipi Mangga

Berita Terkait

Apa kabar klen, sudahkah klen memaafkan sesiapapon sebelon minta maaf untuk kesilapan? Hehehe mumpung masih reraya, awak kembali memaafkan sesiapapon biar hari awak, yang masih dikasi Allah umur ini, makin tenang, nyaman dan menyenangkan. Tapi tolong juga maafkan awak yaa, kan masih syawalan. Hehehe.

Raya hari pertama kemarin terasa sedap kale laaa, jalan sepi, lontong sama kue2 pereee, semua enak2. Anak cucu pon nambang duit.

Senyum pon awak tengok dimamana, pengemis tak nampak di simpang2 jalan, yang tampak awak baju cerah warna warni anak2 yang keluar masok rumah tetangga. Mereka manambah eratnya tali silaturrahim.

Ada yang menarik ati awak pas lewat Jalan S Parman kemaren, awak nengok sepasang lelaki dan perempuan menikmati kota dengan cara lain. Mereka awak tengok lagi panen Mangga yang tumbuh di trotoar. Cukup banyak hasilnya, maklum mangga mang lagi musim.

- Advertisement -

Awak senang melihat kebahagian masyarakat kota yang bisa berbahagia dari fasilitas dan properti kota tanpa harus merusaknya.

Tapi ada sayang siket kemaren awak tengok. Andai pokok mangga itu tidak ditanam terlalu dekat sama badan jalan, perempuan yang mengutipi mangga itu tidak perlu lari2 mengindari kendaraan yang melintas tempat mangga dijatuhkan lelaki dari atas pokok.

Dulu seingat awak pemerintah kota juga menanami mangga di beberapa tempat lain, tapi sama, yakni di trotoar jalan. Andai itu ditanam di jalur hijau atau ruang terbuka hijau dan dengan aneka tumbuhan kian langka, mungkin cucu awak bisa terus mengenalnya setiap dia awak ajak main ke taman2 kota yang sedang panen.

Dulu waktu awak kecil, jalan2 di pusat kota ada saja buah2an bisa awak kutipi. Ada asam jawa, pernah pula awak ngutipi buah kenari di sebuah kota.

Hehehe kini awak jadi ngelamun andai ada jalur hijau pinggir sunge yang punya tanaman mangga, kuini, manggis, sawo2an, sampai tanaman yang kian jarang terdengar dan bisa dinikmati masyarakat kota tanpa merusaknya.

Tapi, kikira klen bisa gak itu dilakukan di kota kita ni? Kalo itu kenyataan, mungkin paradigma kota sampah, kota suka-suka ku dan Masuklah Engkau Dalam Api Neraka (Medan) bisa sirna dan kota ini kian ramah bagi masyarakatnya. Acem? Cocok klen rasa?

Tinggalkan Balasan

- Advertisement -

Berita Pilihan

Ayo Belajar

Oleh : Rizanul Arifin Awak kok jadinya rada-rada cemana gitu memulai pagi Senin ini. Keknya ada betolnya kalok The Boomtown...