Beranda blog Halaman 3

Polda Sumut Gelar Upacara Peringatan Hari Bhayangkara ke-79: Tegaskan Komitmen Melayani dan Berbenah

0

mimbarumum.co.id – Dalam semangat pengabdian yang semakin mendalam kepada rakyat, Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) menggelar Upacara Peringatan Hari Bhayangkara ke-79 di Lapangan KS Tubun, Mapolda Sumut, Selasa (1/7/2025).

Upacara berlangsung khidmat dengan mengusung tema “Polri untuk Masyarakat” yang menjadi refleksi sederhana namun sarat makna dalam perjalanan panjang institusi Polri selama 79 tahun.

Kapolda Sumut, Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto memimpin langsung jalannya upacara yang turut dihadiri oleh jajaran Forkopimda Sumut, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, akademisi, unsur perbankan, pimpinan partai politik, perwakilan ormas kepemudaan, serta konsulat asing di Sumatera Utara.

Tampak hadir di antaranya Gubernur Sumatera Utara beserta jajaran, Pangdam I/Bukit Barisan, Ketua DPRD Sumut, Kajati Sumut, Ketua Pengadilan Tinggi Sumut, Kabinda, Kepala BNN Provinsi, para pimpinan TNI, Danlantamal I Belawan (diwakili Wadanlantamal), Danlanud Soewondo, Danpaspampres Mob I, Dankosek I Medan, para anggota DPR RI dan DPD RI Dapil Sumut, serta Wakapolda Sumut beserta Pejabat Utama Polda Sumut.

Dalam amanatnya, Kapolda Sumut menyampaikan tiga pesan utama. Pertama, ia menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh elemen masyarakat dan pemangku kepentingan yang telah mendukung kinerja Polri selama ini.

“Berkat dukungan Forkopimda, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan seluruh stakeholder, situasi keamanan dan ketertiban di Sumut tetap kondusif. Dukungan ini menjadi kekuatan bagi kami untuk terus tegak lurus bersama pemerintah, memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dan menunjang pertumbuhan ekonomi,” ujar Irjen Whisnu.

Pesan kedua yang disampaikan Kapolda adalah permohonan maaf kepada masyarakat bila masih ada anggota Polri yang belum mencerminkan sikap humanis dalam pelayanan.

“Kami tidak sempurna. Jika sampai hari ini masih ada anggota kami yang menyakiti hati masyarakat, saya atas nama pimpinan Polri memohon maaf. Kami terus berbenah dari tingkat tertinggi hingga ke polsek,” tegasnya.

Yang ketiga, Irjen Whisnu mengulas makna tema “Polri untuk Masyarakat” dengan cara yang tak biasa. Ia mengisahkan pengalamannya di pagi hari sebelum upacara, saat kamar mandi rumahnya tergenang akibat sumbatan rambut di saluran air.

“Saya baru benar-benar memahami makna tema ini saat melihat air tergenang karena rambut yang kecil-kecil namun banyak, menyumbat aliran. Ini pelajaran. Sesuatu yang kecil, jika dilakukan terus-menerus dan bersama-sama, bisa berdampak besar. Begitu pula dengan Polri. Jika setiap anggota melakukan hal benar secara konsisten, dampaknya akan luar biasa bagi masyarakat,” jelasnya.

Irjen Whisnu juga mengingatkan bahwa di usia Polri yang ke-79, setiap anggota harus semakin bijak dan matang dalam bertindak.

“Polri sudah tua. Sudah waktunya kita jadi lebih bijaksana. Jangan marah-marah, jangan emosional. Kalau ada masyarakat salah jalan, cukup ditegur dengan santun,” ujarnya tegas.

Upacara HUT Bhayangkara ke-79 di Polda Sumut ini bukan hanya menjadi ajang seremonial, tetapi juga momentum introspeksi dan penguatan komitmen pelayanan publik yang lebih baik. Melalui tema singkat namun padat, “Polri untuk Masyarakat”, seluruh jajaran diharapkan menjadikan masyarakat sebagai pusat orientasi kerja, bukan hanya sekadar slogan.

Reporter: Jafar Sidik

KPK Obrak-abrik Kantor Dinas PUPR Sumut

0

mimbarumum.co.id – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ‘mengobrak-abrik’ kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Sumatera Utara di Jalan Sakti Lubis, Medan, Selasa siang (1/7/2025).

Kegiatan ini dilakukan KPK sebagai upaya pengembangan pasca operasi tangkap tangan (OTT) terhadap mantan Kadis PUPR Sumut, Topan Ginting pada Kamis lalu.

Topan Ginting terjerat kasus dugaan suap sejumlah proyek jalan di Provinsi Sumatera Utara. Pejabat kesayangan Gubernur Bobby Nasution tersebut kini sudah berstatus sebagai tersangka dan ditahan oleh lembaga antirasuah.

Amatan di kantor Dinas PUPR Sumut, beberapa personel Polrestabes Kota Medan sudah stand by berjaga di depan pintu masuk kantor untuk melakukan pengamanan.

Media juga sempat masuk ke bagian tengah kantor dekat mushola, tempat petugas KPK sedang melakukan pemeriksaan. Tampak sejumlah pegawai dan staf di sana ditanyai oleh petugas berompi bertuliskan ‘KPK’.

Mengetahui ada wartawan yang merekam aktivitas mereka, staf Dinas PUPR berbaju ASN lantas keluar dari ruangan. Kemudian diikuti oleh petugas KPK dan dia langsung menanyakan kenapa wartawan bisa masuk.

“Kenapa (wartawan) bisa masuk. Kacau ini,” katanya sembari berjalan menuju ruangan depan.

Staf keamanan Dinas PUPR Sumut lantas meminta wartawan keluar dari kantor dan menunggu di area depan saja.

“Bang keluar dulu ya, bang,” ujarnya sembari mendampingi wartawan ke area depan kantor.

Informasi yang diperoleh wartawan di lokasi, setelah dari kantor Dinas PUPR Sumut, petugas KPK akan melakukan penggeledahan ke kediaman Topan Ginting di Kompleks Royal Sumatera, Jalan Jamin Ginting, Medan.

Sampai berita ini diterbitkan, petugas KPK masih melakukan pemeriksaan intensif di kantor Dinas PUPR Sumut.

Reporter: Jafar Sidik

Polrestabes Medan Gelar Upacara Peringatan Hari Bhayangkara ke-79

0

mimbarumum.co.id – Kapolrestabes Medan, Kombes Pol. Dr. Gidion Arif Setyawan memimpin upacara dalam memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Bhayangkara ke-79 di Lapangan Apel Polrestabes Medan, Selasa (1/7/2025).

Kegiatan yang diikuti oleh seluruh Satfung (Satuan Fungsi) Polrestabes Medan tersebut berlangsung dalam suasana Khidmat dan penuh kebersamaan.

“Hari ini tepat 79 tahun lahirnya Kepolisian RI. Selama itu juga pengabdian dan perjuangan yang telah kita persembahkan bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” kata Gidion saat membaca kata sambutan atas nama Kapolda Sumatera Utara, Irjen Pol. Whisnu Hermawan Februanto.

Ia menuturkan, peringatan Hari Bhayangkara bukan sekedar seremoni tahunan belaka, melainkan sebuah titik balik atas perjalanan panjang Polri dalam sejarah bangsa.

“Seiring berjalannya waktu, Polri kini dihadapkan pada tantangan yang semakin komplek dan dinamis. Hal ini jadi panggilan bagi kita untuk terus berbenah dan bertransformasi,” kata dia.

Pemilihan tema “Polri untuk Masyarakat” bukan sekedar slogan melainkan cerminan dari semangat bersama untuk membangun Polri yang semakin terbuka, profesional dan humanis.

“Oleh karena terus jaga dan perkuat kepercayaan melalui kerja nyata, pelayanan yang sigap dan merata dan penegakkan hukum yang berintegritas. Tanamkan itu dalam hati bahwa kepuasan dan kepercayaan publik adalah prioritas utama dari pengabdian kita,” jelasnya.

Tak lupa, Gidion menyampaikan apresiasi dan ucapan terimakasih atas kinerja seluruh jajaran Satfung Polrestabes Medan, para senior dan purnawirawan Polri.

“Terimakasih & apresiasi setinggi-tingginya kepada para senior hingga purnawirawan atas dedikasi dan loyalitas yang telah diberikan untuk kemajuan Institusi Polri,” ucapnya.

Ia pun mengucapkan terimakasih kepada para stakeholder lain yang selama ini telah menjadi mitra setia Polri.

“Jangan pernah lelah berbuat baik dan jangan pernah menyerah menghadapi tantangan. Dirgahayu Kepolisian Republik Indonesia ke-79, mohon selalu dukung dan doakan kami agar tetap memberikan yang terbaik baik Kota Medan tercinta,” pungkasnya.

Reporter: Rasyid Hasibuan/R

Empat Formatur Tetapkan Suasana Nikmat Ginting Ketua Pemuda Muslimin Indonesia Sumut

0

mimbarumum.co.id – Dr. Suasana Nikmat Ginting, MA terpilih sebagai Ketua Pemuda Muslimin Indonesia Sumatera Utara periode 2025-2030. Hasil tersebut berdasarkan keputisan rapat tim formatur yang dilakukan secara zoom, Senin malam, (30/6).

Rapat dibuka pada pukul 19.15 WIB sesuai dengan jadwal oleh Dr. Suasana Nikmat Ginting, MA. Yg kemudian mempersilahkan formatur dari PB Pemuda Muslimin Indonesia Dudung Syamsuddin untuk membuka rapat formatur secara resmi pada pukul 19.18 WIB.

Formatur DemisionerJonson Sihaloho, SHi menyampaikan ucapan terimakasih atas terlaksananya Musywil Ke IX dengan kondusif.

Jonson Sihaloho juga mengatakan, dirinya mendapatkan usulan dari PC agar menetapkan pimpinan wilayah kepada Dr Suasana Nikmat Ginting, MA. Namun dalam rangka menghormati dan mengakomodasi berbagai pandangan, Jonson Sihaloho meminta agar rapat formatur malam ini menunjuk komposisi formatur diantaranya ketua dan sekretaris formatur dan anggota formatur untuk menyusun desain dan personalia pimpinan Wilayah periode 2025 – 2030.

Tetapi formatur yang mewakili cabang yaitu PC Tanjung Balai Afdilla Afriandy, SH mengusulkan agar malam ini formatur menentukan langsung siapa Ketua Pimpinan Wilayah, karena pimpinan cabang se-Sumatera Utara menurutnya, menunggu keputusan cepat dari para Formatur.

“Karenanya kita minta agar langsung ditentukan ketua PW ke depan,” ujarnya

Sedangkan Suasana Nikmat Ginting memberikan tawaran usulan agar pada rapat tersebut memilih ketua sesuai dengan tawaran PC Tanjungbalai dan menetapkan sekaligus Ketua Formatur yang bertanggungjawab penuh menyusun komposisi kepengurusan yang dibantu oleh Sekertaris dan anggota formatur lainnya.

Akhirnya diambil kesepakatan berdasarkan usulan maka Formatur dari PB Pemuda Muslimin Indonesia Dudung
Syamsuddin mempersilahkan formatur dari Cabang Tanjungbalai terlebih dahulu mengusulkan nama calon ketua.
Ketua PC Tanjungbalai Afdilla Afriandy langsung mengusulkan Dr. Suasana Nikmat Ginting, MA sebagai ketua dan demikian juga juga 3 formatur lainnya yaitu, Jonson Sihaloho, Dudung Syamsuddin, Suasana Nikmat Ginting.

Akhirnya rapat tersebut menutup rapat formatur dengan menetapkan Ketua terpilih sekaligus Ketua Formatur Dr. Suasana Nikmat Ginting, MA, Sekertaris Formatur Abdilla Afriandy anggota Dudung, Jonson Sihaloho, Syafrudin Hanafi Siregar.

Reporter: R/ Jalaluddin

Wajah Bhayangkara Kontemporer

0

Oleh: Muhibbullah Azfa Manik

Tiap 1 Juli, barisan polisi berderet rapi di lapangan upacara. Ada parade kendaraan taktis, pengibaran bendera, hingga pidato petinggi negara yang menyuarakan semangat pelayanan dan pengabdian. Hari Bhayangkara, yang diperingati sejak dekade awal kemerdekaan, kembali hadir dalam ritual tahunan yang mengukuhkan eksistensi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) sebagai garda depan penjaga keamanan. Namun, di luar pagar apel kehormatan itu, riak publik menunjukkan gelombang yang tak lagi tenang. Di tahun politik dan zaman yang serba digital ini, wajah Bhayangkara tak cuma diwarnai semangat pengabdian, tapi juga keraguan, kecurigaan, bahkan amarah.

Reformasi Polri seharusnya telah dimulai sejak dua dekade silam, sejak institusi ini resmi dipisahkan dari tubuh militer. Namun bayang-bayang masa lalu belum sepenuhnya sirna. Dalam banyak kasus, perilaku aparat masih menggambarkan pendekatan koersif ala zaman otoritarian. Padahal, dalam negara demokrasi, kepolisian sipil seharusnya menjadi instrumen perlindungan warga, bukan alat penguasa. Di lapangan, ketegangan itu masih terasa. Masyarakat menuntut perlindungan dan rasa aman. Namun di saat bersamaan, ketakutan atas penyalahgunaan wewenang justru semakin sering muncul—terutama saat hukum bersentuhan dengan kritik dan ekspresi.

Kasus demi kasus menyembul ke permukaan, merusak citra institusi yang dibangun dengan jargon Polri Presisi. Skandal pembunuhan Brigadir J oleh atasannya sendiri membuka borok yang tak bisa ditutupi: bahwa ada kekuasaan tak terkendali di tubuh lembaga yang seharusnya menegakkan hukum. Publik terkejut, tapi tak terlalu heran. Karena bukan kali ini saja nama polisi dikaitkan dengan kekerasan, intimidasi, atau rekayasa perkara. Dalam indeks kepercayaan publik, Polri masih tertinggal jauh dibanding lembaga lain seperti TNI atau KPK. Bahkan dalam sejumlah survei, rasa takut terhadap aparat justru lebih besar ketimbang kejahatan itu sendiri.

Namun menjadi tidak adil jika seluruh tubuh institusi disamaratakan. Di balik seragam, banyak anggota Polri yang bekerja dalam diam: menjadi penengah konflik sosial di kampung-kampung, melerai tawuran, menyelesaikan perselisihan rumah tangga, hingga berjibaku di tengah bencana. Polisi di tingkat akar kerap memikul beban yang tak setara dengan fasilitas dan dukungan struktural yang mereka miliki. Justru mereka yang paling sering berhadapan langsung dengan amarah publik, padahal bukan mereka yang membuat keputusan strategis atau memegang wewenang penyidikan kasus besar.

Tugas polisi hari ini juga jauh lebih rumit dari sebelumnya. Mereka tak hanya berhadapan dengan maling, pembunuh, atau begal, tapi juga dengan algoritma. Dunia maya telah menjadi ladang kejahatan baru yang tak kasatmata: penipuan daring, peretasan data, ujaran kebencian, dan teror digital melintasi yurisdiksi dengan kecepatan klik. Di tengah gempuran itu, aparat dituntut tanggap, cerdas, dan netral. Namun masalahnya, ketika polisi bersentuhan dengan ruang digital, yang muncul justru adalah ketimpangan perlakuan. Kelompok kritis kepada negara sering kali lebih cepat diproses dibanding buzzer pendukung kekuasaan. Semangat netralitas pun terkikis oleh praktik selektivitas.

Di tahun politik seperti sekarang, tantangan itu menjadi berlipat. Polisi ditugasi menjaga stabilitas, mengawal pemilu, meredam provokasi, tapi sekaligus menghadapi ujian paling berat: menjaga jarak dari kekuasaan. Publik selalu waspada melihat bagaimana polisi tampil di tengah demonstrasi, di tengah kampanye, dan di balik layar penghitungan suara. Satu langkah keliru saja bisa memperkuat narasi bahwa Polri telah menjadi alat politik, bukan lagi pelindung rakyat.

Itu sebabnya, peringatan Hari Bhayangkara tahun ini tak bisa hanya menjadi pesta internal. Ia harus menjadi momen reflektif, menyeluruh, dan jujur. Apakah institusi ini telah cukup terbuka terhadap kritik? Apakah mekanisme pengawasan internal masih relevan, atau sudah saatnya diperkuat dengan kontrol sipil yang sejati? Pertanyaan-pertanyaan itu menggantung sejak lama, dan sayangnya, belum ada jawaban memuaskan.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memang telah meluncurkan visi Presisi: prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan. Sebuah cita-cita reformis yang terdengar menjanjikan. Namun visi tanpa perubahan struktural hanya akan menjadi jargon tahunan. Pemisahan fungsi intelijen dari tindakan represif, peningkatan akuntabilitas publik, dan transparansi dalam rekrutmen serta promosi jabatan masih menjadi pekerjaan rumah besar. Tanpa perombakan dalam sistem kepangkatan dan budaya organisasi, slogan hanya akan bertahan sampai poster berikutnya dicetak.

Di banyak negara, institusi kepolisian yang dipercaya adalah yang transparan dan bersedia dikritik. Di Swedia dan Kanada, komite pengawas eksternal memiliki kewenangan memeriksa pelanggaran polisi secara independen. Di Inggris, Independent Office for Police Conduct dapat menyidik petugas yang melanggar etika tanpa intervensi struktural. Di Indonesia, lembaga seperti Kompolnas atau Ombudsman belum memiliki gigi yang cukup tajam untuk membongkar pelanggaran sistemik. Penegakan etika masih cenderung internal, tertutup, dan jauh dari jangkauan warga biasa.

Padahal, kepercayaan adalah pondasi utama kerja kepolisian. Tanpa kepercayaan, setiap patroli akan dianggap intimidasi, setiap pemeriksaan akan dipandang sebagai ancaman, dan setiap pengumuman pers akan dianggap rekayasa. Masyarakat yang tidak percaya pada aparat, pada akhirnya, akan memilih jalur sendiri untuk mencari keadilan—dan itu jauh lebih berbahaya bagi stabilitas negara.

Kita tidak bisa berharap polisi menjadi malaikat. Tapi kita bisa menuntut institusi yang jujur, terbuka, dan berpihak pada keadilan. Hari Bhayangkara adalah pengingat bahwa kekuasaan Polri bukan berasal dari senjata atau seragam, tapi dari legitimasi sosial yang diberikan oleh rakyat. Dan legitimasi itu hanya bisa dijaga bila polisi berdiri di sisi korban, bukan di bawah bayang-bayang penguasa.

Jika Polri mampu memanfaatkan momen ini untuk menata ulang wajahnya—membuka pintu bagi pengawasan sipil, membereskan budaya kekerasan, dan memperkuat integritas personelnya—maka perayaan Hari Bhayangkara akan bermakna lebih dari sekadar ritual tahunan. Ia akan menjadi titik balik yang sungguh-sungguh, bukan hanya di kalender, tetapi di hati masyarakat yang selama ini ragu untuk percaya.

Legislator Golkar Frans Dante Ginting Reses, Warga Minta Pemprovsu Bangun Jalan Alternatif Desa Serdang – Rumah Liang

0

mimbarumum.co.id – Anggota DPRD Sumatera Utara, Frans Dante Ginting, menyerap langsung berbagai aspirasi krusial saat melaksanakan Reses III Tahun Sidang I 2024-2025 di Desa Serdang, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo.

Dalam kunjungan yang penuh antusiasme itu, warga secara kompak menyuarakan kebutuhan pembangunan infrastruktur dasar dan penguatan sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi desa.

Salah satu usulan utama yang mengemuka adalah pembukaan jalan alternatif penghubung Desa Serdang-Rumah Liang dan Desa Serdang-Tiga Juhar sepanjang 5 kilometer.

Jalur ini dinilai strategis sebagai solusi permanen untuk mengurai kemacetan parah yang selama ini terjadi di lintasan utama Medan-Berastagi maupun Binjai-Kabanjahe.

“Jalan ini sudah ada secara tradisional dan cukup layak dilalui. Warga berharap pemerintah provinsi membuka dan memfasilitasi pembangunannya secara permanen,” kata Frans Dante Ginting di DPRD Sumut, Senin (30/6/2025).

Menurut warga, keberadaan jalan ini bukan hanya mendesak secara fungsional, tapi juga bernilai historis dan sosial, mengingat hubungan kekerabatan antara kedua wilayah sudah terjalin lama. Selama ini, jalan tersebut bahkan sudah sering digunakan untuk aktivitas komunitas seperti motor cross.

Frans Dante mengaku, apa yang diinginkan warga tersebut sangat bagus dan patut disegerakan. Apalagi, jalan itu merupakan salah satu jalur alternatif untuk mengatasi kemacetan arus lalulintas menuju ke Berastagi.

“Kalau memang sudah dibuka jalan tersebut, juga merupakan alternatif mengurai kepadatan jalur Medan Berastagi dan jalur Binjai Kabanjahe,” tambahnya.

Soalnya, Karo juga termasuk daerah tujuan wisata (DTW). Sementara selama ini, jalan menuju dari Karo selalu macet hingga berjam-jam. Akibatnya wisatawan ketika sampai di tempat tujuan tidak bisa menikmati wisatanya dengan maksimal. Belum lagi efek lain kemacetan yang membuat waktu perjalanan arus barang dari dan ke Karo juga terganggu sehingga menimbulkan tambahan biaya.

Reses politisi Partai Golkar ini juga mengungkap kondisi memprihatinkan akses jalan utama Desa Serdang yang terputus akibat longsor. Warga, termasuk anak-anak sekolah, terpaksa memutar melalui jalur ladang yang sempit dan berbahaya karena tidak memiliki pembatas jalan.

“Kalau ini dibiarkan, anak sekolah akan terus terlambat, dan distribusi hasil pertanian masyarakat semakin terhambat. Kami butuh perhatian nyata, bukan janji,” kata seorang ibu rumah tangga dalam sesi dialog.

Sebagai desa agraris, masyarakat juga menyuarakan berbagai keluhan sektor pertanian, mulai dari mahalnya harga pupuk bersubsidi hingga perlunya alat dan mesin pertanian (Alsintan).

Beberapa permintaan warga yang disimpulkan di antaranya, perbaikan Jalan Usaha Tani (JUT) di ladang Iregaga dan Lau Simbelin sepanjang 2 km. Renovasi jembatan di Perladangan Batu Lubang (penghubung Desa Serdang dan Desa Pernampen).

Peninjauan harga pupuk subsidi dan bantuan bibit tanaman hortikultura seperti jeruk. Permintaan Alsintan berupa rotari/kultivator dan traktor (jetor) untuk 11 kelompok tani. Penyuluhan pertanian untuk tanaman kopi dan wortel serta stabilisasi harga hasil pertanian. Pipanisasi air pengairan ladang dan air bersih ke rumah warga.

Selain sektor jalan dan pertanian, masyarakat juga menyampaikan harapan pada pemerintah untuk memperbaiki dan membangun infrastruktur sosial, di antaranya renovasi losd/jambur dan kamar mandi umum untuk kegiatan warga. Bantuan renovasi Gereja Katolik Desa Serdang, termasuk pembuatan gerbang dan pengadaan kursi jemaat.

Menanggapi aspirasi tersebut, Frans Dante Ginting berkomitmen untuk memperjuangkan kebutuhan masyarakat Karo, khususnya Desa Serdang, melalui jalur resmi legislatif dan komunikasi aktif dengan Pemerintah Provinsi Sumut. “Ini bukan hanya catatan, tapi tanggung jawab. Saya akan kawal aspirasi ini dan dorong agar pemerintah hadir secara nyata di tengah masyarakat,” tegasnya.

Reses ini juga dihadiri oleh unsur pemerintah kecamatan, Kepala Desa, BPD, tokoh adat, tokoh agama, Karang Taruna, dan masyarakat luas yang menyambut kehadiran wakil rakyat dengan antusiasme tinggi.

Reporter : Djamaluddin

LIPPSU Minta Pemprov Sumut Tuntaskan 166 Hektar Tanah Bangunan Eks Kusta di Tanah Karo dan Toba

0

mimbarumum.co.id – Direktur Eksekutif Lembaga Independen Pemerhati Pembangùnan Sumut (LIPPSU) Azhari AM Sinik mendesak Pemprovsu segera tuntaskan 166 hektar lahan yang tidak diberdayakan oleh dua Dinas, dan diduga tidak memiliki SHM atas tanah dan bangunan, yang berlokasi di Kabupaten Karo dan Toba. Sementara anggaran belanja tetap ditampung dalam APBD Sumut setiap tahun pada kedua Dinas.

“Kita mendesak Pemprovsu untuk menuntaskan segera lahan seluas 166 hektar, diantaranya 106 Ha di Lau Simomo dan 60 di Huta Salem, hal ini agar tidak disalahgunakan dan dikuasai oleh pihak pihak yang tidak bertanggung jawab,” kata Sinik kepada wartawan di Medan, Sabtu (28/6/2025).

Menurut Sinik, Tim LIPPSU sudah meninjau langsung ke lokasi lahan dimaksud, yakni di Desa Lau Simomo – Kabanjahe, Kabupaten Karo, berupa tanah dan bangunan seluas 106 hektar yang saat ini dikelola oleh dua dinas, yakni UPT Pelayanan Sosial Eks Kusta Lau Simomo – Hutasalem Dinas Sosial dan UPT Rumah Sakit Kusta Lau Simomo Dinas Kesehatan, keduanya di bawah Pemprov Sumut.

Namun, sampai saat ini asset tanah di Lau Simomo Kabupaten Karo masih berstatus asset Dinas Kesehatan Provsu dengan luas 106 hektare, sementara di dalam lokasi yang sama ada UPT Pelayanan Sosial Eks Kusta Lau Simomo – Huta Salem Dinas Sosial Provsu.

“Apabila mengacu pada regulasi, ini bisa menimbulkan masalah dalam administrasi pertanggungan jawaban pengelolaan asset maupun penggunaan anggaran,” ungkap Ari Sinik.

Lanjutnya, “Dari hal ini, kami perhatikan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara tidak punya rasa tanggungjawab dan niat untuk menata asset. Kenapa sampai saat ini tidak ada upaya untuk menyeselesaikan asset tersebut, padahal sudah ada pelimpahan asset dari Dinas Kesehatan ke Dinas Sosial.”

Selanjutnya, Tim Lippsu juga menemukan asset tanah Pemprovsu seluas 60 hektar, berlokasi di Desa Sintong Mamipi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba, yang mana asset tersebut penghalian status penggunaan dari Dinas Kesehatan Provsu ke Dinas Sosial Provsu, yang tertuang dalam Nomor 000/132/Dinkes/I/2018 dan Nomor 460/0154 tertanggal 05 Januari 2018. Pengelolaannya oleh UPT Pelayanan Sosial Eks Kusta Lau Simomo – Huta Salem.

“Namun sampai saat ini tanah dan bangunan di atas belum memiliki SHM atas pengguna asset Dinas Sosial Sumut,” jelasnya.

Hasil tinjauan tim LIPPSU di Huta Salem, lambatnya proses penerbitan SHM atas tanah tersebut mengakibatkan kawasan Huta Salem beberapa bagian lahannya digarap dan dikuasai oleh sekelompok masyarakat hingga ini, sehingga menimbulkan masalah sampai ke Makamah Agung dan berakhir dengan Surat Keputusan MA Nomor 1450 K/Pdt/2023, memutuskan dan mengabulkan para pemohon 1. Pemerintah Provsu, 2. Dinas Sosial Provsu, 3. UPT Pelayananan Sosial Eks Kusta Lau Simomo – Huta Salem, jelas Azhari Sinik.

Dari hasil keputusan MA Republik Indonesia, maka kepala UPT Pelayanan Sosial Eks Kusta Lau Simomo – Huta Salem, Ibu Sri Ana Bulan Hasibuhan, SE, M.Si juga sudah mengajukan permohonan pengukuran ulang, hal ini disampaikannya kepada tim Lippsu, saat meninjau kawasan Huta Salem, pada Jum’at pekan lalu.

Kemudian, di Desa Sintong Mamipi, Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba, LIPPSU menemukan lahan tanah tersebut juga sebahagian telah digarap masyarakat, sehingga saat terjadi pengukuran ulang, luasan lahannya telah berkurang menjadi 58,52 hektar dari 60 hektare sebelumnya.

Karenanya, LIPPSU mendesak Pemprovsu segera bergerak cepat untuk menyelesaikan terbitnya sertfikat hak milik sebagai bukti asset yang diatasnya juga ada bangunan sejarah, agar nantinya dapat dikelolah dan diberdayakan oleh UPT Pelayanan Sosial Eks Kusta Lau Simomo – Huta Salem Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara.

“Kedua lokasi Eks Kusta tersebut memiliki fungsi sejarah Peradaban Sosial dan Kesehatan Manusia, dalam memanusiakan manusia secara utuh. Sementara bangunan awalnya masih berdiri utuh sampai sekarang dan bisa dikategorikan sebagai bangunan heritage yang perlu dilestarikan dan direvitalisasi,” tutup Ari Sinik.

Reporter: Jafar Sidik

Polda Sumut Bongkar Pabrik Liquid Vape, Mengandung Narkotika Senilai Rp300 Miliar

mimbarumum.co.id – Polda Sumatera Utara mengungkap pabrik rumahan pembuat liquid vape ilegal mengandung narkotika golongan I, di sebuah apartemen mewah kawasan Kesawan, Medan Barat.

Kapolda Sumut Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto menyebut, pengungkapan ini merupakan kasus pertama di Indonesia yang menjadikan vape sebagai media penyebaran narkoba golongan I, seperti epilon dan NTF jenis PFBP serta PV8.

“Pabrik ini telah memproduksi ribuan catridge yang akan diedarkan di Sumut dan sekitarnya, dengan potensi nilai edar mencapai Rp300 miliar,” ungkapnya dalam konferensi pers di lokasi.

Biasanya, liquid ilegal hanya mengandung obat keras tertentu. Namun kali ini, kandungannya jauh lebih berbahaya dan mematikan. “Ini bukan sekadar pelanggaran, ini ancaman serius terhadap generasi muda,” tegas Kapolda.

Direktur Reserse Narkoba Polda Sumut menjelaskan, apartemen tersebut memiliki tiga gudang, salah satunya digunakan untuk mencampur narkotika dengan bahan pelarut umum, kemudian dimasak dan dikemas dalam catridge bermerek palsu “Ricchat Mille”. Satu paket catridge dijual seharga Rp5 juta.

“Dalam sehari, dua tersangka bisa memproduksi 300 catridge dengan omzet harian mencapai Rp1,5 miliar. Total sudah 3.000 catridge mereka hasilkan,” jelasnya. Awalnya, mereka gagal dalam delapan percobaan, sebelum berhasil di percobaan kesembilan.

Penggerebekan dilakukan saat kedua tersangka hendak mengantar dua paket pesanan. Dari hasil penyidikan, produksi ini sudah berjalan dua bulan dan enam kali distribusi dilakukan. Polisi juga menyita sisa bahan baku, alat produksi, mesin pengisi, kemasan, dan hologram palsu, serta merekam aktivitas tersangka dari CCTV.

Keduanya merupakan residivis narkoba. Satu pelaku lebih dulu menghuni apartemen dan memulai produksi, kemudian karena kewalahan, lalu merekrut pelaku kedua untuk membantu proses pencampuran hingga pengemasan.

Pengungkapan ini menegaskan komitmen Polda Sumut dalam memerangi peredaran narkoba dengan modus baru. “Berkat informasi masyarakat dan kerja keras anggota, ribuan nyawa berhasil kita selamatkan dari ancaman liquid vape bernarkotika,” tutup Kapolda.

Reporter: Jafar Sidik

Momen HUT Bhayangkara ke-79, Polda Sumut bersama Masyarakat Donor Darah untuk Sesama

mimbarumum.co.id – Dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-79, Polda Sumatera Utara menggelar aksi donor darah massal di kawasan Merdeka Walk, Medan, Minggu pagi (29/6/2025). Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian utama dalam momen Car Free Day yang dipadati masyarakat dari berbagai kalangan.

Wakapolda Sumut, Brigjen Pol Rony Samtana, S.I.K., M.T.C.P., turut ambil bagian langsung dalam aksi donor darah tersebut. Didampingi para Pejabat Utama (PJU) Polda Sumut serta Bhayangkari, Brigjen Rony menunjukkan bahwa kepedulian terhadap sesama bisa diwujudkan lewat langkah sederhana namun bermakna besar.

“Donor darah ini bukan hanya bentuk kepedulian sosial, tetapi juga bagian dari pengabdian Polri kepada masyarakat. Di momen Hari Bhayangkara ke-79 ini, kami ingin hadir dan bermanfaat secara nyata,” ujar Brigjen Pol Rony Samtana.

Sejak pagi, antrean warga terlihat di tenda layanan donor darah yang disiapkan oleh Polda Sumut bekerja sama dengan PMI. Masyarakat tampak antusias mengikuti proses donor, yang dilakukan secara tertib dan profesional oleh tim medis.

Kegiatan ini mendapat sambutan positif, tak hanya dari kalangan internal Polri, tetapi juga dari masyarakat umum yang hadir memeriahkan Car Free Day. Kehadiran para Bhayangkari yang ikut berpartisipasi semakin memperkuat pesan solidaritas dan empati dalam momen peringatan HUT Bhayangkara.

“Setiap tetes darah yang disumbangkan hari ini sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan. Ini adalah bentuk nyata sinergi antara Polri dan masyarakat dalam menebar kebaikan,” tambah Wakapolda Sumut.

Dengan semangat kebersamaan, kegiatan donor darah tersebut menjadi simbol bahwa Polri tidak hanya hadir sebagai pelindung dan pengayom, tetapi juga sebagai sahabat kemanusiaan yang siap membantu siapa pun yang membutuhkan.

Reporter: Jafar Sidik

Aksi Sigap Sat Polairud Polres Tanjung Balai, Kapal Tanpa Nama Dihentikan dan Diperiksa

0

mimbarumum.co.id – Aksi cepat dan sigap kembali ditunjukkan oleh jajaran Satuan Polisi Air dan Udara (Sat Polairud) Polres Tanjung Balai. Sebuah kapal tanpa nama yang mencurigakan berhasil dihentikan dan diperiksa saat berlayar menuju Tanjung Balai pada Senin (30/6/2025).

Menurut Kasi Humas Polres Tanjung Balai, Kompol Ahmad Dahlan Panjaitan, kegiatan ini merupakan bagian dari patroli rutin yang dilaksanakan oleh Kapal Patroli II-1014 dengan personel AIPTU Sarianto dan BRIPKA A.S. Damanik.

Patroli ini dilakukan untuk mencegah masuknya barang ilegal, penyelundupan, narkoba, hingga pelanggaran hukum lainnya di wilayah perairan Tanjung Balai.

“Kapal tanpa nama dan tanpa tanda selar itu berhasil dihentikan pada pukul 14.25 WIB di koordinat N 2°58’23.6712″ E 99°48’27.4212″. Kapal tersebut dikemudikan oleh seorang nakhoda bernama Heri,” ujar Kompol Ahmad Dahlan Panjaitan saat dikonfirmasi, Senin (30/6/2025).

Lebih lanjut dijelaskan, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kapal tersebut dalam kondisi muatan kosong dan tidak ditemukan adanya barang-barang yang melanggar hukum. Meski demikian, tindakan pemeriksaan tetap dilakukan secara menyeluruh untuk memastikan keamanan dan ketertiban di perairan Tanjung Balai.

Selain melakukan pemeriksaan, personel Sat Polairud juga memberikan himbauan Kamtibmas kepada nakhoda dan para nelayan yang ditemui di tengah laut. “Kami selalu mengingatkan agar nelayan memastikan kondisi kapal sebelum berlayar, menghindari penyalahgunaan narkoba, serta menjaga keselamatan kerja di laut,” jelas Kompol Ahmad Dahlan.

Kompol Ahmad Dahlan juga menegaskan bahwa pihaknya meminta masyarakat nelayan untuk menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan, tidak mudah terprovokasi oleh berita hoaks di media sosial, dan segera melaporkan kepada aparat apabila mengetahui adanya tindak pidana atau kejadian mencurigakan di perairan.

Kegiatan patroli dan pembinaan masyarakat ini merupakan bagian dari upaya menjaga situasi Kamtibmas di wilayah hukum Polres Tanjung Balai agar tetap aman dan kondusif.

“Kami akan terus melakukan patroli rutin untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat, khususnya di wilayah perairan,” pungkas Kompol Ahmad Dahlan Panjaitan.

Hingga saat ini, situasi di perairan Tanjung Balai dalam keadaan aman, terkendali, dan tidak ditemukan kejadian menonjol.

Reporter: Jafar Sidik