Assalamualaikum wr wb. Awak berharap mulai pagi ini kebahagiaan buat kalian semua semakin terasa dan nyata.
Kebahagiaan itu betul2 awak lihat tidaklah perlu kemewahan dan semuanya pakai harga. Hal yang sangat sederhana sekali pun ternyata bisa menjadi kebahagiaan.
Setidaknya itu yang awak liat dan rasakan saat mengawani cucu dan iseng mencari sendal di sebuah bazar.
Namanya juga bazar, tentunya jauh dari kemasan mewah dan harga tinggi. Semua serba sederhana dan harga pun relatif terjun bebas (hehehe tentunya buat yg punya uang, kalo kami tetap seperti biasanya. Tetap beritung dua tiga kali untuk berbelanja).
Disana awak liat cucu awak malah menikmati suasana bazar. Dia begitu bebas berlari dan bermain diantara tumpukan kardus (bukan berarti bermental kardus ya).
Melihat hal itu, bayangan2 ide muncul tiba2 di benak awak yang tak pernah berhenti berharap sesuatu yang ideal.
Andai dekat rumah awak ada taman bermain buat anak, mungkin kebahagian cucu awak sebagai anak2 semakin maksimal dan bisa pula mambangun rasa persaudaraan sama jiran tetangga, bukan nafsi2 macam di bazar, plasa maupun mal yang banyak orang tak dikenal.
Sayangnya awak terbilang rakyat kebanyakan yang hanya bisa tinggal di pinggir kota dan jauh dari taman2 kota seperti bayangan awak itu laaa.
Dari sisi ini awak terkadang merasa bukan bagian kota ini, dimana sarana dan prasarana kota jauh dari kami.
Taman yang awak bayangkan tadi seakan hanya milik pusat kota, walau beberapa diantaranya tampak bagai diterlantarkan.
Awak piker, fakta ini perlu manjadi pemikiran para calon walikota yang akan maju pencalonannya di 2020 mendatang.
Kawasan pinggir kota, yang menjadi kantong2 pemukiman, yang nota bene merupakan warga kota, juga mendapat perhatian pembangunan dan rencana kota secara setara.
Taman bermain, ruang terbuka hijau juga kami perlukan, bahkan kalau perlu, minimal sama seperti yang selama ini dilakukan pemerintah kota untuk taman dan fasilitas2 lain di pusat kota, yang jarang anak2 dan penduduknya.
Jangan biarkan anak2 dan cucu2 kami bermain dan tumbuh denggan keras dan terpaksa merampok hak orang lain dengan bermain bola, berlarian, bermain layangan atau bekel dan congklak di jalanan.
Bisa2 ilang rasa mereka sebagai warga kota, yang bisa berdampak keliaran kreativitas. Apalagi sampai melepaskan semangat dan energinya ke tempat2 yang tidak tepat.
Cemana laaa kenyataan ini menurut klen?