Kamis, April 25, 2024

Media Massa Harus Ikuti New Equilibrium

Baca Juga

mimbarumum.co.id – Media massa sekarang ini mengalami tekanan ganda, disrupsi digital dan krisis ekonomi akibat Covid-19. Media kini masih disibukkan oleh perampingan manajemen, PHK karyawan dan sebagainya. Selain itu, berhadapan dengan masalah survival dalam krisis ekonomi yang paling buruk dalam sejarah pers.

“Kondisi ini membuat semakin menipisnya daya hidup pers nasional,” ucap Ketua Komisi Hubungan Antar Lembaga dan Internasional Dewan Pers, Agus Sudibyo. Pernyataan ini dungkapnya dalam Webinar Peran Media di Tengah Kontraversi Vaksin Covid-19 di Masyarakat, Rabu (31/3/2021).

Dijelaskan Agus, disrupsi digital yang dihadapi media massa, antara lain terkait iklan. Dimana Google, Facebook menguasai 75-80 persen dari total belanja iklan digital nasional. Sedangkan media massa hanya mendapatkan sisanya. “Selain itu, readership dan oplah media terus menurun, jelas dia.

Karena itu, media massa harus mengikuti new equilibrium. Yaitu dengan melakukan diferensiasi produk antara media lama dan media baru. Menurut dia, masyarakat membutuhkan media lama dan media baru sesuai dengan karakter dan fungsi masing-masing. “Makanya, jangan lagi menggarap berita-berita yang sudah digarap oleh media sosial. Masyarakat yang ingin mengetahui berita yang terverifikasi akan melihat media massa, jelasnya.

Agus pun meminta agar semua media jangan terpancing unntuk menyebarkan hoax. “Biarkan media sosial, media masa jangan ikut-ikutan. Media masa harus bisa menyajikan sesuatu yang lebih bermartabat. Karena masyarakat nantinya akan jenuh dengan media sosial, terangnya.

Ini Tips-tips Wawancara dari Andreas Harsono

Wartawan yang meliput Indonesia buat Human Rights Watch sejak 2008, Andreas Harsono menegaskan wartawan agar bertanya terbuka dan pendek. “Wartawan tidak dianjurkan bertanya lebih dari 16 kata. Makanya buat pertanyaan terbuka dan pendek,” terangnya.

Ia juga memaparkan sepuluh tips wawancara yang baik. Yang pertama harus menyiapkan bahan, kedua buat aturan wawancara on the record serta off the record. Ketiga jangan terlambat, dan keempat perhatikan detail. Lalu kelima sopan.

“Keenam, dengarkan pembicaraan. Ketujuh silience is golden, kita bisa menghadirkan pertanyaan yang baik saat diam mendengar. Kedelapan tetap menjaga eye contact,” tuturnya.

Kemudian, sebelum selesai wawancara, tanya apa ada hal lain yang ingin disampaikan narasumber. Dan terakhir review hasil wawancara.

Dia juga menyampaikan kriteria sumber-sumber yang bisa anonim. Termasuk sejumlah tips baru jurnalisme, bagaimana meliput trauma.

Yang utama, untuk meliput kekerasan seksual, harus menugaskan wartawan perempuan. “Memang tidak semua wartawan perempuan peka, tapi minimal kita tidak menambah trauma narasumber,” pungkasnya.

Reporter : Siti Murni

Editor : Siti Murni

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peringati Hari Otonomi Daerah, Sekdaprov Sumut Harap Pemaksimalan Pengelolaan Ekonomi Hijau

mimbarumum.co.id – Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sumatera Utara (Sumut) Arief S Trinugroho menekankan pentingnya pemaksimalan pengelolaan ekonomi hijau dan...

Baca Artikel lainya