Siang itu, waktu awak bezuk kawan di sebuah rumah sakit, hujan turun lebat. Awak sama kawan bisa lebih berlama-lama menghibur kawan yang lagi saket biar tetap semangat dan segera pulih.
Setelah kawan awak yg sedang dirawat itu tampak perlu istirahat, kami pun bergerak meninggalkan rumah saket dan shalat dzuhur di masjid dekat situ
Waduh! Begitu mau menyebrang jalan, sebagian jalan sudah banyak genangan air. Untungnya kami bisa sampai di masjid dengan tidak terlalu banyak kena air walau celana harus dinaikan siket.
Setelah shalat dan bergerak ke parkiran kereta (sepeda motor kata anak Medannya) kembali kami harus berjinjit agar tidak terlalu banyak kena genangan air. Untungnya di sisi jalan itu ada trotoar yang cukup bagos. Di sana sudah ada garia kuning untuk penyandang tuna netra.
Tapiiiiii, seperti pernah awak ceritakan, perancang dan pelaksana pembuatan trotoar itu keknya gak punya citarasa dan pemahaman fungsi garis kuning, yang diharapkan bisa menuntun para tunanetra selamat dan tau posisinya saat melalui trotoar itu.
Mereka bisa awak pastikan terjatuh, nabrak dan terjeblos saat mengikuti garis kuning itu. Terlaaaluuuu (mengutip bang Oma Irama si raja dangdut), kota yang tampak masih tak ramah sama warganya, bagai anak yang gak punya ibu yang bisa mengerti bagaimana menjaga dan membesarkan anak2nya.
Dari situ awak jadi terpiker dan berandai-andai, 2020 nanti maunya punya ibu yang bisa mengayomi masyarakat kota layaknya sentuhan wanita, seorang ibu kandong.
Bisa aja itu sebagai walikota atau sebagai wakil walikota. Apalagi dia bisa membangunkan “anak2″nya untuk bangkit sejajar dan bahkan bergandeng tangan dengan masyarakat kota metropolitan selevel di dalam negeri seperti Surabaya, Bandung atau bahkan negara kota sekelas Singapura.
Ya, menurut awak Medan perlu sentuhan seorang perempuan kalau perlu dia dari kalangan millenials dan dia bisa menggairahkan kembali kepedulian anak muda kota untuk mulai mengambil alih estafet kepemimpinan.
Karena dia millenials, tentunya perlu partner yang kuat dan tangguh dari kalangan lebih matang untuk seiring sejalan membangun tapakan kepemimpinan selanjutnya.
Kalo sistim politik saat ini tidak sanggop mencarikan figur yang seperti harapan itu, awak siap bantu mencarikannya secara independen. Biar ibunya kota Medan nanti bisa pula membangun lebih fokus layaknya ibu2 membangun anaknya.
Hehehe bukan sok yakeeen laaa, tapi awak merasa dah sangat perlu sentuhan wanita dalam pemerintahan kota kita niii laaa. CKR?