Makan Lah

spot_img

Berita Terkait

Tadi malam, seperti postingan tentang makanan sebelumnya, awak dapat banyak respon dari kankawan awak di medsos.

Awak senang, berarti walau hanya dari pandangan di wall, masakan istri awak ada yang suka. Tapiiii, bukan berarti awak sedang beriklan dan mengatakan itu laaaa makanan terlezat, apalagi memaksakan kepada publik itulah makanan terlezat.

Posting makanan, belakangan memang sering awak lakukan, dengan harapan, suatu saat nanti generasi penerus punya rekam dan jejak makanan leluhur yang khas dan bercitarasa spesial.

Kenapa pula awak berpikiran sejauh itu? Hehehe keknya awak mulai paham kenapa sebuah pabrik semen tertua di Sumatera Barat sampai buat slogan keren, “Kami telah berbuat sebelum yang lain memikirkan.” Hehehe makanya awak lakukan postingan itu sebelom klen pikerkan.

- Advertisement -

Dengan tagline begitu, orang tau kalau pabrik itulah yang pertama membuat semen di negeri ini. Nah awak pon gitu, siapa tau suatu saat orang dah lupa memasak dan makan makanan masakan istri, mereka kembali terpiker untuk memasak masakan kegemaran keluarga bersama istrinya setelah surving internet dan tengok postingan awak, hehehe lebaaayyy.

Walau tak setegas pabrik semen itu, berbagai rumah makan khas Minang pon awak tengok melakukan cara kampanye yang praktis dan khas yang membuat orang ingat identitasnya. Lihat laaa nama rumah makan Roda yang akrab dengan pelintas jauh, Simpang Raya yang siap menunggu di persimpangan utama dan Sederhana yang mengambarkan akrab dari semua aspek.

Tapi, untuk membangun nama dan citra pribadi tampaknya tak semudah itu. Apa lagi aspeknya tidak cukup dengan daya tarik rasa dan kenikmatan pengisi perut dan pikiran, tapi lebih banyak lagi daripada sekadar promise. Apalagi saat seorang pribadi tengah berusaha untuk hal khusus yang bersangkutan hajat orang banyak.

Hehehe awak tengok, di dalam hal tagline pencitraan laaa banyak sosok yang ingin tampil itu salah. Dampaknya malah kontradiksi dengan pribadi aslinya, yang terkadang terpaksa harus dibedaki bahkan ditopengi para pemikirnya.

Olah-olah jadi keren, saat tersingkap sedikit saja aslinya, citra yang dibangun malah jadi lebeh lebay dari kelebayan awak posting makanan doang. Hehehe kadang tepiker awak cocok juga petuah orang dulu laaaa.

Orang dulu selalu berpikir panjang sebelum membuat tagline yang mirip visi dan berarti janji dalam bentuk slogan. Mereka selalu menimbangnya dengan perumpamaan “Murah di mulut, mahal di timbangan”. Dengan itu mereka menjaga dirinya untuk tidak banyak janji, apalagi tidak bisa menepatinya. Itu hebat dan #LebihManusiawi.

Hehehehe balek cerita postingan makanan awak laaa, maaf laaa ya, awak gak ada janji di dalamnya. Awak cuma berharap itu menjadi pelajaran buat generasi di bawahnya, siapa tau berguna bagi mereka. Cocok klen rasa? []

- Advertisement -

Tinggalkan Balasan

- Advertisement -
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Berita Pilihan

Ayo Belajar

Oleh : Rizanul Arifin Awak kok jadinya rada-rada cemana gitu memulai pagi Senin ini. Keknya ada betolnya kalok The Boomtown...