mimbarumum.co.id – Empat mahasiswi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menciptakan sebuah komik yang mengangkat kearifan lokal dan bertema tentang pendidikan karakter anak.
Ajaibnya, komik karya empat mahasiswi tersebut telah dipasarkan ke berbagai negara di Asia, Eropa, hingga Afrika.
Empat mahasiswi itu adalah Riski Ajura Ayu Ningtia, Dinda Dewi, Nabila Khalisah br Simamora, dan Meily Winie Manik. Mereka membuat karya 99,99 Komik Strip yang identik dengan budaya di Sumatera Utara (Sumut). Komik karya empat perempuan muda tersebut menyampaikan 99 cerita dengan sembilan karakter moral anak.
Ketua tim pembuat 99,99 Komik Strip, Riski Ajura Ayu Ningtia mengatakan kepada VOA, komik yang dibuat sejak Maret 2019 dan diluncurkan pada Mei 2019 tersebut saat ini telah dipasarkan ke berbagai negara seperti Malaysia, Thailand, India, Perancis, Tunisia, Jerman, Jepang, Australia, dan Yaman.
Komik yang dipasarkan ke mancanegara itu hanya tersedia dalam versi bahasa Inggris.
Bukan hanya dalam bentuk buku, Komik tersebut kini tersedia dalam bentuk digital dan bisa diunduh di Google Play Store.
“Kita juga bekerja sama dengan pihak lain untuk membantu kami menyebarluaskan dan mempromosikan komik ini ke berbagai negara. Itu (komik) disebarkan melalui yang bisa diunduh saja, karena kami kesulitan kalau dalam bentuk buku,” seru Ajura di Medan, Rabu 14 Agustus 2019 seperti mengutip VOAIndonesia.
Lanjut Ajura, 99,99 Komik Strip tersebut juga berbeda dari komik pada umumnya. Penggunaan 9 bahasa daerah yang ada di Sumut menjadi pembedanya, masing-masing penyampaian ceritanya diambil dari bahasa suku Batak Toba, Angkola, Mandailing, Melayu Deli, Melayu Pesisir, Simalungun, Karo, Nias, dan Pakpak. Hal itu yang menjadikan komik ini memiliki ciri khas tersendiri.
“Yang menjadi ciri khas dari komik ini adalah kita mengangkat budaya. Pada karakternya kami selalu menggunakan karakter dari setiap daerah seperti Mandailing, Melayu Deli yang biasa karakternya menggunakan warna kuning. Lalu, Batak itu identik dengan warna merah, hitam, dan emas,” sebut Ajura.
Proses pembuatan komik itu tak selalu berjalan mulus. Ajura mengungkapkan ada kesulitan dalam menghasilkan karya yang mengangkat kearifan lokal di Sumut yaitu pada bagian penutur bahasa.
“Kita menggunakan sembilan bahasa daerah dan kesulitannya itu di penutur tersebut. Kita harus mencari penuturnya, karena setiap bahasa daerahnya sendiri mempunyai tingkatan, dan kesulitan masing-masing. Jadi kami menyurvei kemudian melihat seberapa banyak yang digunakan sehari-hari bahasanya. Jadi yang paling banyak kami masukkan ke dalam komik,” ungkapnya.
Sementara itu salah satu anggota pembuat 99,99 Komik Strip, Dinda Dewi menuturkan karya ini didasari oleh kekhawatiran akan bahasa daerah yang semakin jarang digunakan.
Sumber Suara.com dengan artikel berjudul “99,99 Komik Strip, Komik Viral Mahasiswa Medan yang Laku Dijual di 3 Benua