Beranda blog Halaman 2565

Mak Inong Tagih Janji Pemko Medan

0

Medan,(Mimbar) – Mak Inong seorang bilal mayit dari kelompok perempuan, berupaya menagih janji Pemerintah Kota (Pemko) Medan yang hingga kini belum juga mengeluarkan honornya yang telah setahun diurusnya melalui jajaran kepala lingkungan (Kepling), lurah hingga camat.

“Sudah setahun yang lalu saya urus administrasinya, tapi katanya belum masuk, ini kenapa ya,” ujar Mak Inong saat menyampaikan keluhannya, dalam Reses II tahun 2016 anggota DPRD Kota Medan Irsal Fikri, kemarin, di Halaman Masjid Darul Ali Jalan Brigjen Katamso Gang Nasional Kecamatan Medan Maimun.

Irsal Fikri yang pada kesempatan resesnya memberi bantuan berupa uang kepada dua bilal mayit dan penggali kubur di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun tersebut, berjanji akan meneruskan sekaligus mempertanyakan kepada Kabag Agama Pemko Medan, terkait keluhan yang disampaikan Mak Inong.

Dalam dialog tersebut juga mantan Ketua Komisi B DPRD Kota Medan di tahun lalu itu menerima aspirasi dari warga lingkungan 10 Kelurahan Sei Mati bahwa untuk magrib mengaji yang sudah diprogramkan Pemko Medan itu, ternyata khusus untuk 3 orang guru ngaji di Masjid Darul Ali beum juga menerima honor sesuai yang dijanjikan.

Lurah Sei Mati, Asbin Siagian yang turut hadir pada kegiatan itu memastikan pencairan honor baik untuk bilal mayit maupun guru-guru mengaji diyakini tidak akan berlangsung lama.”Mungkin saat ini masih proses. Sebetulnya gak ada masalahnya, cuma lamban saja,”terang Lurah.

Lurah menegaskan dengan turunnya surat undangan dari Pemko Medan untuk penerimaan honor baik untuk magrib mengaji, penggali kubur maupun bilal mayit, hl tersebut akan langsung disampikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan, sehingga diharapkan untuk tidak membuat penilaian bahwa Pemko tidak memperhatian warganya.

Diketahui, menyusul nuansa Ramadhan sangat mempengaruhi pelaksanaan acara reses II tahun 2016 anggota DPRD Kota Medan Irsal Fikri juga mengadakan tausyiah yang diisi oleh Al Ustad Muhammad Yasir Tanjung dengan thema ”Manusia yang terbaik mati dihadapan Allah SWT.”(ui)

Kader PPP Sumut Ini Didorong Jujur dan Terang

0

mimbarumum.co.id – Bustami HS, anggota DPRD dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) didorong menyampaikan secara jujur dan terang benderang kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait statusnya yang ditetapkan sebagai tersangka.

“Jangan ada sedikitpun yang ditutup-tupi, sampaikan saja apa adanya ke KPK. Sebab saya yakin bang Bustami tidak bersalah sampai sejauh ini sehingga ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK,” ucap Aswan Jaya, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PPP Sumatera Utara, baru-baru ini di Medan.

Aswan didampingi sejumlah pengurus lainnya, antara lain Hasan Maturidi, Ketua DPC PPP Medan, Yuni Piliang dan Ketua DPC PPP Batubara, Syafrizal kepada wartawan usai pembukaan Musyawarah Wilayah (Musywil) VIII PPP Sumut di Hotel Garuda Plaza Medan, Sabtu (18/6) malam menyampaikan keprihatinannya mendengar dan mengetahui nasib rekan separtainya itu.

“Saya yakin ini telah dipolitisasi, hanya sekadar mengikutsertakan atau mengkaitkan salahsatu kader PPP masuk dalam daftar tersangka bersama pimpinan partai dan fraksi yang ada di DPRD Sumut,” ucap politisi itu.

Aswan beralasan Bustami hanyalah anggota dewan biasa, bukan termasuk unsur pimpinan fraksi atau pimpinan partai seperti umumnya tersangka lain.

“Terus terang, saya bersahabat baik dengan Bustami. Makanya saat mendengar dan mengetahui dia menjadi salahsatu tersangka oleh KPK, saya terkejut dan langsung menghubungi bang Hasan Maturidi memastikan apakah berita tersebut benar dan mengapa bisa terjadi begini,” kata Aswan Jaya

Sebelumnya, KPK menetapkan tujuh anggota DPRD Sumut periode 2009-2014 dan 2014-2019 sebagai tersangka. Ketujuh anggota dewan tersebut yakni, Muhammad Afan dan Budiman Nadapdap dari PDI-P, Guntur Manurung dari Partai Demokrat, Zulkifli Effendi Siregar dari Hanura, Bustami dari PPP, Parluhutan Siregar serta Zulkifli Husein dari PAN.(09)

Adi Sangat Lapar Ketika Dibuang

0

mimbarumum.co.id – Riska (24) mendadak terkejut. Persis di depan pintu rumahnya ada seorang bocah laki-laki terduduk lemah. Badannya terlihat sangat kurus dan parasnya begitu memelas dan nelangsa.

Ibu rumah tangga (IRT) warga Jalan Irian Barat, Dusun 20 Desa Sampali Percut Sei Tuan, Kabupaten Deiliserdang itu pun segera menghampiri bocah yang diperkirakan berusia 10 tahunan itu.

“Dia (bocah) itu mengaku sangat lapar. Saya langsung menggendongnya ke dalam rumah lalu segera memberinya makan,” tutur Riska menjelaskan kronologis penemuan bocah malang itu.

Ia menemukan bocah itu sekira pukul 6 pagi pada hari Kamis (2/6) lalu, ketika akan keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Riska mengaku sangat terkejut saat ada seorang bocah dengan mengenakan kemeja dan jaket serta celana jeans berada persis di depan pintu rumahnya dalam kodisi memprihatinkan.

Usai memberi makan bocah itu lalu memandikannya dan mengganti pakian bocah itu karena sudah menebarkan bau tak sedap, Riska bersama keluarganya bergegas melaporkan perihal itu kepada Kepala Dusun setempat.

“Kadus meneruskannya ke polisi. Tak lama kemudian Kadus dan warga yang lain datang ke rumah kami serta menanyai Adi. Namun Adi ketakutan melihat pria, dan ia tetap memelukku,” kata ibu dua orang anak ini.

Kadus dan warga yang berdatangan pun sangat iba dengan kondisi yang dialami bocah malang itu. Fisiknya terlihat sangat lemah. Yang tersisa hanya tulang berbalut kulit sehingga sangat jelas terlihat motif tulang rusuk dan benjolan-benjolan tulang lainnya di sekitar tubuh bocah yang mengaku bernama Adi itu.

Mereka yang berdatangan pun akhirnya menyarankan agar Adi, si bocah malang itu dibawa ke Puskesmas untuk segera mendapatkan perawatan yang memadai. Riska dibantu tetangga segera menggendong Adi ke Puskesmas terdekat.

Tenaga medis di Puskesmas Pembantu Sampali di Jalan Pasar Hitam Dusun XI Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan segera memberikan makanan dan minuman. Lagi-lagi Adi melahapnya dengan semangat dan nyaris tidak menyisakannya. Bocah itu seakan sejak lama menahan lapar, sehingga begitu ada makanan dia tidak segan-segan untuk terus memenuhi perutnya.

Sesaat kemudian, Riska berinisitif menanyai bocah itu. Dengan pelan-pelan dan hati-hati, Riska menanyakan mengapa Adi bisa sampai dan berada persis di depan pintu rumahnya. Jawaban Adi membuat bulu kuduk Riska berdiri. Betapa tidak, bocah kerempeng itu mengaku selama ini mendapat penyiksaan dan penyekapan dari om (paman)-nya sendiri.

“Adi mengaku selama ini disekap di dalam kamar tanpa diberi makanan sama sekali dan kerap dianiaya,” kata Riska menyampaikan pengakuan bocah malang itu.

Pamannya, kata Riska melanjutkan pengakuan Adi, sering menyundutkan api rokok ke tangan dan kakinya serta memukuli kepalanya. Bekas luka akibat penyiksaan itu,kata ibu rumah tangga itu memang masih terlihat jelas tandanya.

Om-nya yang bernama Koko itulah yang membawa Adi ke Desa Sampali ini. Riska juga menyebutkan bocah malang itu mengaku selama ini tinggal di kawasan Kota Medan bersama dengan pamannya itu. Sementara ibu dari bocah malang itu yang bernama Evi kini tinggal di Malaysia sedangkan ayahnya yang bernama Ucok masih ada di kawasan Kota Medan.

“Tadi pagi, katanya yang mengantar dia di depan rumah saya Om-nya sendiri, Koko yang telah menganiaya dia,” ucap Riska.

B br Situmorang, seorang bidan/tenaga medis di Puskesmas itu menjelaskan jika kondisi bocah ketika dibawa ke Puskesmas, awalnya tak mampu berjalan bahkan berdiri. Setelah diberi makan, minum teh manis dan roti, kondisi bocah itu mulai membaik.

Meski kondisinya sedikit membaik, tetapi Bidan Puskesmas itu merekomendasikan agar bocah malang itu segera mendapatkan perawatan lanjutan dari rumah sakit yang lebih besar agar proses penyembuhan dan pemulihannya lebih intensif.

“Adi mengalami gizi yang sangat buruk dan berat badannya hanya 10-14 Kg. Sepertinya sangat trauma dan ketakutan,” kata tenaga medis itu.

Namun dia menyayangkan hingga pukul 3 sore, aparat pemerintahan desa tidak juga segera membawa bocah itu ke rumah sakit. “Saya bingung, padahal tadi Kades sudah datang dan saya mengatakan bocah itu harus dibawa ke rumah sakit yang lebih besar supaya mendapat perawatan intensif,” ucapnya.

Kondisi kesehatan bocah malang yang menjadi pasien di Puskesmas itu semakin menunjukkan penurunan. Adi mulai muntah-muntah. Dia merasakan dadanya sesak dan perutnya sakit. Wajah nelangsa anak itu semakin terlihat pucat. Riska, orang pertama yang menemukan bocah malang ini menangis histeris melihat kondisi Adi.

Bersamaan itu, aparat kepolisian dari Polisi Sektor (Polsek) Percut Sei Tuan yang sebelumnya telah mendapat informasi tentang keberadaan bocah itu tiba di Puskesmas tersebut. Petugas segera membopong bocah itu ker Rumah Sakit (RS) Bhayangkara, Medan untuk mendapatkan perawatan intensif.

Kepala Desa Sampali, Sri Astuti alias Butet mengatakan, belum segera dibawanya Adi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lanjutan karena pihaknya sedang menunggu petunjuk dari pihak Dinas Sosial.

“Kami tadi menunggu Dinsos. Setelah ada petunjuk dari mereka, baru akan kita lakukan (rujukan ke rumah sakit). Sekarang petugas Dinsos sudah di jalan dan bentar lagi akan sampai,” ucap Kades itu sesaat sebelum aparat kepolisian membawa Adi ke rumah sakit.

Sri Astuti kepada wartawan mengakui penyebab lambannya penanganan bocah malang itu untuk dirujuk ke RS karena kurangnya kordinasi. Namun dia menampik jika pihak desa lamban dalam mengambil langkah-langkah penanganannya.

“Setelah sudah dibawa ke kantor desa, anak tersebut sudah kita tangani semua, diantaranya diberi makan, dimandikan dan ganti baju. Setelah itu kami serahkan ke Puskesmas, lalu dilapor ke polisi dan diteruskan ke Dinsos,” ucapnya.

Tak lama, aparatur dari Dinas Sosial tiba di Puskesmas tersebut. Parlagutan Nasution didampingi beberapa aparatur lainnya kepada wartawan mengatakan pihaknya sudah mendapatkan informasi tentang bocah malang bernama Adi itu sejak pagi hari.

“Kades mengatakan kepada saya jika kondisi bocah tersebut dalam keadaan sakit. Saya kemudian mengarahkan supaya anak tersebut dibawa ke rumah sakit untuk di-obatkan dulu, dan kemudian kita akan mengambil alih serta akan membawanya ke panti asuhan. Itu sudah kita informasikan ke Kades,” paparnya.

Ternyata, kata Parlagutan, pihaknya sangat terkejut karena ketika pihaknya mengkonfirmasikan perihal itu ke pihak puskesmas, faktanya anak tersebut baru sore hari dibawa ke rumah sakit.

Aparatur pemerintah itu mengakui pihaknya hingga sore ini memang belum berjumpa dengan bocah malang yang ditemukan oleh seorang ibu rumah tangga. Ketika mendapat laporan pada pagi hari, pihaknya belum segera melakukan penanganan karena alasan saat itu sedang melakukan rapat.

“Jadi kita belum bertemu. Untuk sementara ini nanti kita coba untuk ke rumah RS Bhayangkara Medan guna menindak lanjutinya. Setelah itu kita serahkan ke panti asuhan sementara, sebelum mendapatkan orang tuanya. Itulah tindakan kita dari Dinas Sosial,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Aris Merdeka Sirait dan Direktur YLBH Kesehatan Awalindo Sumut, Rahmat SH mendesak aparat kepolisian menindak pelaku pelantaran terhadap Adi.

“Ini merupakan kejahatan cukup serius. Karena korban disiksa dan tak diberi makan. Saya kira Polresta Medan segera menindak lanjuti, karena ini kasus pidana,” kata Aris Merdeka Sirait melalui selulernya kepda Mimbar, baru-baru ini.

Aktifis itu juga menyayangkan pemerintah Deli Serdang yang kurang sigap menangani bocah malang itu. “Saya mendengar Kades setempat kurang respon terhadap nyawa seseorang yang sangat membutuhkan pertolongan. Seharusnya Bupati Deliserdang memanggil yang bersangkutan guna dimintai keterangannya,” ucapnya.

Secara terpisah, Direktur YLBH Kesehatan Awalindo Sumut, Rahmat SH juga meminta pihak kepolisian segera menangkap pelaku dan penganiaya bocah itu sekaligus berupaya menemukan kedua orang anak tersebut.(An)

Tragedi Pilu di Bulan Ramadhan

0

Medan, (Mimbar) – Seorang siswi SMA yang masih duduk di bangku sekolah kelas 1, sebut saja namanya Bunga (17) warga Belawan mengaku telah disekap selama 2 hari dan diperkosa oleh pria yang baru ia kenal, B (22) warga Jalan Garuda Perumnas Mandala, Percut Sei Tuan, Deliserdang.

Atas peristiwa itu keluarga korban tak terima, sehingga Bunga dibawa keluarganya ke Polsek Percut Sei Tuan guna membuat laporan pengaduan, Jumat (10/6) siang.

Bunga ketika ditanyai wartawan di kantor polisi mengungkapkan, sebelum peristiwa keji yang menimpanya itui terjadi, Senin (6/6) pagi ia ditelepon oleh teman perempuannya, W yang juga warga Belawan. Disitu W meminta Bunga supaya menjemputnya di daerah Jalan Garuda Perumnas Mandala.

“Aku sempat mengatakan kepada W jika aku tak mengetahui Jalan Garuda. Namun W memaksa dan menjelaskan alamat yang dimaksud. Selanjutnya aku naik angkot dan tiba di warung internet (Warnet) Jalan Garuda. Aku masuk ke dalam warnet, namun W tak ada di lokasi,” ungkapnya.

Korban menambahkan, tiba-tiba seorang pemuda menghampirinya dan memperkenalkan namanya dengan inisial B, yang juga pemilik warnet. Saat itu, sambung Mawar, B menarik tangannya menuju ke ruang tamu dan memperkenalkannya kepada ibu dan kakak pelaku.

“Pelaku mengatakan kepada ibu dan kakaknya jika aku pacarnya. Padahal aku baru pertama itu kenal dengan pelaku. Kakak pelaku mengatakan jika B ingin menikah, terlebih dahulu membuatku hamil, dan itu membuat aku sangat terkejut serta syhock,” katanya.

Setelah itu, tambah korban, pelaku menarik tangan Bunga menuju kamar di lantai 2 rumah yang sekaligus dijadikan warnet tersebut. B saat itu langsung mengunci pintu kamar. Bunga menyempatkan diri berkata kepada pelaku jika ia hendak pulang lantaran sedang berpuasa. Namun B mengancam akan membuang serta menelantarkannya, sebab Bunga tak tau jalan-jalan di Perumnas Mandala.

“Dengan terpaksa aku hanya bisa diam lantaran di ancam. Pelaku kemudian turun ke lantai 1 untuk menjaga warnetnya, dan mengunciku di dalam kamar. Saat sore tiba, pelaku mengantar makanan bukaan berpuasa. Pelaku kembali lagi ke lantai 1, dan aku terkurung di dalam kamar hingga malam dan tertidur lelap,” ujarnya.

Dibeberkan korban lagi, Selasa sekira pukul 02.00 WIB, tiba-tiba B masuk ke dalam kamar dan membangunkan Bunga. Saat itu, lanjutnya, pelaku mengancam korban supaya jangan berteriak. Di bawah ancaman, pelaku dengan leluasa memperkosa korban hingga terjadi pendarahan. Usai berbuat bejat, pelaku meninggalkan korban di dalam kamarnya dalam keadaan terkurung.

“Hingga Rabu siang aku tetap dikurung B di dalam kamarnya. Sorenya pelaku kembali ke kamar dan melihat cincin emasku, serta memintaku menjualnya. Namun aku menolaknya, tetapi pelaku kembali mengancam akan membuang serta menelantarkan aku. Aku ketakutan, sehingga menyetujuinya. Pelaku mengajakku ke lantai 1, dan kemudian memboncengku dengan sepedamotornya menuju Jalan Aksara,” ucapnya.

Bunga melanjutkan, di Jalan Aksara cincin emasnya terjual dengan harga Rp 180 ribu. Namun B justru memaksa dan mengancam supaya uang tersebut dibagi dua.

“Saat diancam, aku tak bisa berbuat apa-apa sehingga uang itu dibagi dua. Pelaku meninggalkanku di Jalan Aksara, dan kemudian aku menumpangi angkot menuju rumahku,” tutupnya.

Orangtua korban serta kakak-kakaknya saat ditanyai mengaku heran, sebab pada Jumat pagi Bunga terlihat murung. Pihak keluarga menginterogasi korban, namun ia tak berani menceritakan peritiwa naas yang dialaminya. Setelah didesak, baru Bunga bercerita kepada keluarganya. Sontak seluruh keluarga terkejut dan tak terima, sehingga membawa Bunga ke kantor polisi guna membuat laporan.

Pantauan wartawan, korban didampingi keluarganya masih menjalani pemeriksaan di ruang unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polsek Percut Sei Tuan. (An)

Orang Terhormat di Palas Ditangkap

0

Sibuhuan, ( Mimbar ) – Meski menyandang predikat sebagai orang yang terhormat, justru perilaku seorang anggota DPRD Kabupaten Palas ini berbanding terbalik. Oknum legislator itu bersama sejumlah rekanya ditangkap polisi karena ketahuan bermain judi.

Personil Reserse dan Kriminal ( Reskrim ) Polres Tapanuli Selatan (Tapsel), pada awalpekan lalu menangkap dua orang penjudi kartu leng di Kecamatan Huristak, tepatnya di Desa Gunung Manaon sekira pukul 02.00 dinihari . Salah satu tersangka judi Leng tersebut seorang anggota DPRD Kabupaten Palas Berinsial GH.

Kapolres Tapsel AKBP Rony Samtana SIK. MTCP dikonfirmasi wartawan , Rabu ( 15/6) memalui telelpon seluler , membenarkan pengakapan kasus 303 tentang perjudian dengan dua orang tersangka , satu diantarnya adalah anggota DPRD Palas bernisial GH dari Partai Hanura yang juga Ketua Komisi A DPRD Palas .

Dikatakan, penangkapan terhadap kedua tersangka pemain judi di TKP Kecamatan Huristak , berdasarkan informasi dari masyarakat setempat yang menginformasikan tentang maraknya judi jenis kartu leng diwilayah tersebut .

“Atas dasar informasi yang diberikan masyarakat tersebut, Saya langsung memerintahkan Kasat Reskrim Polres Tapsel AKP Jamakita Purba , untuk melakukan pengerebekan dilokasi perjudian yang dinfokan masyarakat, ” kata AKBP Rony

Sekretaris DPC Partai Hanura Palas Burhanuddin ketika dikonfirmasi Mimbar perihal penangkapan salah seorang kader partai, menyatakan menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada aparat kepolisian.

Namun dia meminta semua pihak untuk menhgedepankan asas praduga tak bersalah. “Masih kita tunggu dari pihak Polres nantinya. Apabila terbukti bersalah secara hukum, maka akan kita limpahkan kewenangannnya kepada penegak hukum,” ucapnya.

Selanjutnya, katanya partai akan menindaklanjuti hal itu dengan menyampaikannya ke pimpinan wilayah untuk diambil kebijakan. (Sly)

Awas Telat Sadar

0

Menarik ketika membaca sebuah postingan teman, pada suatu malam. Sembari menyandarkan diri di dipan empuk yang sedari awal memang sudah menjanjikan ku relaksasi dan sebuah mimpi indah, aku membaca postingan itu dengan seksama. Tentu permaisuri ku protes. Setelah seharian bekerja di kantor dan pulang agak larut malam, aku tak lantas mengajaknya bercengkerama. Malahan serius dengan gadget yang aku pegang. Disitu, istriku merasa aku dua-kan. Sejenak aku sapa dia dan belai kepalanya untuk mengakomodir protesnya. Lalu, mataku kembali ke segenggam benda elektronik di depanku.

Postingan berupa tulisan itu, bagiku sangat menarik dan menggelitik. Teman itu menceritakan sejarah tentang kekalahan sebuah imperium besar yang menguasai sepertiga bumi selama lebih tiga abad. Negara adidaya itu takluk hanya oleh kekuatan kecil yang sebelumnya tidak pernah diperhitungkan.

Negara Islam dibawah kekuasaan Bani Abbasiyah itu berhasil dihancurkan pada sekitar tahun 1258 oleh bangsa Mongol yang nomaden. Selain memprihatinkan, peristiwa itu juga menyisakan duka yang sangat mendalam dan persoalan kemanusiaan yang luar biasa.

Selama 40 hari non stop, katanya, kaum muslimin dibantai. Kota dibakar, wanita diperkosa dan dibunuh, bayi disembelih, jutaan tengkorak kaum muslimin ditumpuk menjadi bangunan pyramid. Tanah memerah dengan genangan darah. Sementara Sungai Tigris menghitam akibat tinta dan ribuan kitab di perpustakaan Bait al Hikmah dibuang ke dalamnya.
***

Yang besar dibantai yang kecil, itu memang sangat mungkin. Yang mayoritas dibantai minoritas juga bukan tidak mungkin. Hancurnya Negara Islam, seperti yang diceritakan di atas itu bisa terjadi karena memang pemimpin dan umat ketika itu menganggap remeh bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan. Mereka baru tersentak dan tersadar, ketika satu persatu wilayah Negara itu telah hancur.

Saya yakin, teman yang mempostingkan tulisan itu tidak hanya sekadar menyampaikan rasa keprihatinannya atas kondisi yang dialami sebuah Negara besar, bisa dikalahkan hanya oleh bangsa kecil yang kekuasaannya ketika itu sangat terbatas. Tetapi dia juga bermaksud mengingatkan siapa saja yang membaca postingannya agar tetap sadar. Jangan sampai terlambat baru menyadari atau seperti kata pepatah “nasi sudah menjadi bubur” dan kata seorang bijak “penyesalan itu datangnya belakangan”.

Teman tadi dalam tulisannya juga mengajak kita mengingat-ingat kejadian pada tahun-tahun lalu, ketika untuk pertama kalinya simbol “Naga Merah” muncul dalam logo hari ulang tahun (HUT) Propinsi DKI Jakarta. Lalu, dia juga menyandingkan dengan fenomena betapa massifnya baru-baru ini penggunaan logo “Palu Arit” di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Benarkah ini sebuah kebetulan, dua logo yang berasal dari satu ideologi yang sama (komunis) muncul secara beriringan di negeri ini?

Dalam perang-perang klasik, menancapkan panji-panji (simbol) di pusat-pusat kerajaan lawan, itu bertujuan untuk memberitahukan bahwa pemilik simbol telah mampu melakukan penaklukan atas wilayah tersebut. Itu juga makanya paska bentrok OKP di Kota Medan beberapa waktu lalu, aparat kepolisian segera melakukan pembersihan simbol-simbol OKP di sejumlah tempat karena keberadaan simbol-simbol itu seakan melegalisasi “kekuasaan” OKP di daerah tertentu. Ini dianggap bisa memicu konflik susulan karena ada upaya saling klaim.

Tindakan kepolisian, meski ketegasannya itu belum menunjukkan kesungguhan penuh tetapi tentunya yang melatarbelakangi tindakan pembersihan pamflet, posko dan coretan-coretan cat itu karena menyadari bahwa simbol-simbol itu memiliki makna tertentu.

Dan memang, manusia itu dikenal sebagai makhluk simbol, yakni seringkali mengasosiasikan dirinya dengan simbol-simbol tertentu. Jadi, simbol-simbol itu sesungguhnya memang memiliki makna dan perhatian khusus dari manusia. Sehingga keliru kalau dikatakan bahwa pemakaian logo “Palu Arit” yang gujug-gujug (tiba-tiba) ramai itu dianggap sesuatu yang sama sekali tidak bermakna apa-apa.

Berbanding terbalik dengan apa yang justru dialami simbol-simbol Islam di negeri yang mayoritas penduduknya muslim ini. Banyak simbol-simbol Islam yang dipermaslahkan kehadirannya. Wanita muslim menggunakan hijab (pakaian panjang dan berkerudung lebar sesuai syar’i) justru dipersoalkan. Ketika pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), misalnya mewajibkan berbusana muslim/muslimah, banyak yang memprotesnya.

Tragisnya, ketika seseorang yang menggunakan cadar atau gamis, justru dicurigai sebagai kelompok teroris atau sempalannya yang harus diwaspadai. Demikian juga seorang pria berjenggot dan menggunakan celana di atas mata kaki juga mendapat perlakuan aneh. Ada juga seorang pemuda yang mengenakan kaos oblong bertuliskan kalimat tauhid “Lailahaillallah” yang berarti sebuah bentuk pengakuan atas keimanannya kepada Tuhan Yang Esa, malahan di tangkap.

Masih banyak lagi perlakuan buruk yang dialami siapa saja ketika ingin menunjukkan simbol-simbol Islam dalam kehidupannya. Seakan itu haram. Akhirnya mereka dihadapkan pada dua pilihan, konsisten dengan simbol yang sangat dia hormati namun harus rela termarjinalkan di lingkungan sekitarnya atau harus mengikuti arus dengan menanggalkan simbol-simbol itu untuk tetap bisa memiliki bargaining di tengah-tengah lingkungan.

Ironi memang. Mayoritas justru terasing di negaranya sendiri. Sementara minoritas bisa bebas mengekspresikan nilai-nilai yang mereka yakini.

Mari kita ingat. Tak sampai setahun sejak simbol “Naga Merah” muncul, banyak masyarakat pribumi di Jakarta yang justru terusir dari tempat tinggalnya. Ada ratusan kasus penggusuran di ibu kota. Proyek reklamasi dan demi penataan kota yang lebih baik menjadi salah satu senjata pengusiran. Pada sisi lain, mereka yang jumlahnya lebih kecil itu justru terus melebarkan basis koloni dan menguatkan pondasi ekonominya.

Yang membuat kita seharusnya risih adalah ketika kita sibuk mengirim ribuan tenaga kerja ke luar negeri karena kesempatan kerja di dalam negeri yang sangat terbatas, pada saat yang bersamaan justru masuk ribuan tenaga kerja asal Cina. Mereka bukanlah pekerja professional dengan kemampuan tertentu, tetapi mereka hanyalah sebatas pekerja non formal (buruh kasar) yang kemampuan bekerjanya (baca : etos) belum tentu lebih baik dari tenaga kerja yang ada di republik ini.

Tidak mungkinkah di antara ribuan pekerja itu ada disusupkan sejumlah orang yang bertugas untuk melakukan infiltrasi? Ingatkah kita tentang kasus 5 orang pekerja dari Cina yang melakukan penyusupan dan berhasil menggali tanah di kawasan pangkalan udara militer Halim Perdana Kusuma? Benarkah itu hanya sebatas persoalan remeh temeh atau administrasi keimigrasian belaka?

Memang wajar jika muncul kecurigaan. Terlebih setelah terkuaknya kasus Lion Air yang menurunkan penumpang asal Singapura, bukannya ke terminal kedatangan luar negeri tetapi justru ke terminal domestik sehingga penumpang yang ada lolos dari pengecekan pihak keimigrasian. Teman tadi dalam postingannya mengajak pembaca untuk mengenali siapa pemiliki Lion Air dan apa posisinya di dalam lingkungan Istana Merdeka.
***

Fakta-fakta itu seharusnya sudah bisa menyentakkan kesadaran kita dari lamunan dan khayalan atau bahkan dari tidur nyenyak. Tapi ya itu, kata kawan tadi, penyakit kita adalah hanya kaget saja sesaat setelah itu “bobok” lagi. Umat ini juga banyak yang mengidap penyakit lupa. Sering lupa bahwa serigala itu kerap memakai jaket berbulu domba.

Sebenarnya tak berlebihan jika ada sebagian pihak yang mewanti-wanti tentang maraknya investasi Cina yang dibarengi dengan masuknya ribuan tenaga kerjanya di dalam negeri, bisa jadi adalah bagian dari aktivitas susup menyusup.

Apalagi memang sekarang ini orang luar gampang sekali menyusup karena memang ada celah sangat besar di sana. Lihat saja, Mendagri sudah sangat longgar mengeluarkan kebijakan, untuk pembuatan e-KTP tidak perlu ada pengantar dari RT/RW setempat. Alasannya untuk mengejar target segera semua rakyat Indonesia memiliki data kependudukan elektronik.

Bukankah ini berbahaya. Seorang RT/RW yang menjadi unit paling kecil dalam sistem keamanan lingkungan (Siskamling) bakalan tidak akan lagi bisa sepenuhnya mengenal warga yang ada di lingkungannya. Kebijakan yang pasti akan memudahkan siapa saja untuk mengantongi identitas sebagai warga Negara.

Kecemasan seperti apa yang terjadi dalam sebuah film Trojan War mudah-mudahan tidak terjadi di negeri tercinta ini. Maraknya investasi dan masuknya buruh asing itu semoga bukan meniru strategi perang dalam film itu. Ketika kita sudah lengah dan terpesona lalu jumlah mereka pun sudah membanyak, selanjutnya ribuan pasukan naga itu menyerang pertiwi. Semoga itu bukan bagian dari strategi. Dan jika pun memang iya, maka seharusnya kita sudah siaga membenahi posisi berdiri, jangan telat sadar. Karena penyesalan pasti datang belakangan.

Perang Proxy

0

Peringatan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo tentang Proxy War (perang proksi) tidak boleh diabaikan begitu saja. Seorang panglima perang mengatakan hal itu, tentunya berdasarkan data dan fakta yang nyata, bukan sekadar bicara belaka.

Proksi war adalah perang yang terjadi ketika lawan kekuatan menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti berkelahi satu sama lain secara langsung. Musuh tidak lagi menggunakan kekuatan militer untuk melumpuhkan negeri ini, tetapi cukup dengan menanamkan ide-ide tertentu yang akan merusak sendi-sendi kehidupan bangsa.

Sesungguhnya perang proksi ini sudah pernah terjadi pada  sejak hampir seratus tahun lalu. Dimana ketika itu, Barat menyadari bahwa perang fisik tidak akan pernah mampu mengalahkan kekuatan Islam.  William Ewart Gladstone (1809-1898), mantan PM Inggris mengatakan: “Percuma kita memerangi umat Islam, dan tidak akan mampu menguasasinya selama di dalam dada pemuda-pemuda Islam bertengger Al-Qur’an. Tugas kita sekarang adalah mencabut Al-Qur’an dari hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka. Minuman keras dan musik lebih menghancurkan umat Muhammad daripada seribu meriam. Oleh karena itu tanamkanlah ke dalam hati mereka rasa cinta terhadap materi dan seks.”

Ini adalah bentuk perang proksi yang memang mulai diterapkan para kapitalis. Dan mereka berhasil mencapai kemenangan itu. Kejayaan peradaban Islam terhenti berbarengan dengan bubarnya Daulah Islamiyah di Turki.  Umat Islam ketika itu tidak lagi menjadikan Islam sebagai pedoman hidup. Islam dibatasi hanya pada ranah ibadah ritual semata. Penganutnya hanya sibuk menjalankan ibadah mahdhoh, yakni hubungannya kepada Sang Pencipta. Padahal, Islam tidak hanya mengatur itu. Islam adalah peratuan hidup yang juga mengajarkan tentang ekonomi, politik, hubungan manusia dengan manusia lainnya juga hubungan manusia dengan alam.

Ketika prinsip Islam itu tercerabut dari hati umatnya, disanalah titik lemah itu berada. Umat Islam tidak lagi menganggap sesama muslim sebagai saudara.Mereka sudah terkotak-kotak dengan semangat-semangat primordial, semangat ke-suku-an, semangat ke-daerah-an atau ke-wilayah-an, dan semangat senasib sepenanggungan. Bukan lagi semangat ideologi Islam.

Barat akhirnya dengan mudah menaklukkan Islam, lalu membagi-bagi negeri-negeri muslim itu sebagai daerah jarahan. Semua negeri-negeri muslim tunduk di ketiak negara kapitalis. Kondisi ini, hingga hari ini masih terjadi, meskipun secara dejure, negara-negara itu sudah merdeka namun secara defakto-nya mereka belum berdaulat secara penuh. Jikapun tidak seluruhnya, namun banyak kebijakan-kebijakan dari para penguasa negeri-negeri Islam yang kini bercera-berai itu selalu mendapat intervensi asing.

***
Kembali ke persoalan kekhawatiran Panglima TNI tentang perang proksi ini, maka itu sebuah kewajaran. Dan memang faktanya, Daulah Islam yang begitu hebatnya ketika itu saja akhirnya bisa hancur.

Peperangan budaya yang disebutkan Panglima TNI, faktanya memang sudah massif terjadi di negeri ini. Rakyat negeri ini lebih mengidolakan artis-artis barat yang berperilaku jauh dari adat ketimuran. Berpakaian seksi dan umbar aurat menjadi sebuah trend yang digemari. Pesta minuman keras, pesta kencan, dan clubbing,  menjadi tradisi baru di negeri ini. Tak gaul rasanya, jika belum pernah masuk ke dalam ritual itu. Teranyar adalah “pemaksaan” perkawinan sejenis masuk dalam legislasi negeri ini. Perilaku lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) sudah terang-terangan diperkenalkan kepada generasi bangsa. Perilaku yang nyata-nyata menyimpang norma adat dan agama itu, justru sudah ada yang membelanya. Ironinya, pembelaan itu justru datang dari orang-orang yang dianggap faham agama.

Infiltrasi asing melalui ekonomi yang juga dikhawatirkan Panglima TNI itu, justru keberadaanya semakin menggurita. Pemerintah malahan mengajak asing untuk beramai-ramai mengelola kekayaan alam negeri ini. Berapa banyak sudah tambang emas, tambang minyak, tambang batubara, dan tambang mineral lainnya yang  dikuasai asing.

Ketika rakyat negeri ini sibuk dengan aktifitas yang tidak produktif, ketika generasi bangsa ini fikirannya rusak karena “bius kenikmatan” seks dan narkoba, ketika rakyat negeri ini larut dengan kehidupan yang hanya mementingkan pemuasan nafsu hewan-nya, ketika rakyat negeri ini miskin karena tidak ada lagi kekayaan alam yang bisa dikelola untuk dinikmati, maka pada saat itulah negeri ini hilang dari peta peradaban dunia.

Orang-orang asing dengan sistem kapitalismenya itu akan menjadi tuan di negeri ini. Kita akan menjadi jongos untuk memuaskan keinginan mereka. Lalu, tidakkah kita menyadari ancaman ini?

***
Ketika rakyat negeri ini “saling memukul”, itu juga menjadi bagian dari perang proksi. Konflik atas nama ke-suku-an dan ke-daerah-an muncul. Juga konflik atas nama agama terus mengemuka. Ironinya, konflik sesama Islam pun terjadi hanya karena perbedaan pendapat terhadap perkara-perkara khilafiyah.Terbaru adalah apa yang menjadi pernyataan Banser NU belum lama ini . Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor H Yaqut Cholil Qoumas menyerukan anggotanya untuk menangkap  dan mengamankan siapa saja  yang menyuarakan penegakan  syariat Islam secara kaffah. Bukankah ini bisa memicu konflik sesama muslim?

Jika ada perbedaan pandangan terkait itu, semestinya dilakukan diskusi untuk mencari titik temu dan titik benarnya. Bukan langsung menghakimi pihak lain yang dianggap berseberangan pandangan. Bukankah mereka juga selalu melontarkan tagline Islam yang damai?

Tentu ini adalah bagian dari perang proksi itu. Musuh tidak perlu bersusah payah memukul dan terciprat darah untuk melemahkan perjuangan umat Islam, cukup sesama muslim itu saja diperadukan.

Seandainya keberanian Banser itu disampaikan kepada siapa saja yang menyakiti saudaranya sesama muslim, alangkah itu sangat bijaknya. Banyak saudara kita yang menjadi korban kekejaman asing. Malah, ketika kini Islam selalu diidentikkan dengan teroris, mungkin itu lebih tepat untuk kita sikapi. Jikapun memang ada fakta, sejumlah saudara kita melakukan aksi kekerasan dan melakukan tindak pidana dalam memperjuangkan apa yang diyakininya, maka seyogyanya kita nasihati untuk kembali kepada ajaran Islam yang benar. Wallahu’alam.