Beranda blog Halaman 1970

SMSI Pionir Asosiasi Siber Terbesar di Indonesia

mimbarumum.co.id – Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) diakui Waket Dewan Pers Hendri CH Bangun sebagai asosiasi siber terbesar di Indonesia dengan 1.224 anggota.

Hal itu ia sampaikan pada Rakernas 1 SMSI di Marbella Hotel Anyer Serang Banten, Sabtu (26/9/2020).

“Semoga rakernas ini bisa menghasilkan ide-ide yang segar, praktis dan pragmatis serta memberi jalan keluar yang elegan bermuara pada kepentingan bangsa,” harapnya.

Baca Juga : Murid SD di Medan Wajib Bisa Baca Al-Qur’an

Sementara Menkominfo Johnny G Plate mengatakan SMSI menjadi mitra penting pemerintah menyehatkan demokrasi, satu aktor bagi Indonesia maju.

“Terutama menanggulangi berita hoaks, kekacauan informasi dan pornografi. Justru hal itu sering muncul di FB, instagram, twitter dan youtube,” ungkap Plate.

Sementara Ketum SMSI Firdaus sangat berterima kasih atas kehadiran pengurus SMSI provinsi maupun kabupaten/kota meski pandemi Covid-19 rela menyediakan waktu dan tenaganya untuk kemajuan SMSI.

“Kita memerlukan inovasi dan terobosan agar media siber yang masih kecil bisa menjadi sejahtera. Tentu ini mesti memperoleh dukungan dari Menkominfo dan Dewan Pers,” tukas Firdaus.

Dalam acara itu hadir juga Bupati Musi Banyuasin Sumsel Dodi Reza Alex Noerdin yang mengakui bahwa keberadaan SMSI vital dalam upaya bersama memajukan daerah dan mensejahterakan masyarakat.

“Media siber adalah bagian warga kami yang kami anggap mitra penting dan tentu kami bina dengan baik. Tak kurang 72 media siber di daerah kami yang bekerja sama dengan pemkab dalam rangka memajukan dan mensejahterakan masyarakat,” tegasnya. (Rel)

Editor : Dody Ferdy

Murid SD di Medan Wajib Bisa Baca Al-Qur’an

mimbarumum.co.id – Calon Wakil Wali Kota Medan Aulia Rachman mengajak para warga perserikatan Muhammadiyah untuk bersama membangun karakter anak bangsa. Salah satunya dengan mewajibkan anak-anak SD bisa membaca Al-Qur’an.

Hal itu disampaikannya saat silaturahmi dan temu ramah dengan para kader dan Alumni Angkatan Muda Muhammadiyah di Jalan Rawa Cangkuk III, Kota Medan, kemarin.

“Membangun karakter dan meningkatkan moral anak bangsa adalah tugas kita semua. Apalagi saat ini, generasi kita mengalami krisis moral, dan pendidikan agama sangat berperan penting,” ucap Aulia.

Baca Juga : Aulia : Kesenian Jawa Harus Dilestarikan di Medan

Aulia bersama Bobby juga akan menginisiasi terbitnya peraturan wali kota (Perwal) tentang wajib belajar Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) yang perdanya sudah diterbitkan oleh DPRD Medan pada 2014 lalu.

“Perda II/2014 tentang wajib belajar MDTA telah terbit 6 tahun yang lalu, tapi sayang sampai saat ini belum memiliki Perwal yang menjadi petunjuk teknis pelaksanaannya,” ungkap mantan Ketua Komisi 2 DPRD Medan ini.

Ungkapan Aulia Rachman tersebut mendapat apresiasi dari warga Muhammadiyah. Mereka yakin pasangan #KolaborasiMedanBerkah itu bisa melakukan perubahan untuk kota Medan.

“Kami optimis pasangan Bobby – Aulia bisa membawa kota Medan yang berkah. Kalo Berkah amanlah itu, kalo aman belum tentu berkah,” ujar M. Nur, Alumni Ikatan Pelajar Muhammadiyah. (Rel)

Editor : Dody Ferdy

Aulia : Kesenian Jawa Harus Dilestarikan di Medan

mimbarumum.co.id – Calon Wakil Wali Kota Medan Aulia Rachman mengatakan masyarakat suku Jawa memiliki visi dan misi sama dengan pasangan Bobby – Aulia untuk mewujudkan Kota Medan yang berkah.

“Pembinaan kesenian tari, wayang dan pembangunan sanggar penting dilakukan untuk keberlangsungan budaya dan seni Jawa di Medan,” katanya, Sabtu (26/9/2020).

Program serta Visi dan misi yang dipaparkan oleh pasangan pengusung konsep #KolaborasiMedanBerkah itu mendapat sambutan baik oleh masyarakat suku Jawa. Para Sedulur Jowo berharap semoga apa yang menjadi impian mereka dapat terwujud.

Baca Juga : Jemput Aspirasi, RE-BORN dapat Banyak Keluhan Pedagang

“Besar harapan kami untuk pasangan Bobby – Aulia memimpin Kota Medan. Agar wadah kesenian Jawa yang selama ini kami impikan untuk Kota Medan dapat terwujud,” ucap Prasetyo salah satu masyarakat suku Jawa.

Usai acara Aulia Rachman diberikan cenderamata berupa blangkon, tutup kepala yang dibuat dari batik sebagai bagian dari pakaian tradisional masyarakat Jawa. (Rel)

Editor : Dody Ferdy

Jemput Aspirasi, RE-BORN dapat Banyak Keluhan Pedagang

0

mimbarumum.co.id – Berdagang ternyata tidak menjamin nasib seseorang bisa lebih baik. Terlebih di masa pandemi covid-19 ini, di mana pedagang justru menjadi salah satu pekerjaan yang paling terimbas.

Ini diketahui saat tim Relawan Bobby Nasution (Re-Born) menggelar jemput aspirasi ke Pasar Halat dan Pasar Bakti kemarin.

Ketua Umum Re-Born Suwarno menjelaskan di kesempatan itu mereka bertemu dengan Halimah, penjual sendal di Pasar Halat Medan.

Kepada tim RE-BORN, ia mengeluhkan nasibnya. Sambil terbata menahan tangis, wanita ini bertutur sepanjang hari baru memperoleh Rp65 ribu. Padahal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, ia harus memperoleh uang Rp75 ribu.

Baca Juga : Fahri Hamzah : Plt tak Sanggup, Harus Ada Mandat Baru

“Apalagi hari ini, saya harus membayar tagihan rekening air sebesar Rp150 ribu. Dari mana saya mencari kekurangannya. Belum lagi untuk memenuhi kebutuhan makan saya dan anak,” ujar Halimah.

Kondisi seperti ini sudah dialaminya sejak pandemi covid-19 melanda. Sebelumnya, Halimah mengaku, masih dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, meski tidak berlebihan.

“Untuk memenuhi kebutuhan hidup saya dan anak sehari-hari, cukuplah. Namun sejak pandemi covid-19, penjualannya terus menurun. Terkadang malah hanya laku sepasang sendal. Sehingga untuk membeli ayam goreng permintaan anak saja, saya tak sanggup,” ujarnya.

Pedagang lainnya Murniati. Ia harus berpacu dengan kondisi tubuhnya demi menghidupi keluarga. Suami yang tak lagi mampu berbuat akibat didera berbagai penyakit.

“Meski hari ini baru dua pasang kaos kaki yang laku, saya tidak boleh menyerah. Itulah perjuangan hidup sembari berharap pemimpin Kota Medan ke depan lebih peduli dengan orang-orang seperti kami,” ujarnya.

Pasar Bakti Kumuh

Di Pasar Bakti, Ketua Umum Re-Born melihat kondisi pasar yang kumuh dan kurang terawat. Bahkan cenderung tidak layak. Sebab di paritnya terdapat sampah yang menumpuk.

Menanggapi ini, Suwarno menilai inilah yang dihadapi pedagang selama ini. Mulai dari persoalan modam hingga fasilitas sarana dan prasarana. (rel)

Editor : Dody Ferdy

Sebenarnya untuk Siapa?

0

Jakarta akhirnya kembali memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) setelah melihat kenyataan bahwa “berdamai” dengan Corona justru semakin menambah korban jiwa.

Keputusan Pemprov DKI itu telah menuai banyak reaksi. Para pengkritik Anies Baswedan hingga pejabat di lingkungan istana mencibir dan menuding langkah tersebut telah mendorong keterpurukan ekonomi. Anjloknya saham di bursa efek saat itu, dianggap sebagai “gara-gara” Anies.

Tudingan dan kekhawatiran itu sebenarnya memang patut juga dimaklumi. Sebab, konsekuensi dari PSBB maka ruang gerak warga di luar rumah menjadi sangat terbatas.

Tempat ibadah harus ditutup, kegiatan keagamaan diminimalkan. Operasional transportasi umum dibatasi. Demikian juga sekolah harus diliburkan. Pertokoan, perkantoran dan industri juga harus mengurangi aktifitasnya terkecuali yang terkait langsung dengan hidup orang banyak. Inilah yang mereka khawatirkan karena akan berdampak langsung terhadap siklus ekonomi.

Menarik apa yang disampaikan Gubernur DKi Jakarta Anies Baswedan saat menjadi pembicara pada sebuah acara talkshow di salah satu televisi swasta nasional.  “Pekerjaan yang hilang insya Allah kita cari jalannya cari pekerjaan, tapi saudara kita yang sudah dimakamkan tidak bisa dikembalikan lagi,” ucapnya ketika itu.

Dia mengakui kebijakannya akan berdampak luas, termasuk membuat orang-orang kehilangan pekerjaan. Tetapi dia memastikan bahwa keselamatan warga lebih utama dibanding persoalan ekonomi semata.   Nyawa yang melayang tak bisa dikembalikan tetapi resesi ekonomi masih bisa dipulihkan.

Wajar memang jika Anies lebih memilih langkah pahit itu, sebuah langkah yang justru berseberangan dengan apa yang diterapkan pemerintah pusat. Dimana Presiden telah menyerukan agar kita “berdamai dengan corona”. Yakni, rakyat negeri diminta untuk tetap melakukan aktifitas seperti biasa, namun dengan memberlakukan protokol kesehatan khusus dan ketat.

Semasa pemberlakuan New Normal itu justru angka kematian dan terpapar Covid-19 tidak terkendali. Itu tidak hanya terjadi di DKI Jakarta, di provinsi lain pun tidak ada bedanya. Termasuk di Sumatera Utara. Bahkan wilayah-wilayah tertentu yang awalnya masih berada pada zona hijau, berangsur menjadi merah.

Kecemasan itulah yang membuat sejumlah pihak meminta agar pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun ini ditunda. Terlebih sejumlah ahli mengatakan bahwa pandemi Covid-19 di Indonesia ternyata belum sampai pada puncaknya, masih berada pada fase lereng. Itu artinya, jika tidak ada upaya ekstrim memutus mata rantai penyebarannya, maka angka terpapar dan kematian akan semakin jauh lebh besar.

Tahapan pelaksanaan Pilkada serentak dipastikan akan menjadi sarana terbesar bagi penyebaran virus asal Wuhan ini. Bayangkan saja, hanya untuk proses pendaftaran calon di Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) setempat, ada calon yang mengerahkan ribuan pendukung untuk mengawalnya. Nyarisnya, mereka tanpa penerapan protokol kesehatan.

Belum lagi nanti pada masa kampanye. Dan biasanya, belum masuk pada masa kampanye sajapun, para calon itu sudah curi start mengumpulkan massa dengan beragam acara “akal-akalan”, mulai dari modus pengajian, olahraga, pemberian santunan, gotong royong dan lain-lain.

Pada saat pencoblosan nanti pun, sudah pasti akan terjadi kembali kerumunan massa, mulai dari panitia pemungutan suara, para saksi hingga para pemilih.

Di tengah kesadaran warga yang masih minim tentang penggunaan alat pelindung diri, apakah kita bisa berharap bahwa pada pelaksanaan tahapan Pilkada serentak itu warga mematuhi protokol kesehatan? Agaknya tidak mungkin.

Pun seperti itu, ternyata pemerintah tetap saja ngotot untuk melaksanakan Pilkada serentak. Presiden Jokowi mengisyaratkan pesta demokrasi itu tetap jalan. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Prof. Machfud MD juga menguatkan dengan pernyataannya bahwa di Amerika Serikat sana, pelaksanaan pemilihan umumnya juga tidak ditunda.

Saran dua ormas terbesar di Indonesia, Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah agar Pilkada serentak ditunda, juga tak mampu membuat pemerintah merevisi keputusannya. Presiden tetap bergeming. Padahal, banyak juga politisi senayan maupun di daerah serta tokoh bangsa yang mengusulkan penundaannya karena takut pandemi ini semakin meluas.

Nah, jika faktanya banyak pihak yang meminta penundaan Pilkada itu, lalu mengapa pemerintah justru memaksa agar tetap digelar? Apakah karena alasan regulasi? Atau alasan menjalankan prinsip-prinsip demokrasi? Atau jangan-jangan karena “birahi” untuk memenangkan calon-calon tertentu?

Jika ditilik dari kebutuhan anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan Pilkada serentak tahun ini yang nilainya mencapai Rp 4 Triliun (suara.com-3/9/2020) maka sangat penting agar pelaksanaannya ditunda.

Bukankah saat ini, rakyat sedang sangat kesulitan karena terdampak covid-19? Bukankah anggaran sebesar itu akan sangat bermakna, jika di-refocusing untuk kepentingan jaring pengaman ekonomi masyarakat?

Jika alasan ngotot pelaksanaan Pilkada serentak itu untuk memenuhi hak-hak demokrasi setiap warga negara, bukankah hak setiap warga negara untuk mendapatkan perlindungan kesehatan dan ancaman keselamatan lebih mendasar?

Alasan tidak ada regulasi yang memungkinkan penundaannya, rasanya tidak mungkin. Refly Harun, seorang Pakar Hukum Tata Negara mengatakan, penundaan pilkada mungkin dilakukan.  dengan adanya Pasal 201A Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ( Perppu) Nomor 2 Tahun 2020 yang kini telah ditetapkan sebagai Undang-undang Nomor 6 Tahun 2020. (Kompas,com-21/9/2020)

Jika alasan-alasan yang dikemukan itu tidak beralasan, maka wajar publik mencurigai bahwa alasan sebenarnya adalah kepentingan untuk memenangkan calon-calon tertentu.

Ahli Hukum Tata Negara Universitas Sebelas Maret, Agus Riwanto mensinyalir sikap kukuh pemerintah tak ingin menunda gelaran Pilkada 2020 karena terkait erat dengan kepentingan dinasti politik.

“Incumbent banyak maju, begitu juga dinasti keluarga mulai dari menteri, wapres, presiden. Kalau sampai pilkada ditunda ya ini menyangkut kepentingan mereka juga,” kata akademisi itu kepada CNNIndonesia.com, Selasa (8/9/20).

Kita tahu, Putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka maju menjadi calon Wali Kota di Solo. Begitu juga menantunya, Bobby Nasution juga maju sebagai calon kepala daerah di Medan.

Sementara putri Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Siti Nur Azizah juga maju di Pilkada Tangerang Selatan. Keponakan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Rahayu Saraswati Djojojadikusumo juga maju dalam pemilihan wali kota di Tangsel bersama Muhammad.

Ada pula putra Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Hanindito Himawan Pramana yang mencalonkan diri sebagai Bupati Kediri. Belum lagi kandidat-kandidat lain yang memang diusung oleh partai pendukung pemerintah.

Alasan lain agar Pilkada serentak itu tetap dilaksanakan, kata Agus Riwanto karena terkait ongkos politik yang sduah dikeluarkan partai politik maupun calon yang akan maju.

“Mulai dari proses sampai tahapan pencalonan itu memakan biaya yang tidak murah. Belum lagi rekomendasi calon yang sampai berdebat, biaya mahar, apalagi sudah mendaftar. Ini agak sulit,” jelasnya.

Nah, jika dua hal itu yang sebenar-benarnya menjadi alasan utamanya. Lalu, apa tujuan kita berdemokrasi. Bukankah demokrasi itu menganut prinsip dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat?

Keberadaan elit politik dan pejabat pemerintah sesungguhnya dihadirkan untuk menjamin hak-hak warga negara, bukan justru untuk menjadi alat meraih kekuasaan lalu memanfaatkannya demi kepentingan pribadi dan golongan.

Seharusnya keinginan rakyatlah yang menjadi pertimbangan. Ketika rakyat menghendaki dilakukan penundaan, maka lakukanlah karena ini konsekuensi berdemokrasi bahwa rakyat yang berdaulat.

Keinginan sekelompok warga yang akan menuntut pemerintah jika Pilkada serentak ini menjadi klaster baru penyebaran Covid-19 juga harus ditangkap sebagai sinyal keinginan rakyat yang sangat menghendaki penundaannya.

Semoga harapan rakyat di tengah kekhawatiran terpapar Covid-19 ini mendapat respon yang baik dari pemerintah. Setidaknya, hak dasar warga negara untuk mendapatkan perlindungan kesehatan dan keselamatan dapat terpenuhi. (*)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Fahri Hamzah : Plt tak Sanggup, Harus Ada Mandat Baru

0

mimbarumum.co.id – Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan, Bobby Nasution-Aulia Rachman mendapat dukungan penuh dari Partai Gelora di Pilkada 2020.

Deklarasi dukungan terhadap paslon ini digelar bersama H. Fahri Hamzah di Grand Cityhall Medan kemarin.

Fahri menyampaikan Bobby-Aulia merupakan kolaborasi sempurna untuk memimpin Kota Medan.

“Perjodohannya mantap sekali. Tek-toknya sudah mantap betul. Banyak dalam pilkada yang perjodohannya dipaksakan, bak Datuk Maringgih dan Siti Nurbaya,” ungkapnya.

Mantan Wakil Ketua DPR RI ini menjelaskan, pilkada tahun ini merupakan yang paling penting dalam sejarah pilkada di Indonesia, karena berlangsung di masa krisis akibat Covid-19.

Baca Juga : Aulia : Patung Ada di Medan, tapi Jangan Makamnya tak Diperhatikan

Itu sebabnya, mandat terhadap 270 kepala daerah di Indonesia, dengan cara apapun harus diperbarui.

“Dan, cara mendapatkan mandat harus dengan pemilihan langsung dari rakyat. Tidak bisa pakai plt (pelaksana tugas). Plt tidak punya kesanggupan bertanggungjawab dalam situasi krisis,” ucapnya.

Fahri merasa senang berada di Medan. Setelah hattrick (tiga kali berturut) pemimpin kota ini masuk bui, kini lahir pemimpin muda dengan kombinasi luar biasa.

Bobby menyampaikan terima kasihnya kepada Partai Gelora atas deklarasi dan dukungan ini.

“Tentunya deklarasi dan dukungan ini menjadi salah satu penyemangat buat kami, dan sebuah dukungan yang sudah ditunggu-tunggu,” ungkap Bobby.

“Sudah kita rasakan bersama-sama, hal inilah yang membuat kami sedikit menyinggung tentang politik anggaran, dan Insya Allah di-bully,” tuturnya. (Rel)

Editor : Dody Ferdy

Mau Nyaman di Rumah Bergabung Bersama Resso

0

mimbarumum.co.idMusik selalu memiliki peran penting di saat- saat yang tidak pasti – baik untuk menciptakan rasa kebersamaan, meningkatkan semangat, atau menjadi pengalih perhatian.

Seringkali musik dijadikan sebagai latar untuk kegiatan lain seperti saat melakukan pekerjaan rumah, mengerjakan tugas, dan belajar, tetapi musik juga lebih sering dimainkan ketika tidak ada kegiatan lainnya.

Mendengarkan musik dengan penuh perhatian jelas terlihat memiliki makna yang lebih besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dan terutama digunakan untuk mengatasi tantangan emosional.

Christo Putra, Head of Music & Content, Resso Indonesia mengatakan, musik selalu menjadi teman di dalam setiap situasi.

Baca Juga : Cari Dana Konser Lewat Acara Musik Kampus

“Di tengah Pandemi Covid-19 ini musik memberi kita jalan untuk melarikan diri, terhubung dengan orang lain, dan juga memberi kita harapan,” ucapnya dalam keterangan pers baru baru ini.

Resso, katanya sebagai streaming musik sosial, selalu ingin menghadirkan pengalaman yang berbeda dan unik bagi pengguna.

‘Kami hadirkan menikmati cara baru mendengarkan musik dan terhubung dengan artis favorit mereka,” ujarnya.

Berikut tips ala Resso yang memungkinkan penikmat musik bisa tetap  tenang dan nyaman dalam mendengarkan musik.

1. Buat Playlist Favoritmu

Apakah kamu memiliki lagu yang disukai selama bekerja atau belajar? Ayo buat playlist yang sesuai dengan kegiatan dan moodmu. Caranya mudah. Ketuk tiga titik di kiri atas lagu yang Anda putar, pilih ‘+ Playlist Baru’, dan voila! Playlist kamu sudah siap

2. Putar Lagu Kamu

Untuk memulai harimu, siapkan mejamu, segelas kopi, dan yang paling penting adalah playlist yang dapat menemani sepanjang harimu.

Tidak punya waktu untuk membuat playlist? Untunglah, Resso memiliki berbagai pilihan playlist dari up beat hingga downtempo yang akan memberi energi pada jiwa dan semangat kamu di dalam ruangan.

Baik ketika kamu sedang bekerja ataupun beristirahat, lagu-lagu ini merupakan hal yang kamu butuhkan. Tekan putar.

3. Nyanyikan Lagumu dan Bagikan Kepada Semua Orang

Merasa bosan di rumah? Tidak hanya untuk didengarkan, terkadang musik lebih baik
diutarakan. Kamu bisa mengutarakan isi hatimu melalui quote lirik yang ada di Resso.
Biarkan semua perasaan keluar. Kamu juga dapat membagikan playlistmu ke media
sosial agar teman kamu mendengarkan lagu yang kamu sukai.

4. Bergabung dan Bersenang-senanglah di Sesi Karaoke Resso di We The Fest

Kalau kamu merindukan saat-saat karaoke bersama teman, jangan khawatir. Resso akan membantu.

Sebagai official music streaming partner We The Fest 2020 yang akan diadakan pada tanggal 26-27 September, Resso akan menjadi host Karaoke Session bersama Vidi Aldiano dan Reza Chandika. Jadi, siapkan aplikasinya dan bergabunglah

Tetap berada di rumah tidak akan membosankan lagi. Nikmati hari dengan playlist yang tepat dengan memainkan lagu yang sempurna. (Rel)

Editor : Masrin

Aulia : Patung Ada di Medan, tapi Jangan Makamnya tak Diperhatikan

mimbarumum.co.id – Usai tunaikan solat Jumat di Masjid Al Osmani, Jalan Yos Sudarso, Pekan Labuhan, Medan Labuhan, Jumat (25/9/2020) Aulia Rachman menyempatkan diri untuk melihat sisi masjid yang kondisinya tidak terawat bahkan kondisi cat dinding masjid juga terkelupas. 

“Masjid Al Osmani ini merupakan Masjid tertua di Medan yang punya nilai sejarah. Hendaknya pemerintah kota lebih memperhatikannya,” ujar Aulia.

Dikatakan Aulia, masjid bersejarah dan tertua tersebut dibangun oleh Sultan Osman Perkasa Alam (Sultan Deli) pada tahun 1854 atau saat ini usianya sudah 166 Tahun, atau lebih dulu dibangun dari Masjid Al Mashun.

“Masjid ini merupakan cagar budaya, harus ada perawatan dan pembenahan yang maksimal untuk bangunan bersejarah”, kata Aulia Rachman.

Ziarah ke Makam Guru Patimpus

Setelah melaksanakan salat Jumat di Masjid Al Osmani Medan Labuhan, H. Aulia Rachman bersama Bobby Nasution melakukan ziarah ke makam pendiri kota Medan Guru Patimpus di Desa Lama, Hamparan Perak, Deliserdang.

Baca Juga : Empati Aulia Rahman pada Korban Puting Beliung

Aulia-Bobby juga mendoakan almarhum Guru Patimpus yang telah berjasa untuk mendirikan kota Medan. Mereka berdua bertekad untuk menjadikan lokasi makam pendiri kota Medan itu sebagai situs sejarah.

“Kita harus selalu mengenang jasa beliau. Jangan patungnya ada di Medan, tapi makamnya tidak diperhatikan,” tegas Aulia didampingi Bobby Nasution. (Rel)

Editor : Dody Ferdy

Sunat Berdampak Positif Bagi Kesehatan

0

Mahdian Klem, Metode Modern Bersunat

mimbarumum.co.idSunat tidak hanya menjadi bagian dari tradisi dan anjuran keagamaan, tetapi juga terbukti memberikan dampak positif pada kesehatan.

Pasalnya kulup yang tidak dibuang dapat menjadi tempat berkumpulnya kotoran. Apabila kotoran tersebut dibiarkan dapat menumpuk dan berisiko menyebabkan infeksi pada area genital laki-laki.

Sunat atau dalam istilah medis disebut sirkumsisi merupakan prosedur membuang sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis (kulup).

Pemilihan metode sunat juga harus diperhatikan untuk mengurangi risiko komplikasi yang kemungkinan dapat terjadi, seperti pendarahan, infeksi, nyeri, kulup yang dibuang kurang atau terlalu banyak dan trauma pada anak pascasunat.

Baca Juga : Khitan Massal Kurangi Kegiatan Anak Diluar Rumah

Pengalaman atas tindakan konvensional (dianggap menyakitkan, masih tradisional, lama sembuh, menghambat aktivitas) juga memicu keraguan bahkan ketakutan bagi sebagian masyarakat untuk melakukan sunat

Kemungkinan tersebut bisa saja terjadi, oleh sebab itu tindakan sunat perlu dilakukan oleh dokter yang berpengalaman dan menggunakan peralatan yang memadai, sesuai standar dan aman,” terang  dr. Tomy Kesuma Putra,, dalam keterangan persnya Jumat (25/9/20).

Metode Modern

Seiring berjalannya waktu, paparnya, kebutuhan metode sunat yang lebih aman dan nyaman kian meningkat, salah satunya adalah metode Mahdian Klem.

Menurut dr. Tomy yang merupakan praktisi sunat dari Rumah Sunat dr. Mahdian cabang Medan itu, metode tersebut diminati banyak dokter karena dinilai lebih higienis, aman, dan penggunaannya yang mudah.

“Mahdian Klem ini disposable, satu anak satu klem. Kalau metode sunat lainnya masih ada kemungkinan dipakai pasien lainnya,” ujar dr. Tomy.

Layanan ke Rumah

Pandemi Covid-19 telah mengkondisikan masyarakat untuk menunda sirkumsisi karena kekhawatiran terhadap wabah tersebut.

Mereka tidak siap harus bepergian ke fasilitas penyedia tindakan sunat. Sekaitan itu, Rumah Sunat dr. Mahdian pun memberi solusi dengan meluncurkan layanan sunat di rumah.

“Dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat ,” ucap dr. Tomy.

Layanan itu, katanya diharapkan menjadi solusi atas kekhawatiran  para orangtua sehingga anak tidak harus beranjak ke mana-mana, baik sebelum melakukan tindakan, maupun setelahnya.

“Secara psikologis, anak akan lebih nyaman disunat  di rumah atau dikamarnya sendiri,” ungkap praktisi medis itu.

Pada bagian lain ia memaparkan keunggulan layanan sunat di Rumah Sunat dr Mahdian, antara lain tanpa antri, hemat waktu, dan privasi lebih terjamin.

Mereka juga mengklaim memiliki tenaga dokter berpengalaman dengan jam terbang tinggi dan tenaga perawat yang terlatih serta  dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) saat melakukan tindakan.

Sunatnya tanpa jarum suntik.  Dan alat cirsumcision kit sekali pakai,” terang dr. Tomy.

Mahdian Klem merupakan karya anak bangsa yang sudah memiliki ijin edar bahkan telah  direkomendasikan WHO sebagai metode yang lebih aman, nyaman dan langsung bisa beraktifitas.

Produksi Anak Bangsa

Mahdian Klem diciptakan oleh dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS, seorang tim medis Indonesia.

Penemuannya itu dilatarbelakangi  trend penggunaan klem  di Indonesia yang semakin meningkat.

Namun saat itu klem sunat masih harus diimpor dari luar negeri sehingga berdampak pada biaya sunat yang tinggi.

Menyadari kondisi tersebut, dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS memilih menciptakan klem sunat yang berkualitas tinggi, kuat, memiliki daya jepit maksimal namun ringan dan sesuai anatomis anak Indonesia.

Tien Winarko selaku Head of Marketing Communication Mahdian Grup menyebutkan metode karya anak bangsa itu menjadikan proses sunat lebih mudah.

“Cepat hanya 10 menit, minim perdarahan, tanpa jahit, tanpa perban, proses penyembuhan luka lebih cepat dibandingkan metode sunat konvensional, dan anak langsung bisa beraktivitas pascasunat,” paparnya.

Mahdian Klem kini terdapat di lebih dari 40 cabang yang tersebar di kota-kota besar  di Indonesia. (rel)

Editor : Masrin

Empati Aulia Rahman pada Korban Puting Beliung

mimbarumum.co.id – Aulia Rachman meninjau rumah warga yang terkena dampak korban angin puting beliung di Jalan Rawe III, Medan Labuhan, Jumat (25/9/2020).

Calon Wakil Wali Kota Medan itu tiba di lokasi pukul 11.00 WIB, dan langsung melihat sejumlah rumah warga yang rusak.

“Ini merupakan cobaan buat kita, agar kita semakin dekat sang pencipta. Harta bisa kita cari, yang terpenting kita semuanya sehat dan dalam lindungan Allah SWT,” ujar Aulia dihadapan warga korban puting beliung.

Mantan Ketua Komisi 2 DPRD Medan tersebut menerangkan, ada sekitar 100 rumah warga terkena dampak angin puting beliung yang terletak di sejumlah titik di Medan, diantaranya di kawasan Medan Labuhan.

Baca Juga : Bobby Nasution Segera Pugar Makam Guru Patimpus

Beni Gunawan salah seorang warga korban angin puting beliung mengungkapkan, kejadian bencana tersebut terjadi pukul 18.30 WIB dan mengakibatkan sejumlah material bangunan rumah rusak parah.

“Terima kasih pak atas perhatiannya. Rumah kami rusak semua pak, tadi malam kami tidur di luar, harapan kami semoga cepat ada solusi ini pak,” harap Beni kepada Aulia. (Rel)

Editor : Dody Ferdy