mimbarumum.co.id – Sekitar 1,5 miliar pengguna WhatsApp, medsos ini menjadi salah satu favorit. Namun ada sisi gelap medsos ini khususnya bagi Facebook.
Sampai detik ini, medsos berlogo hijau ini belum menghasilkan keuntungan. Sejak dibeli Facebook senilai USD 19 miliar 5 tahun lampau, WhatsApp yang populer ini belum menjadi sumber pendapatan yang berarti. Ketenarannya dikhawatirkan menjadi salah satu sebab berkurangnya orang mengakses aplikasi Facebook sendiri atau kanibal.
Hal itu dikatakan sendiri oleh pendiri dan CEO Facbeook, Mark Zuckerberg. Ia menyebutkan WhatsApp sebagai platform privat. Sedangkan Facebook dan Instagram disebut platform publik.
“Seiring pertumbuhan platform privat, dalam beberapa kasus kami menjumpai kanibalisasi platform publik di negara seperti India, di mana WhatsApp sangat populer,” ujar Zuck yang dikutip detikINET dari Economic Times.
Di India, jumlah pengguna WhatsApp yang mencapai sekitar 400 juta disebut-sebut terbesar di dunia. Sedangkan jumlah pengguna Facebook di negara itu sekitar 300 juta.
Facebook memang sudah merencanakan memajang iklan di status WhatsApp. Akan tetapi sampai saat ini belum juga diimplementasikan. Dan mungkin jumlah keuntungan yang akan dihasilkan pun tidak luar biasa.
“Penggunaan dan engagement WhatsApp memang fenomenal, tapi saya tidak tahu bagaimana bisa dimonetisasi,” kata Karthik Srinivasan, seorang konsultan komunikasi.
Popularitas WhatsApp di negara berkembang dikarenakan beberapa faktor. “Gratis, bisa membagikan video dan foto serta aplikasi ringan yang bisa bekerja di area bandwidth rendah,” sebut Sanchit Vir Gogia dari Greyhound Research.
Facebook di sisi lain merupakan aplikasi cukup berat dan belakangan makin banyak iklan. Tapi tentu jadi masalah jika ketenaran WhatsApp melampaui Facebook sedangkan aplikasi itu tidak juga menguntungkan. (detik/dd)