Sabtu, April 20, 2024

Aset Pembangkit PLTU EAF dan PLTU PLN Masih Jadi Isu Hangat

Baca Juga

mimbarumum.co.id – Direktur Bisnis Regional Sumatera PT PLN, Wiluyo Kusdwiharto, membuka Rapat Koordinasi PLN se Sumatera yang digelar di Taman Simalem Resort, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Minggu (28/7/2019).

Wiluyo menyampaikan, banyak catatan penting yang perlu dibahas dan diperhatikan seluruh PLN Regional Sumatera yang berada di bawah kendalinya, hingga pertengahan 2019 atau Semester I.

“Catatan pertama dari sisi penjualan yang dikelola oleh Unit Induk Wilayah dan Distribusi. Pertumbuhan penjualan semester I tahun 2019 sebesar 6,17% masih lebih rendah dari pertumbuhan penjualan di 2018 yang mencapai 6,71% yoy dan masih jauh dari target RKAP 2019 sebesar 8,47%.

Hal tersebut menjadi salah satu penyebab rendahnya pendapatan penjualan tenaga listrik di semester 1 2019 yang baru mencapai 47,8%,” ungkapnya.

Catatan kedua, sambung Wiluyo, adalah dari sisi keandalan aset PLN terutama aset pembangkit PLTU EAF PLTU PLN yang rendah yaitu sebesar 62,1% hingga masih menjadi isu yang terus berulang dan harus diselesaikan secara bersama.

“Rendahnya keandalan PLTU memiliki implikasi yang sangat besar pada operasional kita, karena menjadi salah satu penyebab potensi kehilangan penjualan serta rendahnya reserve margin yang berdampak pada pengoperasian pembangkit berbahan bakar minyak,” sebutnya.

Secara holding, sambungnya, Regional Sumatera mempunyai kontribusi 15% penjualan listrik secara PLN Nasional. Melihat lebih dalam potret realisasi penjualan setiap Unit Induk Wilayah dan Distribusi hingga Juni 2019 dapat dilihat bahwa pencapaian terhadap target penjualan terbesar diraih Unit Distribusi Lampung.

Menurut Wiluyo, melihat pertumbuhan penjualan yang masih rendah apabila dilihat dari konsumsi listrik perkapita masih terdapat peluang dalam meningkatkan penjualan meskipun dari tahun ke tahun konsumsi listrik perkapita secara nasional meningkat hingga 1.064 kWh/kapita.

Namun secara wilayah, sambungnya, Sumatera masih berada di kisaran 600 kWh/kapita. “Kita harus mampu mengubah budaya pemanfaatan teknologi berbasis energi listrik untuk kehidupan sehari hari. Diharapkan sumatera dapat mengejar ketertinggalan konsumsi tenaga listrik perkapita dari Jawa dan negara-negara tetangga,” imbaunya.

Apabila dilihat dari trend reserve margin di sumatera sejak 2015, kata Wiluyo, sudah terjadi perbaikan pada medio 2016-2017 dimana reserve margin dapat mencapai 9-12%. Namun trend tersebut mengalami penurunan pada 2018-2019. Dimana reserve margin saat ini berada di kisaran 2-5%.

“Salahsatu penyebab turunnya reserve margin adalah banyaknya gangguan pembangkit yang apabila menyebabkan pemadaman tentunya dapat berakibat pula pada turunnya penjualan di wilayah,” paparnya.

Dalam kesempatan itu, Wiluyo juga turut menyinggung tentang pengembangan proyek dalam RUPTL sumatera yang didasari oleh proyeksi kebutuhan tenaga listrik yang terus mengalami penyesuaian dari tahun ke tahun.

“Apalagi rata-rata proyeksi pertumbuhan penjualan mengalami penurunan di setiap penerbitan RUPTL. Dari pertumbuhan penjualan rata-rata 2013-2022 sebesar 10,6% menjadi 7,9% di RUPTL 2019-2028.

Berdasarkan RUPTL 2019-2028 kapasitas pembangkit yang harus diselesaikan di sumatera mencapai 12 GW dimana dengan adanya pembangkit tersebut dapat membantu meningkatkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di sumatera menjadi 45% di tahun 2025,” ujar dia.

Rencana pembangunan gardu induk di sumatera sebesar 28 ribu MVA sendiri, kata Wiluyo, merupakan 22,5% dari rencana pembangunan holding dan rencana pembangunan jaringan distrubusi sumatera sebesar 175.000 kms atau setara dengan 37% dari total proyek distribusi holding.

“Dari rencana pengembangan proyek pembangkit 35 GW pemerintah, dari target 9 GW di sumatera baru sebesar 6 persen pembangkit yang sudah COD, sedangkan untuk proyek 7 GW pemerintah dimana sumatera mempunyai target 3 GW, 88% dari target tersebut sudah dapat diselesaikan di sumatera,” harapnya.

“Pencapaian penyelesaian konstruksi transmisi di sumatera sendiri sudah mencapai 45% dari total target 17.000 kms yang harus diselesaikan sedangkan proyek gardu induk sudah dapat diselesaikan sebanyak 59% dari total target 28.000 MVA,” timpalnya lagi.

Karena itu, Wiluyo pun berharap agar Rakor tersebut menjadi sarana bertukar fikiran, mencari solusi bersama dan meningkatkan kolaborasi seluruh pegawai PLN baik di bidang pembangkitan, transmisi dan distribusi niaga untuk mencapai tujuan bersama. (ml)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Tembak Ikan 666 Eksis, DPRD Kota Medan Soroti Polsek Tuntungan

mimbarumum.co.id - Anggota DPRD Kota Medan Komisi 1 Fraksi PKS, Rudiyanto Simangunsong menyoroti dugaan Polsek Medan Tuntungan yang belum...

Baca Artikel lainya