mimbarumum.co.id – Rektor Universitas Paramadina Prof. Dr. Didik J. Rachbini menggarisbawahi lima masalah ekonomi politik pada masa pandemi Covid-19.
Menurut Didik masalah pertama yaitu fiskal yang rapuh dan hutang besar. Bahkan sebelum krisis, pemerintah Indonesia cenderung menggenjot utang untuk membangun.
“Setelah covid, pemerintah memutuskan utang setiap tahun sangat tinggi, sekitar 1225 trilyun rupiah tahun lalu dan lebih tinggi lagi tahun ini. Ini akan menjadi warisan dan jebakan berbahaya bagi presiden berikutnya,” katanya dalam webinar beberapa waktu lalu.
Masalah kedua adalah masalah kepemimpinan dan kebijakan yang tidak memadai dalam mengatasi Covid-19. “Kepemimpinan diuji saat krisis. Dengan hasil seperti ini kepemimpinan dalam penanganan covid jauh dari memadai,” jelas dia.
Masalah ketiga, Indonesia jatuh menjadi negara menengah bawah karena pertumbuhan rendah. “Jika ekonomi terus tumbuh rendah saat ini dan masa mendatang. Maka Indonesia potensial masuk ke dalam jebakan kelas menengah atau middle income trap,” tuturnya.
Keempat, ketergantungan ekonomi dan politik terhadap Cina sangat tinggi. “Indonesia mengalami defisit sangat besar dalam neraca perdagangan dengan Cina. Defisit turun sedikit karena covid dan tidak bisa impor maksimal tetapi defisit ini bersifat laten dan akan melemahkan sektor ekonomi luar negeri Indonesia. Nilai tukar rupiah akan selamanya lemah, apalagi dirundung defisit jasa, yang juga laten.” ungkapnya.
Dan kelima, Indonesia sekarang secara politik kehilangan prinsip bebas aktif. Politik luar negerinya sangat lemah, jauh dibandingkan di masa lalu. “Saya melihat bahwa kepemimpinan Indonesia di dalam masyarakat internasional terutama ASEAN saja itu jauh sekali dibandingkan dengan masa-masa Ali Alatas walaupun income waktu itu sangat rendah, belum terlalu tinggi,” ucap Didik.