Beranda blog Halaman 2594

Ketipu SMS, Oloh Hanya Bisa Elus Dada

0

Deli Serdang, (Mimbar) – Meski sudah sering disampaikan sejumlah informasi di media cetak maupun elektronik perihal aksi penipuan dengan modus pemberian hadiah yang ditawarkan oknum tertentu melalui pesan singkat (SMS), telepon maupun kupon, ternyata masih ada saja warga yang belum waspada sehingga turut menjadi korban.

Kali ini nasib apes itu dialami Indra Syahputra alias Oloh warga Dusun I Desa Tengah Kecamatan Pantai Labu, Deliserdang. Dia harus mengelus dada. Harapan mendapatkan uang ratusan juta rupiah pupus, malahan dia harus kehilangan uang jutaan rupiah.

Menurut Indra awalnya, Rabu (31/8) ia mendapatkan pesan singkat (SMS) dari nomor telepon seluler 0853440141217 yang mengatasnamakan PT. M.Kios. Pesan itu berbunyi bahwa dirinya berhak mendapatkan hadiah senilai Rp175 juta rupiah. Tak fikir panjang, Oloh langsung menghubungi nomor tersebut. Dalam percakapan itu, korban disarankan segera mengirim pulsa elektrik senilai Rp500 ribu agar proses pengiriman hadiah dapat segera
dilakukan.

Bayangan tumpukan uang ratusan juta menggelapkan akal korban. Tanpa fikir panjang Oloh langsung menuju salah satu pusat perbelanjaan untuk mengirim pulsa ke nomor yang disarankan pelaku penipuan itu. Dan transfer pulsa berhasil.

Selang beberapa waktu berikutnya, seseorang bernama Samaluddin yang mengaku dari Bank Indonesia menghubungi nomor seluler korban dan menyatakan bahwa uang hadiah atas nama korban sudah tersedia, tinggal menunggu transfer ke rekening korban.

Oloh semakin semangat untuk segera menerima hadiah dari pihak yang mengaku PT. M Kios itu sehingga ketika seseorang yang mengaku dari pihak bank itu meminta korban mentransfer uang senilai Rp2,7 juta ke rekening BRI unit Jakarta Selatan No.Rekening 0647535, segera mengiyakan namun ia terkendala karena tidak memiliki uang sebesar nominal yang dipersyaratkan.

Akhirnya pihak yang mengaku dari bank itu memberikan kelonggaran kepada Oloh untuk segera menstransfer berapa kesanggupannya. Korban yang hanya diberi batas waktu 15 menit untuk segera mentransfer uang tersebut, menjadi semakin cemas. Ia khawatir jika setelah 15 menit tidak mampu mentransfer uang permintaan itu maka hadiah ratusan juta rupiah itu akan batal menjadi miliknya. Akhirnya, Oloh pun mentransfer uang yang dimilikinya senilai Rp1,7 jut ke rekening yang disarankan penelepon.

Usai mentransfer, perasaan Oloh campuraduk antara perasaan lega sudah berhasil memenuhi persyaratan yang diminta dan perasaan cemas bahwa hadiah itu hanyalah akan-akalan penelepon untuk menipu dirinya.

Lama menunggu, hadiah uang yang dijanjikan penelepon tak kunjung masuk ke nomor rekeningnya. Meski sudah beberapa kali ia mengecek saldo tabungannya, tetap tidak ada pertambahan jumlah. Akhirnya Oloh sadar, dirinya sudah menjadi korban penipuan. Ia hanya bisa mengelus dada, menyesali kecerobohannya. (B.18)

Sidak, 4 Personil Positif

0

Medan, (Mimbar) – Tim Bidang Propam Poldasu dan Tim Bidang Dokkes Poldasu melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Markas Polisi Sektor (Mapolsek) Medan Area, Rabu (31/8) siang dengan melakukan pemeriksaan urin. Hasilnya, empat orang personil dinyatakan positif menggunakan narkoba.

“Empat ersonil yang dinyatakan positif antara lain, berinisial Aipda FB, Bripka Zu, Bripka AR dan Brigadir GP dan ke 4 Personil yang dinyatakan positif ini, langsung dibawa ke Bid Propam Poldasu untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,” kata Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Medan Area, Kompol M. Arifin kepada wartawan di Medan.

Dia menjelaskan, tim yang dipimpin Kasubbid Prov Bid Propam Poldasu AKBP Bambang Yudho M.SIK, MSC itu memeriksa urin 64 personil kepolisian yang sehari-hari bertugas di wilayah hukum tersebut.

“Ada sekitar 5 personil lagi yang kita curiga, namun tadi tidak hadir dalam pemeriksaan. Akan tetapi kedepannya ke 5 personil itu akan diperiksa urinenya langsung ke Bid Propam Poldasu,” tegasnya.

Ketika ditanyakan tentang sanksi apa yang akan diberikan kepada personil yang positif menonsumsi narkoba tersebut, Arifin hanya menjawab bahwa saat ini ke empat personil tersebut masih dalam pemeriksaan Bid Propam Poldasu.

“Kalau untuk sangsi ya belum bisa kita pastikan karena yang bersangkutan masih diperiksa. Bisa saja sangsi disiplin, bahkan pemutasian dinas,” tandasnya. (An)

Sidimpuan Kekurangan Dokter

0

Padangsidimpuan, (Mimbar)- Pemerintah Kota Padangsidimpuan mengakui saat ini kekurangan tenaga medis, baik dokter spesilis, dokter umum maupun dokter gigi. Akibatnya penempatan para medis di sejumlah rumah sakit dan puskesmas belum mampu memenuhi kebutuhan.

Kepala Dinas Kesehatan Pemko Padangsidimpuan Letnan Dalimunthe kepada Wartawan, Rabu (31/8) menyebutkan, jumlah dokter umum di daerah itu hanya sebanyak 68 orang, doketr
gigi sebanyak 29 orang dan dokter spesialis hanya sebanyak 25 orang.

“Jumlah dokter kita yang ada di Rumah Sakit, Puskesmas, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang ada di Kota Padangsidimpuan hingga kini kita masih merasa kekurangan tenaga media untuk melayani masyarakat yang ada di Kota Padangsidimpuan,” ucapnya. (011)

Mereka Minta Maaf Atas Ulah Anaknya

0

Medan, (Mimbar) – Kedua orang tua IAH (17) tersangka percobaan penganiayaan terhadap seorang pastor pada gereja Santo Yeseph Jalan Dr. Manyur Medan menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat.

“Kami dari keluarga tidak tahu terkait masalah ini dan tak ada niat menimbulkan keguncangan antar agama. Dalam kesempatan ini, saya dan istri selaku orangtua IAH dan seluruh keluarga meminta maaf sebesar-besarnya kepada warga Indonesia, khususnya warga
Sumut,” ucap Makmur Hasugian dalam sebuah keterangan kepada wartawan, Kamis (1/9) di Medan.

Peristiwa itu, sambungnya, diluar dugaan. Mereka mengaku sangat menyesali kurang memberikan pengawasan kepada nak kandungnya tersebut sehingga kejadian yang sangat tidak diinginkan itu bisa terjadi.

“Kepada Pastor Albret S Pandingan, saya selaku ayah kandung IAH juga memohon maaf atas tindakan anak saya. Saya juga memohon Keuskupan di Medan memafkan kami. Semoga kejadian ini tak terjadi pada orangtua yang punya anak sebaya dengan IAH. Mudah-mudahan kejadian seperti ini tak terjadi lagi. Dan semoga tidak terjadi lagi peristiwa serupa di negara kita ini,” kata Makmur sembari mengusap air mata di wajahnya.

Arista boru Purba selaku ibu IAH, tak bisa menahan tangis saat mendampingi suaminya menyampaikan permintaan maaf itu. Dengan suara bergetar, ia meminta maaf kepada seluruh umat beragama atas perbuatan anaknya.

Pada bagian lain, Makmur yang menggelar keterangan pers di kantor Pusat BantuanHukum Peradi, Jalan Sei Rokan itu memaparkan tentang kondisi keluarga besarnya yang sudah terbiasa dengan perbedaan agama.

“Saya empat bersaudara. Dua diantaranya Muslim dan dua lainnya beragama Kristen Begitu juga isteri saya. Dia sembilan orang bersaudara dan hanya dia saja yang Muslim,” ucap Makmur meyakinkan publik bahwa perbedaan keyakinan di dalam keluarga mereka bukan hal yang aneh. Dan perbedaan itu tidak mengurangi hubungan kekeluargaan diantara mereka. (An)

30 Pengacara di Medan Bela IAH

0

Medan, (Mimbar) – Setidaknya 30 orang pengacara di Medan siap mendampingi IAH (17) dalam menjalani proses hukum terkait dugaan upaya penganiayaan hingga ancaman pembunuhan terhadap seorang pastor di dalam gereja beberapa waktu lalu.

“Pendampingan ini dilakukan karena Makmur Hasugian adalah rekan seprofesi sesama advokat. Di sini kita merasakan penderitaan Makmur Hasugian terkait kasus hukum yang dialami anak beliau,” kata Rizal Sihombing, selaku Ketua Pusat Bantuan Hukum (Pusbakum) Peradi Medan, Kamis (1/9).

Pusbakum meminta agar pemeriksaan IAH sebagai tersangka harus dilakukan secara benar. Menyusul fakta bahwa IAH masih belum genap berusia 18 tahun. “IAH mungkin tak mampu mencerna dengan baik teknologi yang semakin berkembang. Polisi harus menemukan dalang dibalik kenekatan IAH,” harapnya.

Sebelumnya, IAH (17) warga Jalan Setiabudi Gang Sehati No 26 Lingkungan 11 Kelurahan Tanjung Sari Medan diamankan di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep Jalan Dr Mansyur No 75 Medan, Minggu (28/8) pagi, karena diduga akan melancarkan teror bom dan
berusaha melakukan penganiayaan terhadap seorang pastor. (An)

Mereka Terapung 5 Jam di Tengah Laut

0

Medan, (Mimbar) – Sembilan nelayan asal Indonesia mengalami nasib tragis, harus terapung-apung di tengah lautan selama 5 (lima) jam setelah kapal pukat ikan GT5 yang mereka tumpangi tenggelam di perairan Idie, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Beruntung kapal MV Kurushima yang berbendera Jepang menolong para anak buah kapal (ABK) itu, Rabu (31/8) dan mengevakuasinya. Selanjutnya para nelayan yang sedang nahas di perairan Belawan itu diserahkan kepada aparat setempat.

“Semua ABK selamat dan tidak ada yang terluka. Sampai saat ini kita juga masih minta keterangan mereka terkait penyebab tenggelamnya kapal mereka hingga menyebabkan ke sembilan nelayan itu sampai mengapung selama 5 jam ditengah laut tersebut,” ucap Komandan
Lantamal 1, Brigjen TNI Marinir Widodo Dwi Purwanto, Kamis (1/9) di Medan.

Informasi yang diperoleh menyebutkan, para ABK KM Harapan Baru itu sebelum ditemukan terapung di tengah laut, bermaksud melakukan aktifitas menangkap ikan di perairan sekitar provinsi Aceh.

Namun dalam perjalanannya kapal yang mereka tumpangi itu tenggelam di perairan Idie, Aceh sehingga memaksa mereka melakukan upaya penyelamatan diri dengan menceburkan
diri ke dalam laut. Akibatnya, selama lima jam mereka terapung-apung di atas permukaan laut dan tanpa mereka sadari sudah terbawa arus sehingga akhirnya ditemukan di wilayah perairan Belawan.

Petugas, kata Dan Lantamal sedang melakukan pendalaman tentang penyebab tenggelamnya kapal penangkap ikan itu. (AE)

Penganiaya Pastor Anak Baru Tamat

0

Medan, (Mimbar) – Tersangka penyerangan terhadap seorang pastor di Gereja St. Yoseph Jalan Dr. Mansyur, Medan pada Minggu (28/8) lalu tercatat pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Medan.

Wakil Kepala Sekolah sekaligus Humas SMAN 4, Marisda Sipayung membenarkan jika Irvan Armadi Hasugian merupakan alumni dari sekolah itu yang telah menamatkan pendidikannya pada tahun 2016 silam.

“Kita benar-benar kaget waktu tahu IAH pelakunya. Pas saya lihat di berita, kok wajahnya sama persis dengan alumni saya. Dia memang baru tamat dari sekolah kita tahun ini. Anaknya tergolong baik, tidak pernah bermasalah, catatannya bersih, tidak pernah mengganggu atau meributi orang lain,” kata Marisda, baru-baru ini.

Sebelum menamatkan pendidikan, IAH duduk di kelas XII IPA 8. Dia, kata Wakil Kepala Sekolah itu, dikenal sebagai siswa pediam dan tertutup. IAH disebut sebagai siswa yang tidak mau mengganggu orang lain. Dia pun tekun mengikuti pelajaran, terutama di
bidang eksakta.

“Aku inikan guru Fisika. Kalau sudah mengajar di kelas, IAH duduk di bangku depan baris ketigas. Anaknya serius dalam pelajaran saya, Dia ini dulunya suka berdebat. Artinya berdebat dalam hal setiap pelajaran yang ada,” beber Marisda sembari menyebutkan pelaku tidak memiliki prestasi menonjol selama di sekolah. Nilai akademisnya sedang-sedang saja. (AE)

Jelas Kemasan Propagandanya

0

Medan, (Mimbar)- Kalangan mahasiswa di Sumatera Utara mengutuk keras aksi penyerangan seorang pastor di salah satu gereja Katolik di Medan pada Minggu (28/8) pagi lalu. Mereka juga menuding ada kemasan propaganda yang sangat jelas pada peristiwa tersebut.

Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Medan mengutuk keras aksi tersebut. Namun mereka juga meragukan pelaku yang masih remaja berusia 18 tahun itu sebagai inisitaor sekaligus eksekutor pada peristiwa tersebut.

“Atau hanya alat yang digunakan sekelompok orang untuk memicu kekisruhan di Indonesia, khususnya Kota Medan,” ucap Syam Firdaus selaku Sekretaris GMNI Kota Medan, Senin (29/8) di Medan.

Ia juga meyakini, aksi yang dilakukan pelaku tidak terkait dengan kelompok agama tertentu. “Perlu digaris bawahi bahwa tindakan tersebut bukanlah tindakan yang
bernuansa SARA,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) Cabang Deli Serdang, Eka Azwin Lubis mengaku menemukan sejumlah kejanggalan pada kasus tersebut, khususnya terhadap pelaku yang diamankan dimana ia mengantongi identitas diri serta secarik kertas bertuliskan kalimat khas yang mencirikan agama tertentu.

“Kita jangan sampai terprovokasi dari peristiwa ini. Apapun motif-nya, aneh rasanya jika dia harus membawa hal-hal yang berkaitan dengan agama tertentu. Ini sangat jelas kemasan propagandanya. Semoga kita semua bijak menyikapinya,” kata Eka.

Terpisah, aktivis Gerakan Mahsiswa Kristen Indonesia (GMKI) Sumatera Utara, James Ambarita berharap kasus ini segera dapat diungkap motif-nya agar tidak menimbulkan
gesekan diantara sesama umat beragama.

Pernayataan sama disampaikan Ketua Presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Medan, Rikson Sihotang. Dia meminta aparat penegak hukum, baik polisi maupun Badan Intelijen Negara (BIN) mengungkap kasus ini secara transparan.

“Sampaikan ke media setiap perkembangan dalam penyelidikan kasus ini agar tidak bias di masyarakat,” pintanya. (AE)

Gurunya pada Mogok

0

Tebingtinggi, (Mimbar) – Biasanya yang selalu melakukan aksi mogok adalah para buruh dan karyawan pabrik. Namun kali ini aksi mogok dilakukan para guru yang sehari-harinya mengajar di SD AL Ittihadiyah di Kecamatan Bejenis, Kota Tebingtinggi.

Akibatnya, pada Senin (29/8) itu seratusan pelajar di sekolah yang berlokasi di Jalan Setiabudi Kelurahan Brohol itu terlantar. Para pelajar hanya duduk-duduk di ruangan kelas masing-masing tanpa ada guru yang mengawasi atau memberikan mata pelajaran pada hari tersebut.

Maheli yang mengaku sebagai pimpinan yayasan pendidikan itu bersama Kasek Muliani dan seorang tenaga pengamanan sempat berusaha menghalangi wartawan yang akan melakukan pengambilan gambar. Belakangan mereka membiarkan para wartawan melaksanakan tugasnya.

Sejumlah guru yang dikonfirmasi terkait aksi mogok itu mengaku sudah tak tahan dengan ulah Maheli karena selama dua tahun belakangan ini menguasai sekolah tanpa alas hukum yang jelas.

“Dia itu pimpinan yayasan bukan, guru juga bukan, tapi merasa punya hak terhadap sekolah itu,” ujar seorang guru senior yang sudah 30 tahun lebh mengabdi di sekolah itu.

Diungkapkan, selama ini dana sekolah dipegang oknum itu. Tapi penggunaan dana dan pembayaran honor guru yang diambil dari dana BOS kerap dikurangi, misalnya seharusnya terima tiga bulan, tapi dibayar dua bulan. Begitu pula dengan uang sekolah siswa, seluruhnya dikuasai mereka tanpa jelas alokasinya.

“Kalau dihitung-hitung selama dua tahun uang sekolah selama dipegangnya jumlahnya Rp108 juta, tapi penggunaannya entah kemana,” ujar Meirina Nasution.

Guru-guru lain juga menuding banyak alat peraga sekolah dan harta benda lainnya yang raib tanpa pertanggung jawaban.

Diungkapkan pula, sekolah itu berdiri tanpa legalitas jelas, karena tidak ada yayasan yang menaunginya. Padahal, lahan sekolah itu awalnya merupakan tanah wakaf dan bangunannya umumnya bantuan pemerintah. Anehnya, ada keluarga dari bekas kepala sekolah yang telah meninggal justru menguasai SD yang menggunakan nama salah satu Ormas Islam itu.

Maheli saat dikonfirmasi wartawan enggan memberikan jawaban terkait pengelolaan dana. Namun dia mengklaim sebagai pemilik sekolah. “Sekolah ini milik pribadi,” tegasnya, tanpa menunjukkan bukti kepemilikan.

Terkait itu, salah seorang pengawas SD di Dinas Pendidikan Kota Tebingtinggi membenarkan SD itu tak bernaung dibawah yayasan. “Sejak 2014 sudah kita ingatkan, tapi mereka tak peduli. Seharusnya sekolah itu sudah ditutup,” tegas pengawas itu. (B.45).

Petani Sawit di Madina Mulai Senyum

0

Madina, (Mimbar) – Para petani sawit di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), kini sudah mulai bisa tersenyum paska “dihantam badai” anjloknya harga tandan buah segar (TBS) dalam beberapa kurun waktu lalu.

Petani di daerah itu kini sudah bisa menjual hasil panennya dengan harga Rp1.050 perkilogram, padahal sebelumnya harga komoditas itu hanya senilai Rp850 perkilogram. Mereka mengakui kenaikan tersebut tidak langsung melonjak, namun secara bertahap menunjukkan grafik peningkatan sehingga mencapai angka seperti saat sekarang ini.

Supriyadi, petani sawit di daerah Kecamatan Sinunukan merupakan salah satu petani yang merasakan naiknya harga TBS Sawit terebut. “Seminggu terakhir harganya memang terus bergerak naik,” ucapnya, kemarin.

Kenaikan harga itu juga sudah bisa dirasakan oleh para petani karena produksi sawit, kini sudah mulai normal.

“Masa trek sudah berlalu, jadi hasil panen sekarang sudah normal. Ini yang membuat petani sudah bisa senyum bahagia,” ucap petani lainnya. (B-66)