Apa Bisa?

0
413

Oleh : Rizanul Arifin

Pagi Medan !
Jalan hidup memang sudah disiapkan dan lamanya juga sudaj direncanakan Sang Maha Pencipta, kita tinggal memilih langkah dan memilah arahnya.

Keknya begitu juga untuk pilihan tempat tinggal, kota, wakil dan pemimpin, kita laaa yang memilihnya untuk kenyamanan dan keamanan hidup.

Tapi terkadang koya disesatkan marka-marka yang salah, atau bahkan nekad melanggar marka yang sudah ada.

Cak laaa klen bayangkan, klen gak ingin ada korupsi dan nepotisme di kampong nii, tapi klen berharap ada serangan fajar, paket sembako atau sejumput rupiah yang bisa habis sekali pukol. Klen juga memilih dan atau berusaha untuk berdekatan dengan kekuasaan demi ajang sendiri.

Hehehe kalok itu klen sendiri sudah jadi bagian dari hal-hal yang klen tolak. Ngeri laaa awak mengatakan apa laaa sebetulnya hal itu dalam bahasa kampong kita ni, tapi hypocrites kata orang kampong sana.

Keknya klen, awak dan yang laennya dah harus lebeh jeli melihat fakta, karena tak semua kata dan angka yang beserak di cyberspace itu baek dan benar adanya. Itu mantap dan #LebihManusiawi.

Kalok laaa gak ati-ati, jangan kan untuk bisa sejajar sama kampong sebelah, untuk keluar dari neraka korupsi, kolusi dan nepotisme pon berat laaa awak rasa.

Bahaya memang kalok sampek semua keburukan dalam tatanan hidup, ekonomi sosial, budaya dan politik buruk menjadi biasa, terbiasa dan jadi budaya. Tak ada lagi harga diri bangsa. Bahkan kedaulatan pun akan tergadaikan dengan harga murah.

Hhhmm kalok dah gitu, cakap pisang pon kita dah gak bisa. Jadi, awak rasa, pendahulu kita dulu sangat cerdas, sehingga Pancasila dan UUD1945 tercipta dan saling mengikat satu dan laennya. Maka dah sepatutnya itu kita pegang, perkuat bahkan dudukan kembali pada tempatnya. Jangan sampe itu tergadai demi syahwat politik dan kuasa. Cocok klen rasa?

Tinggalkan Balasan