Jakarta – Seluruh materi ujian di madrasah yang mengandung konten khilafah dan jihad telah diperintahkan untuk ditarik dan diganti. Kementerian Agama (Kemenag) menginginkan materi ujian di madrasah lebih mengedepankan kedamaian, keutuhan, dan toleransi.
Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Kemenag, Umar, menjelaskan, yang dihilangkan sebenarnya bukan hanya materi khilafah dan perang. Setiap materi yang berbau kekanan-kananan atau kekiri-kirian juga dihilangkan.
Dia mengatakan, setiap materi ajaran yang berbau tidak mengedepankan kedamaian, keutuhan, dan toleransi juga dihilangkan. “Karena kita mengedepankan pada Islam wasathiyah,” kata Umar, Sabtu (7/12) seperti yang dilansir Republika.co.id
Penghilangan materi khilafah dan jihad sesuai ketentuan regulasi penilaian yang diatur pada SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor 3751, Nomor 5162, dan Nomor 5161 Tahun 2018 tentang Juknis Penilaian Hasil Belajar pada MA, MTs, dan MI.
Sementara itu, Mantan Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah, menilai keputusan tersebut tidak tepat. Negara harus memfasilitasi kebebasan untuk berdebat dan mendewasakan ruang publik. Ruang publik harus diisi oleh pikiran dan cinta.
Menurut dia, ruang publik tidak boleh diisi oleh doktrin dan kekuasaan karena bikin mual dan muak. Negara tidak boleh main belakang seperti kelakuan yang berkembang.
“Kalau betul negara ingin menghilangkan sejarah ‘khilafah’ dan ‘jihad’ dalam kurikulum nasional maka sebentar lagi kita akan bertengkar oleh penggunaan keluasaan lewat belakang terhadap kurikulum nasional. pemerintah ini bisa dituduh pembuat onar dan kekacauan,” kata dia melalui laman resminya, Ahad (8/12).
Peneliti: Belum Ada Fakta Empiris Khilafah Ancam Kebhinekaan
Peneliti Muda, Septian AW menegaskan bahwa saat ini ada pihak-pihak yang berupaya untuk menjelekkan narasi khilafah. Ia memberikan permisalan bahwa banyaknya yang menuding khilafah akan mengancam kebhinekaan.
“Saat ini ada upaya monsterasasi khilafah. Ada anggapan bahwa khilafah mengancam kebhinnekaan. Apakah ini ada fakta empiris? Ini belum pernah dibuktikan secara ilmiah,” katanya dalam diskusi ‘Apa Itu Khilafah?” di Bekasi pada Ahad (07/04/2019).
Pria yang juga mentor Komunitas Literasi Islam membantah jika adanya khilafah akan terjadi kegaduhan. Sebaliknya, kata dia, khilafah melindungi kehormatan setiap orang.
“Ketika ada khilafah, keyakinan orang Islam tidak diganggu dan kehormatan dijaga. Begitu juga dengan orang kafir. Itu sudah ada fakta empirisnya,” tuturnya.
Ia juga menekankan bahwa ketika khilafah Utsmani runtuh, bukan umat Islam Turki saja yang terguncang. Namun, seluruh umat Islam di dunia.
“Semua umat Islam terguncang. Karena ini sudah menjadi simbol persatuan dan perluasan terhadap kezaliman. Bahkan pasca khilafah runtuh, khilafah di Indonesia juga dibahas,” tuturnya.
“Dulu para tokoh di Indonesia membentuk Komite Khilafah. Pendirinya ada Hos Tjokroaminoto, KH. Abdul Wahab Hasbullah dan sebagainya,” sambung Septian. (kiblat/indeoneside/republika/Mimbar)