Samosir, Mimbar – Memandang pesona Danau Toba memang tak pernah membosankan. Sejauh mata memandang, hamparan genangan air biru dikelilingi perbukitan hijau sungguh menyegarkan mata. Lalu, pernahkan Anda memandangnya dari atas Pusuk Buhit? Wow luar biasa indahnya.
Pusuk Buhit adalah sebuah sebuah gunung berapi yang memiliki ketinggian 1972 mdpl (meter di atas permukaan laut). Kakinya berdiri kokoh di antara desa-desa yang ada di Kecamatan Sianjur Mula-mula dan Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir Propinsi Sumatera Utara. Meski disebut sebagai gunung berapi, seperti gunung berapi lainnya (Gunung Sibayak, Gunung Sinabung, Gunung Sorik Merapi), namun aktifitas Pusuk Buhit ini masih tergolong jinak.
Dari ketinggian bukit inilah kita akan menemukan sensasi berbeda ketika menikmati keindahan alam Danau Toba yang berjuluk Kepingan Surga di Tanah Batak itu.
Selain memiliki nilai eksotis, Pusuk Buhit yang berada di pinggir sebelah barat Danau Toba itu ternyata juga memiliki nilai khusus bagi warga sekitar. Masyarakat meyakini bukit ini adalah tempat bermukimnya roh-roh leluhur Bangso Batak (baca : Suku Batak) yang dikenal memiliki kesaktian mandraguna.
Dalam mitologi suku Batak puncak tersebut diceritakan sebagai tempat “kelahiran” suku tersebut.
Karena dipandang merupakan tempat yang sakral dan penuh dengan nuansa kebatakan sehingga para keturunannya baik yang sudah memiliki penghidupan yang layak maupun yang masih senin kamis (susah) sering datang untuk berkunjung.
Mereka tak hanya meminta berkah di tempat itu, tetapi juga meminta kesembuhan atas berbagai penyakit yang menimpa diri maupun keluarga, khususnya atas penyakit yang datang karea ulah jahil (sihir) orang lain. Tapi, tak sedikit pula yang datang hanya karena penasaran untuk melihat lebih dekat bukit yang dianggap sakral itu.
Para kaum keluarga dari keturunan Si Raja Batak sering berkunjung atau mendaki bukit tersebut. Umumnya, mereka sering membawa oleh-oleh untuk sesajen bagi para leluhur. Ada buah jeruk purut atau lebih dikenal dengan nama Anggir, tembakau bakal, telur ayam kampung, dan bunga-bungaan berbagai rupa.
Hal itu seperti yang disebutkan oleh A. Limbong atau yang lebih dikenal dengan nama Pargonci yang sehari-harinya berprofesi sebagai Pimpinan Kelompok pemain Musik Batak yang dahulunya juga berprofesi sebagai penulis dibeberapa surat kabar baik itu terbitan Medan dan Jakarta.
Limbong juga menceritakan bahwa umumnya para orang-orang dari Bangso Batak yang berkunjung ke Pusuk Buhit memiliki niat dan tujuan guna memuliakan leluhurnya sehingga rela untuk berkunjung dari tempat yang jauh dan dengan bersusah payah mendaki gunung untuk sampai ketempat yang dikenal sebagai leluhurnya orang Batak tersebut.
“Dolok Pusuk Buhit pasti akan selalu ramai dikunjungi oleh para keturunan si Raja Batak baik yang sudah memiliki kehidupan yang mapan maupun yang senin kemis karena dengan mengunjunginya saja ada pengharapan akan mendapat kehidupan yang lebih mapan, ” ujar Aliman Tua Limbong atau yang lebih dikenal dengan nama Pargonci dengan mimik yang serius. (Polim)