mimbarumum.co.id – Angka kemiskinan di Indonesia masih tinggi yakni 24,47 juta. Tentunya ada yang salah dengan kondisi ini.
“Bagaimana kita bicara pendidikan Indonesia, kita bicara kualitas manusia, atau bicara target generasi emas di 2045. Bukankah ini paradoks dengan potensi alam Indonesia, tetapi tidak bisa manfaatkan dan mensejahterakan,” ucap Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, Guru Besar Unimed, Rabu (8/7/2020).
Ia mengungkapkan lintasan kreativitas pendidik diantaranya perubahan mindset dan paradigm guru, penguatan integrasi nilai (value) pada pembelajaran, menshifting paradigm kurikulum kompetensi menjadi kapasitas, integrasi content baru dan inovasi proses penilaian.
“Di era pandemi Covid-19, menuntut kita untuk belajar memaknai bahwa runtuhnya keakuan menjadi kuatnya kekitaan, sosiocohesiveness menjadi mutlak yang hanya bisa dibangun dengan prinsip mutuality (kesalingan) saling memberi, menerima,” ujarnya.
Baca Juga : Satu Petugas PPS Terkonfirmasi Covid-19
Pembelajaran berubah total saat pandemi Covid-19 melanda, menjadi pindah kepada orang tua. Sekarang belajarnya pindah ke rumah orang tua.
“Sayangnya kita lupa dan sudah terlambat untuk mendidik orang tua dalam pengasuhan anak dan pendidikan di rumah,” tambahnya.
Seperti di Amerika itu ketinggalan teknologi dan ilmu pengetahuan pada tahun 80-an. John Kennedy cuma bilang begini “What’s wrong in our classroom?” apa yang salah di ruang kelas kita? Coba bayangkan perkembangan suatu negara, kemajuan teknologi tahu-tahu itu cuma bilang “What’s wrong in our classroom?” berarti kesalahan bermula dari kelas dari kelas.
“Kelas belajar dari kelas, kita tidak ingin menyalakan, tidak kita juga akan memberi rasa hormat kepada guru kita yang luar biasa itu, tapi ada 45 juta anak Indonesia yang belajar dengan baik, yang dengan kesungguhan mungkin hanya 25 persen,” harapnya.
Reporter : Mhd Nasir
Editor : Dody Ferdy