Tukang Tambal Sepatu Hidup Tanpa Bantuan 

spot_img

Berita Terkait

  • Potret Kemiskinan Warga Kota Medan (10)

mimbarumum.co.id – Binsar Harahap, pria kelahiran tanah Batak yang kini menetap di Kota Medan. Sudah berpuluh tahun. Dia, satu dari jutaan warga Kota Medan yang kehidupan sehari-hari tanpa bantuan sosial.

Warga Jalan Filisium I, Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia, ini masuk dalam kategori miskin. Tapi sayang, selalu luput bantuan pemerintah di rezim ini. Miris, Binsar tak kenal yang namanya Bantuan Langsung Tunai (BLT) maupun bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), tak tahu ada bantuan subsidi kenaikan BBM, bahkan tak pernah tersentuh bantuan, apapun jenisnya.

Ini fakta. Di atas sebidang tanah bangunan rumah berdinding papan, Binsar coba bertahan hidup. Tak ada air atau listrik resmi dari negara. Lantai rumahnya semen. Atap rumah bocor. Kalau banjir, sudah akrab dengan dirinya dan keluarganya.

Wak Binsar, begitu pria paruh baya ini akrab disapa, bekerja sebagai tukang tampal sepatu. Saban hari mangkal di simpang Jalan Kapten Muslim Medan. Sejak pagi hingga petang, ia coba mengais rupiah dari hasil sol sepatu. Penghasilannya sangat minim. Sampai-sampai, satu dari dua anaknya harus putus sekolah karena ketiadaan biaya.

- Advertisement -

Sayang seribu kali sayang, walau hidupnya serba kekurangan, tapi tetap tak menjadi perhatian dari pemerintah, mulai dari Kelurahan Helvetia Tengah, pihak kecamatan Medan Helvetia, sampai pejabat Pemko Medan selevel Kadis Sosial Medan serta Wali Kota M Bobby Nasution.
Anehnya, berbeda dengan laporan Dinas Sosial yang menyebutkan data bahwa keluarga miskin di Kota Medan relatif kecil. Namun nyatanya terbalik, potret warga miskin masih banyak dialami penduduk yang berjumlah 2,5 juta jiwa lebih ini.

“Jangan untuk biaya sekolah, buat makan aja susah. Aku tak pernah dapat bantuan, walaupun ada petugas yang datang mengecek lokasi rumahku, namun hingga kini tak satu pun bantuan pemerintah yang aku terima,” kesal Binsar saat penuturannya kepada Mimbar Umum, Kamis (13/10).

Dia kecewa karena pemerintah tak adil dan pilih kasih.

“Aku kesal bukan tak menerima bantuan pemerintah, tapi ada orang yang kaya dapat bantuan. Ini kan tak wajar dan kurang baik. Pemko Medan harus peka melihat kenyataan ini, jangan hanya ngomong belaka buktinya masih banyak juga yang tak terima bantuan,” katanya.

Ketika ditanya pendapatan per hari yang diperolehnya, Binsar mengeluh karena rata-rata hanya Rp 100 ribu yang didapatnya dari hasil menjahit atau menambal sandal dan sepatu yang rusak.

“Terkadang uang bersih yang dibawa pulang untuk belanja ke rumah cuma Rp 50 ribu. Mana lah cukup buat makan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari,” paparnya.

Binsar juga mempertanyakan program Pemko Medan yang akan mengentasi kemiskinan bagi warganya selama kampanye Wali Kota Medan M Bobby Nasution.

Faktanya, hanya slogan saja sewaktu kampanye karena ternyata kemiskinan semakin tinggi pasca bencana Covid-19 menimpa warga selama dua tahun terakhir ini. “Warga miskin bertambah, aku termasuk penduduk yang terdampak miskin,” ketusnya.

Kedepan, dia berharap Pemko Medan agar memberikan bantuan pemerintah itu tepat sasaran.

“Jangan lagi ada warga miskin yang sengsara karena luput dari bantuan sosial dan berlaku adil dan tanpa diskriminasi,” pintanya.

Lanjutnya, bantuan pemerintah itu sangat bermanfaat bagi membantu pemenuhan kebutuhan hidup.

“Tolong lah pak Wali Bobby perhatian kami yang miskin ini dan berikan bantuan pemerintah itu agar warga miskin berkurang dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Medan.

Reporter : M Nasir

Berita ini telah terbit di Koran MimbarUmum edisi 11 Oktober 2022.

- Advertisement -

Tinggalkan Balasan

- Advertisement -
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Berita Pilihan

Sebanyak 350 PNS Pemko Medan Akan Purna Tugas Ikuti Bimtek Pembekalan

mimbarumum.co.id - Sebanyak 350 orang PNS di lingkungan Pemko Medan yang akan memasuki masa purna tugas mengikuti Bimbingan Teknik...