mimbarumum.co.id – Perdagangan menggandeng Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Kemenkop dan UMKM) serta Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI (Kemdiktisaintek) untuk mempercepat ekspor produk lokal berkualitas internasional.
Komitmen ini untuk meningkatkan ekspor para pelaku UMKM melalui program UMKM “BISA” (Berani Inovasi, Siap Adaptasi) Ekspor. UMKM “BISA” Ekspor merupakan salah satu program prioritas Kemendag.
Program ini dilatarbelakangi agara semua bentuk kegiatan ekspor yang dilakukan pelaku UMKM harus dipercepat dan dipermudah. Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah I Sumatera Utara turut dilibatkan dalam menunjang peningkatan bagi UMKM.
Kepala LLDikti Wilayah I, Prof Saiful Anwar Matondang, Ph.D, mengatakan, langkah ini dilakukan atas arahan Presiden Prabowo Subianto, untuk meningkatkan daya saing UMKM Indonesia di pasar global.
Perguruan tinggi memiliki potensi besar dalam mendukung program ini karena banyak dosen yang mengajar bisnis dan perdagangan internasional. Dosen dan mahasiswa tingkat akhir akan diberikan pelatihan intensif tentang strategi ekspor. Setelah itu, mereka diharapkan dapat membantu UMKM dalam berbagai aspek, seperti memastikan kelancaran rantai pasok bahan baku, standarisasi kualitas produk, pengemasan, hingga membangun kerjasama dengan mitra dagang internasional.
“Misalnya, pengusaha roti kacang di Tebing Tinggi perlu memastikan pasokan bahan baku seperti kacang hijau, gula aren, dan tepung tersedia setiap hari. Setelah itu, mereka harus menstandarisasi mutu produk, mengemas dengan baik, dan mencantumkan informasi yang sesuai,” kata Kepala LLDikti Wilayah I, Prof Saiful Anwar Matondang, Ph.D.
Kemendag juga akan melibatkan atase perdagangan di kedutaan besar untuk membantu menghubungkan UMKM dengan distributor terpercaya di negara tujuan ekspor, seperti Malaysia atau Korea Selatan. Hal ini bertujuan untuk mencegah risiko, seperti pembayaran yang tidak terealisasi atau mitra dagang yang tidak kredibel.
Kerjas ama ini dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU) antara Kemendag dan perguruan tinggi. Dalam waktu dekat, Kemendag bersama Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) akan mengadakan pelatihan selama tiga hari untuk dosen dan mahasiswa yang ingin menjadi fasilitator UMKM.
Program ini juga selaras dengan konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), di mana dosen dan mahasiswa didorong untuk berkontribusi langsung kepada masyarakat. Dengan melibatkan sekitar 10 ribu UMKM di Sumatera Utara, program ini diharapkan dapat membantu UMKM naik kelas dari skala lokal ke internasional.
“Harapan kami, perguruan tinggi menjadi motor penggerak. Jika satu UMKM berhasil menembus pasar internasional, ini akan berdampak besar pada perekonomian rakyat,” ungkapnya.
Kerja sama lintas sektor ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendukung UMKM sebagai tulang punggung perekonomian nasional dan menciptakan ekosistem ekspor yang lebih kompetitif.
Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terdiri dari lebih dari 65 juta badan usaha. 64,5% di antaranya adalah milik Perempuan. UMKM mewakili lebih dari 60% PDB Indonesia.
UMKM menyediakan lapangan kerja bagi 97% dari total angkatan kerja nasional yang berjumlah sekitar 117 juta pekerja. UMKM sering dianggap sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia dan pendorong pertumbuhan ekonomi ke depan. UMKM juga berperan penting dalam memenuhi kebutuhan konsumen dan bisnis Indonesia.
Reporter : Jafar Sidik