mimbarumum.co.id – Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Ir. Suharti, MA.,Ph.D mengapresiasi penerapan “kampus merdeka” di Universitas Satya Terra (ST) Bhinneka.
Menurutnya, dengan sistem pembelajaran tersebut diharapkan dapat melahirkan lulusan yang dapat menghadapi “era ketidakpastian” di masa Indonesia Emas nantinya.
“Kampus ini luar biasa, di tahun pertama saja sudah bisa merekrut 1.500 mahasiswa. Yang lebih membanggakan lagi, dosen dibina selama delapan bulan dan semua harus siap baik dari segi mengajar tetapi juga dapat menyampaikan program berkelanjutan,” ujarnya disela kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Baru (PKKMB)
di Universitas ST Bhinneka di Jalan T Amir Hamzah, Medan Sunggal, Sabtu (16/9/2023).
Suharti melanjutkan, lulusan Universitas ST Bhinneka nantinya diharapkan bisa menjadi bagian yang mencapai Indonesia Emas 2045. Dan tentunya, Indonesia harus dibekali berbagai kekuatan diantaranya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang berakhlak mulia.
“Jadilah manusia produktif yang bisa membantu lainnya. Hidup secara seimbang dan nilailah apa yang kalian inginkan, apa yang kalian impian dengan aksi kalian, kalau ingin menjadi dokter jalanlah ke arah sana dan sebagainya. Siapkan diri untuk menghadapi berbagai tantangan yang akan muncul,” katanya.
Sebelumnya, Rektor ST Bhinneka Dr. Tracey Harjatanaya MA, MSc, DPhil mengatakan, Universitas Satya Terra Bhinneka dibangun atas dasar keberagaman yang ada di Indonesia. Di mana Satya artinya itu setia, setia kepada kebenaran, Terra artinya bumi, mahasiswa dan seluruh stafnya harus bisa menjaga bumi dan Bhinneka artinya keberagaman.
Universitas ST Bhinneka, lanjutnya, menerapkan prinsip-prinsip Kampus Merdeka Belajar. Pihaknya juga ingin para lulusan bukan hanya siap bekerja, tetapi memiliki nilai-nilai kebangsaan tinggi.
“Kami ingin dapat membentuk lulusan yang inklusif, berwawasan global, inovatif dan jujur, berakhlak mulia, memiliki nilai-nilai kebangsaan yang tinggi, mampu merealisasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, juga menerapkan nilai kebhinekaan untuk membangun keberlanjutan,” katanya.
Dengan begitu, sambungnya, mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa dapat bertahan untuk terus berjuang di tengah situasi yang tidak pasti ini.
“Mari sama-sama berjuang membangun Indonesia lebih baik dan menjadi agen perubahan untuk mencapai tujuan yang sama masyarakat Indonesia adil, makmur dan harmonis, tentunya. Tantangan itu selalu ada, mari kepakkan sayap dan terbang lebih tinggi lagi,” tegasnya.
Tracey menambahkan, meski tahun pertama, universitas memiliki banyak dukungan dari berbagai pihak. Sedikitnya ada 35 mitra yang sudah membantu baik dari dalam ataupun luar negeri.
“Hari ini juga dilakukan penandatanganan kerjasama dengan dengan 9 universitas di Indonesia dan 2 instansi pemerintahan. Harapannya, Universitas ST Bhinneka dapat terus menjalankan pembelajaran sesuai dengan visi awal yakni Merdeka Belajar,” terangnya.
Sementara Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Sultan Iskandar, dr Sofyan Tan mengatakan, yayasan ini didirikan untuk bisa menghimpun, sebagai tempat belajar beberapa golongan memberikan peluang tanpa memandang suku agama dan ras dengan tidak membedakan si kaya dan si miskin.
Yayasan, lanjutnya, memberikan peluang bagi siswa atau mahasiswa tidak mampu dengan progam anak asuh dengan melihat kondisi mereka secara langsung. Tentunya, agar mereka bisa bersekolah secara gratis atau berkarya di Sultan Iskandar Muda dan anak-anak yang kurang mampu agar bisa mengangkat harkat dan martabatnya.
“Sampai hari ada 6.299 yang mendapat program anak asuh dan murni atas pembiayaan yayasan ini. Jika dihitung dengan uang sekitar Rp 27 miliar lebih,” terangnya.
Kemudian, ada Sofyan Tan Scholarship dengan program Yayasa Cahaya Inspirasi Sofyan Tan. Di sini khusus bagi mereka yang ingin kuliah tetapi pola dan tindakannya memiliki visi dan misi sama dengan dirinya.
“Sudah ada 30 penerima manfaat menghabiskan sekitar Rp 500 juta dan seleksi yang ketat dan khusus dokter karena awalnya sofyan Tan adalah dokter yang tidak buka praktek tetapi bekerja mengobati kantor kering masyarakat dengan pendidikan. Yayasan memiliki target, hilang satu dokter Sofyan Tan harus ada ratusan dokter-dokter yang lahir,” tuturnya.
Sofyan Tan menambahkan, melalui Universitas ST Bhinneka, yayasan ingin melepas anak-anak hingga perguruan tinggi sehingga mereka akan mewarisi semangat yang lebih utuh dan lebih dewasa untuk berpikir dan berbuat.
“Saya ingin “melahirkan” anak-anak yang cerdas, berprestasi tetapi beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan saya tidak mau menghasilkan anak-anak pintar tapi tidak toleransi dan jiwa merusaknya bagi masyarakat yang begitu tinggi,” pungkasnya.
Reporter : Siti Amelia