mimbarumum.co.id – Pagi baru saja beranjak naik, sekelompok petani tampak sedang sibuk mengolah sesuatu di tengah ladang seluas 1.600 meter persegai di tepi Jalan Raya Binjai – Namu Ukur Desa Pasar VI Kwala Mencirim, Kecamatan Sei Bingai. Mereka adalah Kelompok Tani Sehat. Ternyata mereka sedang sibuk membuat lemang di bedeng pembuatan kompos yang ada di ladang itu.
Kelompok yang berasal dari berbagai desa dan lokasi di Kawasan Sei Bingei itu, menurut anggotanya Supriyanto (54 tahun), sering berkumpul, berdiskusi, dan belajar Bersama tentang bagaimana menjalankan sistem pertanian ramah lingkungan. Di lahan yang dikatakan pendamping kelompok tani dari Yayasan Source of Indonesia (SOI) Renta M E Nababan, difasilitasi oleh Perusahaan air dalam kemasan Aqua. “Kami berkumpul di sini dua kali sepekan untuk belajar bersama bagaimana membuat pupuk organik dan mengelola tanaman secara organik pula,” ungkap Supriyanto. Di pondok tempat mereka biasa berdiskusi.
Di sanalah kelompok tani ini juga berbagi pengalaman dan pengetahuan sambil terus belajar bagaimana mengelola pertanian sehat, untuk kemudian diterapkan di lahan masing-masing. Kelompok Tani Sehat terbentuk sejalan dengan pengenalan program pertanian ramah lingkungan untuk masyarakat desa Pasar VI Kwala mencirim, Sei Bingai, Kabupaten Langkat oleh Pabrik AQUA Langkat dengan mitra pelaksana Sources of Indonesia (SOI) pada 2019.
Sejak saat itu para petani diajarkan membuat kompos padat dan kompos cair dengan memanfaatkan kotoran ternak. Kemudian dilanjutkan pengelolaan tanaman sayuran hingga Padi secara ramah lingkungan dengan menggunakan pupuk yang berasal dari bahan-bahan alamiah sejak 2020.
Awalnya banyak petani tidak percaya bahkan pesimis, bahwa tanpa menggunakan pupuk kimia yang sudah puluhan tahun mereka pakai, akan memberi hasil yang serupa baik kuantitas maupun kualitasnya jika memakai pupuk organik. Namun, setelah pengenalan metode Sekolah Lapang dengan System of Rice Intensification (SRI) hasil yang diperoleh justru menyamai hasil panen biasa dan cenderung meningkat, selain itu petani tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk membeli pupuk yang saat ini cukup sulit diperoleh, dan ketika pupuk tersedia harganya juga membuat kantong petani menjerit.
Sejak melihat bukti, kini petani hanya memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di sekitar desa. Program pemberdayaan masyarakat Pabrik AQUA Langkat melalui kegiatan pertanian ramah lingkungan ini diteruskan pada 2021 hingga saat ini dengan mendorong pertanian holtikultura dengan komoditas tomat, cabai, jagung, melon, dan lain-lain sebagai bahan belajar kelompok.
Stakeholder Relations Manager Pabrik AQUA Langkat Jimmi Simorangkir mengatakan, “Kegiatan pertanian ramah lingkungan ini bertujuan membantu masyarakat di sekitar pabrik AQUA Langkat di desa Pasar VI Kwala Mencirim & desa Namu Ukur Utara agar dapat meningkatkan perekonomian melalui peningkatan hasil pertanian yang dikelola secara ramah lingkungan. Hasil pertanian dari Kwala Mencirim ini pun jadi lebih sehat untuk dikonsumsi masyarakat.”
Upaya-upaya yang sudah berjalan beberapa tahun itu, menurut Supriyanto yang juga mengembangkan tanaman holtikultura di lahannya sendiri, kini merasa jauh lebih berbahagia setelah mengembangkan pertanian ramah lingkungan. “Sekarang kami tidak ragu lagi untuk bertani, karena melalui pertanian ramah lingkungan kami selalu mendapatkan keuntungan finansial. Dulu, banyak dana harus kami keluarkan untuk membeli pupuk kimia sebelum mulai bertani. Sesudah itu hasil pertanian kami justru malah tidak menutupi pengeluaran membeli pupuk kimia itu,” jelas Supriyanto secara gamblang.
“Dulu dengan pupuk kimia kami ikut mengurangi kesuburan tanah. Sekarang dengan menggunakan pupuk organik kami dapat memperbaiki dan kembali menyuburkan tanah, sehingga hasil pertanian pun ikut meningkat,” ungkap Supriyanto penuh semangat.
Hebatnya dia bahkan mengaku sekarang tidak lagi memerlukan subsisdi untuk menjaalankan usaha pertaniannya. Karena selain lebih mudah dan murah, pupuk subsisdi pun dirasakannya semakin merepotkan saja. Selain itu juga merusak kualitas tanah perkebunannya.
Wajar kalau petani di sekitar Pabrik AQUA Langkat yang pagi itu hadir kini tampak lebih berseri-seri. Mereka dapat mencari nafkah melalui sektor pertanian dengan menggunakan bahan-bahan alamiah yang berasal dari lingkungan sekitar dan juga bermanfaat nyata untuk kebaikan alam. Sementara itu untuk para ibu-ibu, Pabrik AQUA Langkat dengan mitra pelaksana Yayasan Sources of Indonesia juga punya program tersendiri.
“Kami mengedukasi, mendampingi, dan membentuk sebuah Kelompok Pertanian Pekarangan Ramah Lingkungan yang didominasi oleh kaum perempuan yang diberi nama Kelompok Pekarangan Ibu Kreatif (PIK). Kelompok ini berdiri sejak tahun 2020, mulanya kami hanya mengajak ibu-ibu mengelola sampah rumah tangga menjadi eco enzyim, yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman pekarangan rumah mereka ” ujar Direktur Eksekutif Sources of Indonesia Renta Morina E. Nababan.
“Selama perjalanan kelompok, hasil dari pekarangan rumah sendiri terbukti mampu membantu para ibu rumah tangga untuk menyediakan makanan yang lebih sehat di meja makan keluarga masing-masing. Selain itu sebagian dari hasil panen juga mereka manfaatkan untuk menambah pendapatan keluarga dari hasil penjualan tanaman,” tambah Renta Nababan yang akrab dipanggil Iren ini.
“Kedua program tersebut di atas jelas memperlihatkan bahwa Pabrik AQUA Langkat bukan hanya sibuk menghasilkan air minum dalam kemasan yang berkualitas tinggi yang bermanfaat untuk kesehatan, namun juga menjalankan berbagai kegiatan yang membawa dampak positif untuk lingkungan sekitar dan sekaligus ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” pungkas External Relations Danone-AQUA Wilayah Sumatera, Wirnos.
Setelah dapatkan harga pupuk lebih murah, dan kualitas tanah yang sempat semakin baik setelah sempat kurus karena terlalu sering terpapar pupuk kimia, alasan Supriyanto tidak butuh subsisdi semakin jelas, apalagi keluarganya juga dikatakan semakin sehat dengan berkurangnya paparan bahan kimia selama berladang. Sayangnya dia tidak dpat menjelaskan secara detail tetantang hal Kesehatan ini.
“Tapi yang pasti saya jarang sakit, begitu juga keluarga,” katanya.
Pengalaman dan rasa serupa juga dialamai anggota Kelompok Tani Sehat tempat dia bergabung, secara tidak langsung mereka merasakan ada manfaat lain dari kepedulian Aqua sama mereka selama ini, selain menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan bisnisnya, Aqua juga tampak memberikan manfaat bagi masyarakat kesehatan dan lingkungan di mana dia berada. “Yang pasti sejak kami didampingi SOI di lahan yang difasilitasi Aqua ini, kami merasakannya,” pungkas Supriyanto.
Hal itu juga diakui mantan tantara yang kini menjadi petani di Kawasan itu, Ralin Saragih dan Samingin. Samingin bahkan berhasil menjadi petani yang mengekspor hasil kebunnya ke Singapura. “Dengan ikut di kelompok ini tanpa disadari kami juga sudah berlajar konservasi, berperilaku hidup bersih dan sehat,”ungkap Samingin.
Entah ada atau tidak, apa yang sudah dilakoni petani Kelompok Tani Sehat ini sejalan dengan berbagai program kesehatan Aqua, mulai dari sistim daur ulang packaging, kesehatan dan nutrisi masyarakat, terutama stunting yang jadi pokok bahasan negara belakangan ini, seperti sempat digambarkan External Relations Danone-AQUA Wilayah Sumatera, Wirnos. Tapi tidak bergantung lagi pada subsisdi tampak sudah menjadi kenyataan di Kelompok Tani Sehat di Kawasan Sei Bingei ini.
Oleh: Rizanul Arifin