Penulis: Nidya Lassari Nusantara
Miris, kekerasan dalam rumah tangga terjadi lagi. Diluar nalar, seorang suami di Serdang Bedagai membunuh istrinya yang sedang melakukan live karaoke di salah satu aplikasi handphone. Akibatnya istri meninggal dunia.
Peristiwa ini tidak hanya menggemparkan warga Sumatera Utara, tetapi menggemparkan satu Indonesia. Kekerasan dalam rumah tangga saat ini sudah sampai pada kekejaman. Suami bunuh istri. Istri bunuh suami sudah sering terjadi.
Rumah tangga penuh ketenangan, cinta dan keberkahan menjadi barang langka saat ini. Yang ada hanya rumah tangga yang error. Kerap terjadi kekerasan, masalah ekonomi, dan hal-hal error lainnya.
Jumlah kekerasaan dalam rumah tangga data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mencatat, terdapat 15.459 kasus kekerasan sejak awal hingga pertengahan tahun 2024 ini di mana sebanyak 13.436 dialami oleh perempuan dan 3.312 oleh laki-laki.
Hal ini tentu menjadi masalah besar bersama. Mengapa dua anak manusia yang saling mencintai bisa saling menyakiti bahkan sampai tega membunuh.
Melihat fakta yang ada. Semua ini di mulai dari sistem yang salah. Maka yang hadir hanya masalah dengan solusi yang salah. Sistem sekulerisme adalah sistem hidup yang dijadikan aturan hidup manusia saat ini, baik secara pribadi, masyarakat sampai negara.
Sistem ini membentuk manusia yang menganutnya memisahkan agama dari kehidupan. Maka tidak heran, bila menghadapi suatu masalah akan menyelesaikannya sesuai pemikirannya. Sementara, alamiahnya manusia itu lemah, terbatas, membutuhkan orang lain dan tergantung pada lingkungannya.
Sistem ekonomi sekulerisme yang carut marut, banyak perempuan yang harus meninggalkan kewajibannya ikut mencari nafkah membantu perekonomiian keluarga. Sistem sosial juga sama errorr.
Sistem ini menjunjung tinggi kebebasan berprilaku. Perempuan dan laki-laki bisa melakukan interaksi atas dasar suka sama suka walau tidak ada ikatan pernikahan. Saling komentar di media sosial, karaoke bersama , dan sebagainya.
Sistem pendidikan yang tidak mengedepankan aturan agama akan membawa setiap manusia berkarakter jauh dari adab. Mudah tersulut emosi menjadi pemarah, pencemburu, dan sejenisnya adalah karakter sumbu pendek yang dihasilkan dari sistem ini. Pernikahan jadi hal yang menakutkan.
Sistem Error Menghasilkan Rumah Tangga Horor
Bangunan keluarga ideal hanya akan ditemukan dalam konsep ideal yaitu konsep Islam. Keluarga sakinah mawwaddah warrahmah menjadi janji Allah bagi pasangan yang mengikat pernikahan atas konsep Allah SWT.
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar Rum ayat 21)
Hal ini diawali dari ketakwaan individu. Adanya ikatan keluarga dimulai dengan pernikahan. Dalam Islam, pernikahan adalan ikatan yang agung dan dalam hadis dikatakan menyempurnakan separuh agama. Sehingga suami dam istri terikat perjanjian kuat dan agung karena Allah SWT.
Sistem pendidikan yang berlandaskan mabda Islam menghasilkan manusia-manusia yang berkarakter Islam baik jasmani maupun naluri. Pendidikan Islam mewajibkan seorang istri wajib taat kepada suami kecuali dalam hal yang melanggar hukum syara. Seorang suami wajib menjadi pemimpin bagi keluarga.
Maka dari itu, pendidikan tidak hanya didapat dari sekolah tapi dimulai dari rumah. Dimana seorang ibu menjadi madrasah perrtama untuk anak-anaknya dan seorang ayah mempunyai konsep madrasah di rumah asasnya Islam. Hubungan suami istri yang seperti sahabat menjadi teladan bagi anak-anak.
Rasulullah menjadi contoh ideal menjadi suami dan juga ayah yang ideal bagi keluarganya. Rasulullah sering mengajak istrinya Aisyah lomba lari, di satu kesempatan untuk menyenangkan hati istrinya, Rasulullah sengaja untuk kalah lomba lari. Rumah tangga penuh cinta yang dicontohkan Rasulullah
berhasil membuat rumah tangga para sahabat juga merasakan hal yang sama.
Sayyidina Umar tidak pernah membalas kemarahan istrinya dengan balasan marah. Beliau hanya diam saat istrinya marah karena memahami lelahnya tugas istri saat dirumah.
Ali bin Abi Thalib juga kerap membantu istrinya Fatimah menumbuk gandum. Ibnu Abbas juga bertutur, “Para istri berhak atas persahabatan dan pergaulan yang baik dari suami mereka, sebagaimana mereka wajib taat dalam hal yang diwajibkan atas mereka terhadap suami mereka.” (An-Nabhani, 2003, Sistem Pergaulan Islam, hlm.
242-243).
Sehingga suami dam istri terikat perjanjian kuat dan agung karena Allah SWT. Sistem pendidikan yang berlandaskan mabda Islam menghasilkan manusia-manusia yang berkarakter Islam baik jasmani maupun naluri.
Sistem sosial juga menjadi hal penting dalam ikatan keluarga yang penuh cinta. Dalam aturan Islam, perempuan dan laki-laki tidak memiliki kebebasan perilaku, semua ada aturan berasal dari Sang Pencipta.
Dalam Islam, perempuan dan laki-laki tidak boleh berdua-duaan. Dalam Islam, interaksi perempuan dan laki-laki dibolehkan pada saat jual beli (muamalah), pendidikan, kesehatan dan melakukan ibadah haji dan umrah.
Dalam sistem pendidikan Islam, menghasilkan manusia-manusia yang tidak hanya cerdas tetapi juga beradab. Maka prinsipnya hanya untuk meraih ridho Allah subhanawataala. Perempuan dimuliakan, laki-laki memuliakan.
Sistem ekonomi Islam juga menjadi hal penting. Dimana lelaki menjadi tonggak pertama dan memiliki kewajiban memenuhi kebutuhan keluarga. Maka negara sebagai pengurus rakyat memiliki kewajiban memberikan kemudahan pekerjaan bagi laki-laki sebagai pencari nafkah. Sehingga perempuan fokus mengurusi urusan dalam rumah.
Sistem hukum yang berlaku juga tegas dan tepat sasaran. Hukum dalam Islam ebagai penghapus dosa dan efek jera. Maka hanya dengan sistem Islam terwujud rumah tangga yang tenang dengan ikatan cinta membawa keberkahan bagi keluarga bahagia didunia selamat di akhirat.