mimbarumum.co.id – Riko Baginda Tagor Siregar (39) bergetar saat menceritakan perjuangannya melawan penyakit gagal ginjal di ruangan Hemodialisis RSUD Padangsidimpuan, pada hari Kamis (6/2/2025).
Tujuh tahun sudah Riko bergelut menjalani hemodialisis, atau yang lebih dikenal dengan cuci darah. Sebuah rutinitas yang melelahkan, namun juga menyelamatkan hidupnya.
“Awalnya, kami kira ini penyakit biasa, muntah-muntah, tidak nafsu makan, lemas, dan gatal-gatal di kulit. Gejala yang kami anggap umum lah sebagai orang yang awam,” kata Riko terisak mengenang masa-masa awal penyakitnya menyerang.
Namun, penyakit itu ternyata lebih serius dari yang mereka kira. Setelah beberapa lama tidak ada perubahan, Riko dan keluarga memutuskan untuk mencari pertolongan medis ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) hingga akhirnya ia dirujuk Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). Dokter di RSUD Sipirok meyakini ginjal Riko mengalami masalah sirius dan membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit yang lebih lengkap.
“Kami merasa sangat bersyukur saat itu karena saya sudah menjadi peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Setahun sebelum cuci darah pada 2018, saya sudah dicover oleh BPJS Kesehatan. Sebelumnya saya juga sudah sering kontrol ke poli,” ungkap Riko.
Bagi Riko dan keluarga, BPJS Kesehatan adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Biaya pengobatan batu ginjal dan cuci darah yang tidak sedikit sepenuhnya ditanggung oleh program pemerintah ini.
“Dibandingkan dengan pertama kali berobat kondisi saya sekarang jauh lebih baik. Sampai saat ini, saya belum pernah merasakan pembatasan dalam menjalani cuci darah,” ujar Riko.
Riko tidak sendiri, ia adalah salah satu dari sekian banyak pasien cuci darah yang menggantungkan hidupnya pada BPJS Kesehatan. Di ruangan hemodialisis RSUD Padangsidimpuan, Riko bertemu dengan pasien lain yang memiliki kisah serupa.
“Kami semua yang cuci darah sangat terbantu dengan adanya BPJS Kesehatan. Kalau ada yang bilang manfaat BPJS kecil, mungkin mereka belum pernah memakai dan merasakan kegunaan BPJS Kesehatan. Kami di sini sudah merasakan dan sudah memakai, sangat-sangat merasa terbantu,” imbuhnya dengan suara yang penuh haru.
Istri Riko, Rika Delisma Harahap (40) yang setia mendampingi suaminya selama masa pengobatan, juga turut memberikan kesannya menggunakan jaminan kesehatan. Ia menceritakan bagaimana mereka pertama kali mengetahui Riko harus menjalani cuci darah.
“Awal mula Bapak berobat itu di RSUD Sipirok, kemudian dirujuk dokter ke Medan. Sebenarnya di Sipirok dokter sudah memberitahu kalau ada ginjal Bapak sudah tidak bisa bekerja maksimal, dirujuk ke Medan karena kondisi masih belum stabil dan membutuhkan perawatan lanjutan,” kenang Rika.
Di Medan, vonis itu akhirnya jatuh, Riko harus menjalani cuci darah dua kali dalam seminggu. Sebuah pukulan telak bagi keluarga. Namun, di tengah keterkejutan dan kesedihan, ada secercah harapan.
“Berat sekali Bapak menerima kenyataan seterusnya harus menjalani cuci darah. Dokter sangat sabar menjelaskan kepada kami kalau cuci darah termasuk pelayanan yang dijamin BPJS Kesehatan. Kami tinggal fokus pengobatan Bapak, biaya cuci darah dijamin BPJS,” ungkap Rika dengan mata berkaca-kaca.
Kini, setelah tujuh tahun berlalu, Riko bisa menjalani hidup dengan lebih baik. Ia merasa lebih segar dan bisa lanjutkan aktivitasnya kembali.
Riko dan pasien cuci darah lainnya di RSUD Padangsidimpuan memiliki harapan yang sama. Mereka ingin BPJS Kesehatan tetap ada, menjadi jaminan bagi mereka untuk terus bertahan dan menjalani hidup.
“Kami tentunya sangat berharap program BPJS Kesehatan ini jangan sampai hilang. Ini juga pasien cuci darah di ruangan ini, kalau tidak ada BPJS bagaimana kami melanjutkan hidup? Jadi kami memohon kepada Pemerintah, Bapak Presiden, semoga BPJS Kesehatan tetap ada,” terang Rika dengan suara yang penuh harap.
Di akhir perbincangan, Riko menyampaikan harapan yang tulus. Ia berharap keluarganya tidak perlu menggunakan BPJS Kesehatan kendati rutin membayar setiap bulan.
“Kami sekeluarga hanya saya yang menggunakan BPJS Kesehatan, sejak dari poli dulu sampai cuci darah. Janganlah sampai istri dan keluarga saya pakai BPJS, cukup saya yang menggunakan. Tidak masalah kami bayar iuran setiap bulan, tidak perlu mereka gunakan, yang penting sehat-sehat dan selebihnya jadi pahala membantu peserta lain yang sedang sakit,” tutup Riko.
Reporter : Rizal Oloan Nasution