mimbarumum.co.id – Perubahan dan inovasi merupakan keniscayaan bagi setiap lembaga. Dunia yang terus bergerak maju menuntut adanya pembaharuan dalam setiap lini. Dorongan perubahan ini bisa didasarkan kepada tuntutan pengembangan internal maupun ketidakpastian eksternal.
Pandemi merupakan guncangan yang cukup signifikan mendorong banyaknya perubahan. Di dalam proses ini, butuh adanya tindakan transformasional dari seorang pemimpin. Creative destruction merupakan sebuah konsep terobosan yang dilakukan dalam rangka meninggalkan kebiasaan lama yang tidak lagi relevan.
Pemimpin yang mempunyai kapasitas mengelola creative destruction merupakan bagian dari budaya perusahaan. Hal ini akan memunculkan krisis, lalu dengan agilitas yang tinggi kita mampu mereseponsnya dengan creative destruction yang terkelola secara baik. Di era new normal yang merombak banyak “nilai mapan” maupun etos kerja pada umumnya, industri harus banyak berbenah meninggalkan kebiasaan lama untuk dapat bertahan.
Oleh karena itu, Program Studi Magister Manajemen Universitas Pembangunan Panca Budi (UNPAB) menyelenggarakan diskusi ilmiah yang membahas tentang konsep Chief Destruction Officer (CDO) dalam tata kelola sebuah organisasi. Pada acara kali ini menghadirkan Bapak Dr. Yohny Anwar, SH., SE., MH., MM. Selaku Direktur Pascasarjana UNPAB yang memiliki kepakaran dalam bidang manajemen Sumber Daya Manusia (SDM).
Narasumber lainnya yang juga diundang adalah Bapak Faisal Yusra, Ketua Umum Forum Ekselen Bisnis Indonesia sekaligus Presiden Konfederasi SP Migas Indonesia yang telah dianugerahkan berbagai penghargaan dari PT Pertamina dan Satyalencana Kehormatan Wirakarya Presiden RI 2015. Kegiatan ini dilakukan secara online via zoom pada hari Rabu, 16 Februari 2022 dan dihadiri oleh para mahasiswa maupun kalangan praktisi. Pemaparan oleh kedua narasumber diikuti dengan sesi tanya jawab.
Tema ini diangkat juga terkait pentingnya industri untuk melakukan tindakan transformasional yang inovatif agar mampu bertahan dalam pergeseran tren akibat pandemi. Dalam paparannya, Bapak Dr. Yohny Anwar menyebutkan bahwa kepribadian problem solving, teamwork, dan melek teknologi merupakan aspek penting dalam kepemimpinan. Pemimpin yang berpikir transformasional harus tetap memperhatikan kerjasama tim yang kondusif.
Hal ini dikarenakan perubahan tidak bisa hanya dieksekusi oleh satu orang, butuh komitmen dari tim untuk sama – sama membangun perubahan tersebut. CDO bukanlah sebuah jabatan, akan tetapi sebuah mentalitas yang oleh karena itu tidak hanya dimiliki oleh seorang pimpinan.
Mentalitas perubahan yang meninggalkan nilai – nilai yang tidak lagi relevan, yang menuntut kemampuan adaptabilitas yang tinggi terhadap ketidakpastian bisnis. Perubahan yang signifikan tentu akan memunculkan reaksi yang beragam. Reaksi ini dapat berbentuk dukungan maupun penolakan.
Menurut Bapak Faisal Yusra, seorang pemimpin yang bermental CDO haruslah mereka yang inovatif dan berani memperjuangkan idenya. Atasan atau pimpinan yang tidak mendukung menjadi faktor penghambat terbesar dalam melakukan inovasi. Akan tetapi, ada beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengubah penolakan menjadi persetujuan. Pertama, lakukan pendekatan personal kepada mereka yang telah setuju untuk mempertajam argumen. Kedua, jadilah orang yang pertama dan paling menderita atas resiko dari inovasi tersebut.
Dengan demikian, akan memunculkan keyakinan bahwa hal ini merupakan sesuatu yang patut untuk diperjuangkan. Ketiga, carilah informal leader, seseorang yang bukan memiliki kewenangan atas secara hierarki namun memiliki kemampuan mempengaruhi orang banyak. Keempat, tunjukkanlah performa yang telah diapresiasi sebelumnya agar yakin bahwa inovasi ini akan berujung pada hal yang baik. Setelah pemaparan dan sesi tanya jawab berakhir, diskusi Ilmiah ini ditutup dengan sesi foto bersama.
Reporter : Jalaluddin