mimbarumum.co.id – Pengadilan Negeri Medan seperti kehilangan marwah lantaran ruang sidang utama dipakai untuk tempat bernyanyi dan berjoget.
Kemarin, ruang sidang utama Pengadilan Negeri Medan dijadikan tempat bernyanyi dan berjoget dalam rangka HUT Dharmayukti ke-17.
“Sebenarnya tidak salah, tapi kan negatif pandangan pencari keadalin seperti itu. Jadikan namanya pengadilan ini kan harus menjaga marwah itu tadi dan norma-norma,” kata Kordinator Komisi Yudisial Sumut Syah Rijal Munthe saat ditemui mimbarumum.co.id, Rabu (23/10/2019) di kantornya Jalan STM Medan.
Baca Juga : Ruang Sidang Utama PN Medan Jadi Tempat Bernyanyi dan Berjoget
Syah menerangkan, posisi Komisi Yudisial sebagai mitra bersama, mitra kritis pengadilan berfungsi untuk menjaga marwah pengadilan dan hakim.
“Kita pikir bijaklah mereka para pemangku-pemangku kepentingan ketua pengadilan, panitra ketika membuat kegiatan. Kalau bisa kegiatan itu janganlah sampai mengganggu persidangan. Kalau bisa bernyanyi jangan sampai menampilkan tari-traian yang etrotis atau pakaian yang terlalu ini, kita anggap karena nanti mengganggu citra masyarakat,” tegasnya.
Syah berharap oknum Pengadilan Negeri Medan jangan menggelar kegiatan yang mengundang respon negatif pengunjung sidang.
“Kalau bisa kegiatan seperti itu jangan di buat di hari-hari persidangan yang aktif. Hari persidangan yang aktif itu kan senin sampai kamis, sesudah jam kerja
bisalah sore,” ujarnya.
Kordinator KY Sumut ini mengingatkan untuk bersama meminimalisir tudingan negatif masyarkat agar dunia peradilan memiliki citra.
“Jangan nanti dituding masyarakat oh patut lah persidangan di tunda, orang-orang itu joget di sana sini kan gitu. Karena mereka kan citra, kita berharap kalau sudah terlanjur lain kali kedepannya cari hari-hari di luar jam kerja atau di hari yang sunyi persidangan,” sebut Syah Rijal Munthe.
Ia pun menghimbau untuk menjaga citra baik di masyarakat supaya masyarakat tidak hilang harapan.
“Karena kan tugas mereka itu di hormati masyarakat, dengan citra yang baik karena memang yang sulit menjaga citra, mempertahankan citra kalau masyarakat hilang harapan susah juga,” tukasnya mengakhiri. (jep)