Aceh, Mimbar – Massa pendukung Gubernur Aceh non-aktif Irwandi Yusuf yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Aceh Bersatu (KMAB) menuntut pembebasan orang nomor satu di serambi mekkah itu. Hingga pukul 22.00 WIB, massa tesebut masih tetap bertahan di depan Kantor Gubernur Aceh.
Masa KMAB tampak ada yang tidur-tiduran di kawasan perkantoran Gubernur Aceh. Perempuan yang membawa serta anaknya berbaring di lobi lantai satu kantor Gubernur Aceh. Selebihnya ada yang berkumpul di halaman upacara dan di sejumlah titik lainnya.
Ratusan pihak kepolisian juga tampak masih siaga di kantor gubernur. Ada dua mobil watercanon dan barakuda yang disiagakan di kantor Gubernur Aceh. Bahkan Kapolresta Banda Aceh Kombes Pol Trisno Ryanto sempat bertemu dan berbincang-bincang dengan massa.
Massa KMAB masih bertahan di kantor Gubernur Aceh menuntut agar Irwandi Yusuf segera dipulangkan. Selain itu, masa juga meminta Plt Gubernur Aceh untuk bertemu dan berbicara dengan masa terkait dengan penangkapan yang menimpa Irwandi Yusuf.
“Kita tetap berada di sini, menginap di sini (kantor gubernur Aceh), sampai bapak Irwandi Yusuf dipulangkan,” kata Munir, yang mengaku sebagai mantan Panglima GAM wilayah Meureuhom Daya, Kabupaten Aceh Jaya.
Massa datang dari berbagai daerah di Aceh, baik pantai barat, timur dan tengah sejak tadi pagi. Peserta datang menggunakan mobil pribadi dan mobil angkutan umum. Semua mobil angkutan umum tersebut hingga sekarang masih berada di lokasi.
Koordinator Aksi Fahmi Nuzula mengaku datang ke kantor gubernur Aceh melakukan aksi damai agar Irwandi Yusuf segera dipulangkan.”Kami melakukan aksi ini tidak melakukan anarkis, kami ingin Bapak Irwandi Yusuf untuk dikembalikan kepada rakyat Aceh,” kata Fahmi Nuzula.
LUMPUHKAN KANTOR
Sebelumnya, seribuan demonstran yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Aceh Bersatu (KMAB) memadati perkantoran Gubernur Aceh. Peserta aksi mayoritas eks kombatan GAM yang datang perwakilan dari seluruh kabupaten kota meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melepaskan Irwandi Yusuf.
Peserta aksi juga meminta Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah dan Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al Haitar angkat bicara soal kasus yang sedang melilit Gubernur Aceh nonaktif Irwandi Yusuf.
“Pak Plt Gubernur Nova Iriansyah yang ada sekolah tinggi, mohon turun jumpai kami dan bantu pulangkan Irwandi Yusuf kembali ke Aceh untuk memimpin Aceh,” kata seorang orator Munir eks Panglima GAM Wilayah Meureuhom Daya, Kabupaten Aceh Jaya, Selasa (17/7/2018).
Selain itu, Munir juga meminta Wali Nanggroe Aceh tidak hanya diam atas apa yang terjadi di Aceh. Munir menilai, KPK telah melakukan kriminalisasi terhadap pemimpin Aceh yang peduli terhadap nasib rakyat Aceh. Khususnya anak yatim dan janda-janda korban konflik dulu.
Kata Munir, Wali Nanggroe Aceh selaku orang yang dituakan harus bertanggung jawab apa yang terjadi di Aceh saat ini. Hinga saat ini, sebutnya, rakyat Aceh belum mendengar sikap dan pernyataan Wali Nanggroe terkait dengan ditangkapnya Irwandi Yusuf.
Sementara itu seorang orator lainnya yang mengaku mantan juru bicara GAM Australia, Sufaini Usman Syekhy meminta KPK untuk tidak mengusik perdamaian Aceh. Perdamaian Aceh dibangun antar dua bangsa, yaitu Indonesia dan Aceh.
“Persoalan Aceh belum selesai, harus ada pembinaan. Maka jangan coba-coba dulu usik perdamaian Aceh, termasuk KPK tidak boleh semena-mena di Aceh,” ungap Sufaini Usman Syekhy dalam orasinya.
Syekhy, sapaan akrapnya menyebutkan, bila ini tidak diindahkan jangan salahkan rakyat Aceh bila akan ada gelombang massa yang lebih besar untuk melakukan aksi.”Kalau keadilan tidak disikapi, jangan salahkan ada gerakan tegas dari masyarakat. Saya minta Kapolda, Panglima Kodam dan Plt Gubernur Aceh segera sikapi sebelum terjadi hal yang tak kita inginkan,” pintanya.
Ia juga mengancam bila dalam jangka waktu dekat KPK tidak memulangkan Irwandi Yusuf ke Aceh, pihaknya akan melumpuhkan perkantoran pemerintah Aceh.”Kalau tidak dipulangkan segera, jangan salahkan kami nanti akan kami kuasai semua perkantoran pemerintah,” ungkapnya.
Peserta aksi hingga saat ini masih berlangsung di kantor Gubernur Aceh. Ada ribuan peserta masih tetap bertahan. Mereka datang dari berbagai kabupaten/kota dengan menggunakan mobil pribadi dan mobil angkutan umum. (mc)