Pencari Barang Bekas, Hidup Diantara Puing-puing

Berita Terkait

- Advertisement -
  • Potret Kemiskinan Warga Kota Medan (11)

mimbarumum.co.id – Selasa, 11 Oktober 2022, tengah hari. Lili Silalahi, janda 35 tahun, ditemani anak laki-lakinya, Jovan Nainggolan yang masih berumur empat tahun, duduk di sebelah parit, di Jalan Kangkung, Petisah Hulu, Medan-Petisah, Kota Medan. Lokasinya tepat berada di seberang Cassano Coffee, sembari membersihkan kabel-kabel bekas untuk diambil tembaganya.

Ditinggal pergi oleh suaminya entah kemana, Lili yang hampir lima tahun menjanda setelah berpisah, harus berjuang membesarkan anak semata wayangnya dengan mencari barang-barang bekas (istilah Medan: botot; istilah lain: pemulung). Penghasilannya rata-rata cuma Rp20 ribu per hari, ya…, hanya cukup untuk makan sehari.

Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik, Maret 2021, standar biaya hidup di Kota Medan sebesar Rp1.788.156 per orang per bulan. Jadi, bila dibandingkan dengan penghasilan Lili per hari, maka dalam sebulan ia hanya mendapatkan kurang lebih Rp600 ribu, atau 33,5% dari standar.

Bila disandingkan dengan defenisi “miskin,” yang bermakna seseorang tidak memiliki penghasilan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya (pangan, papan, sandang), maka Lili masuk dalam kategori sangat miskin.

- Advertisement -

Saat ditemui Koran MimbarUmum, Lili yang berpostur tubuh kurus, memakai daster cokelat dan kalung salib, rela berpanas-panas sambil menunggu pakaiannya yang dia jemur, kering, di bekas rumah yang sudah hancur.

Ia penduduk kota Medan. Tetapi tidak memiliki tempat tinggal. Ia hanya menumpang hidup di rumah temannya yang lapang hati di Jalan Nibung Raya, Medan-Petisah, sekitar 2 km dari tempatnya mengais sampah.

Ia membawa sebuah karung putih penampung barang-barang bekas temuannya, dan juga membawa ember bekas cat penyimpan pakaian yang habis dia cuci.

Setiap hari ia Lili berjalan kaki, bersama putera kecilnya, dari rumah ke rumah guna mengais barang-barang bekas buangan warga.
Dalam perjalanan Lili juga terkadang mendapat santunan tanda kasih berupa uang dan beras dari pengendara yang sedang berpapasan dengannya.

Ketika hari sudah sore, Lili pun menjual botot yang dia kumpulkan ke pedagang pengumpul yang juga sering memberikannya parcel makanan. Selain memulung, terkadang ia juga membantu tetangganya membersihkan rumah atau mencuci pakaian.

Bantuan pemerintah? Oh, dari Dinas Sosial maupun langsung dari Pemerintah Kota Medan, Lili belum pernah mendapatkannya dalam bentuk apa pun.

Padahal, dari segi sosial dan ekonomi, dengan kondisi Lili yang sudah menjanda, sebenarnya sudah lebih dari patut ia mendapatkan perhatian dari pemerintah, bila pemerintah masih punya hati dan empati.

Lili berharap, kisah hidup, dan orang-orang kurang beruntung sepertinya, didengar dan mendapat perhatian dari pemerintah Kota Medan yang kini dipimpin Walikota Bobby Nasution, guna meringankan beban hidup yang dia tanggung sebagai ibu rumah tangga sekaligus tulang punggung keluarganya.

Reporter : Deo

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Berita Pilihan

Fraksi PAN DPRD Kota Medan Soroti Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat

mimbarumum.co.id - Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) DPRD Medan menyoroti peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Hal ini terkait dengan anggaran...