- Potret Kemiskinan Warga Kota Medan (6)
mimbarumum.co.id – Usianya kini sudah sepuh, sudah 74 tahun. Tetapi, karena tuntutan ekonomi, ia masih tetap bekerja. Bantuan pemerintah, tak mampu memenuhi segala kebutuhannya.
Zainal Abidin Tanjung, namanya. Bekerja sebagai penarik becak dayung sejak tahun 1965. Kakek yang tinggal Jalan Kapten Muslim, Sei Sikambing, Medan, ini tampak menunggu penumpang di pelataran ruko persimpangan Jalan Malaka – Jalan Thamrin.
Kepada MimbarUmum, dia bercerita, saban hari ia pergi bekerja jam 8 pagi, dan baru kembali ke rumah jam 6 petang. Penghasilan yang diperolehnya pun hanya cukup untuk makan saja. Tak lebih. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Diantaranya, mewabahnya ojek-ojek online di ibukota Sumatera Utara ini.
“Kalau penghasilan tidak menentu. Seperti semalam, cuma dapat Rp30 ribu saja. Ya, cukup untuk beli makan,” akunya.
Zainal juga tak menampik kalau dirinya terdaftar sebagai penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp 600 per 3 bulan. Ia juga dapat bantuan subsidi Rp300 ribu. Tapi, apakah cukup? Tidak.
“Zaman sekarang itu sulit, semua serba mahal. Walaupun sudah dapat bantuan, tetapi dengan harga kebutuhan hidup yang semakin hari semakin mahal, bantuan tersebut tidaklah cukup,” kata Zainal.
Sebagai warga Kota Medan, Zainal mengaku senang melihat pimpinan kota, yang tak lain Wali Kota Medan Bobby Nasution, kerap membagi-bagikan sembako kepada warga miskin. Tapi sayang, dia selalu luput dari bantuan tersebut.
Nah, di usia yang sudah sepuh tersebut, Zainal pun berharap mendapat perhatian lebih dari Pemko Medan, agar bisa menjalani hari tuanya dengan lebih baik. Sebab, ia mengaku, tubuhnya tidak sekuat dulu untuk menarik becak dayung.
Reporter : Deo