- Potret Kemiskinan Warga Kota Medan (5)
SEORANG warga Kota Medan, mengisahkan hidup nestapa keluarganya karena dihimpit kemiskinan. Meski mengajukan kepada pemerintah pimpinan Walikota Bobby Nasution untuk memperoleh bantuan, yang kini bertabur dengan jenisnya beragam, tetapi tak pernah beruntung untuk mendapatkannya.
Dia, Fatimah. Ibu tiga anak ini tidak menyerah begitu saja. Ia juga tidak pernah protes karena selalu luput dari bantuan pemerintah. Ia terus berjuang. Saat ditemui awak Koran MimbarUmum, ia lagi membuat sarang ketupat sembari menunggu pembeli di emperan ruko Pasar Sukarame.
Wanita 51 tahun ini sudah berjualan seperti itu, delapan tahun, demi memenuhi kebutuhan rumah dan biaya sekolah anak nomor 3-nya yang sekarang duduk di bangku SMK kelas 3 Tamsis (Taman Siswa).
Fatimah sabar. warga Jalan Denai Gang Buntu, Sukarame, Kota Medan ini hanya berdoa agar Allah menganugerahkan pemerintahan baru ke depan, yang lebih ramah kepada orang-orang miskin dan terpinggirkan.
Suaminya, bekerja kebun di Sidikalang, Dairi. Sang suami memberi kiriman uang sebesar Rp400 ribu, hanya cukup untuk kebutuhan jajan sekolah anaknya.
Sementara, ia harus membayar kontrakan rumah sebesar Rp500 ribu per bulan, serta membayar air dan lampu Rp300 ribu. Dalam satu bulan Fatimah mengeluarkan Rp800 ribu, hanya untuk kebutuhan rumah, air dan listrik. Dari hasil berjualan sarang ketupat, penghasilannya tak lebih dari Rp100 ribu sehari.
Kepada Koran MimbarUmum, Fatimah pun mengaku tidak pernah mendapat bantuan apa pun dari pemerintah. Padahal, dia sudah berulangkali mengurus ke pemerintah setempat. Ia hanya (pernah) mendapat bantuan dari Anggota DPR RI Fraksi PDIP, dokter Sofyan Tan. Bantuan untuk pendidikan anaknya sebesar Rp1 juta, dan tentu hanya dipakai untuk membayar kebutuhan sekolah sang anak.
Sementara anak pertama dan kedua Fatimah, sudah bekerja, namun penghasilan sang anak juga pas-pasan untuk membayar cicilan sepeda motor yang mereka pakai untuk berangkat kerja.
“Saya sudah capek bolak balik mengurus bantuan dari pemerintah, tapi tidak pernah juga mendapat bantuan apa pun. Ya, kalau orang seperti saya (maksudnya: miskin karena penghasilannya tak cukup untuk membiayai kebutuhan hidup dasar yang layak), tidak layak dapat bantuan, terus bantuan itu diberi kepada siapa? Atau, memilih membantu yang bukan warga Kota Medan,” katanya, menyoal.
Reporter : Deo