mimbarumum.co.id – Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah, KH Dr Masyhuril Khamis menyatakan, pemerintah perlu menyampaikan protes kepada Kedutaan Besar Swedia di Indonesia atas pembakaran Alquran yang dilakukan oleh politisi Swedia Rasmus Paludan pada Sabtu (21/1).
“Saya harap pemerintah bisa melakukan protes juga ke Kedutaan, atau ke PBB. Kami berharap upaya itu dilakukan. Sikap keberpihakan terhadap mayoritas umat Islam di negeri ini yang pasti tersinggung, harus juga ditunjukkan melalui menteri luar negeri misalnya,” kata KH Dr Masyhuril Khamis, Senin (23/1).
Selain itu, menurut Kiai Masyhuril, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan organisasi Islam dunia juga seharusnya bersuara ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Kenapa umat Islam yang terus disudutkan dengan cara-cara begini. Jumlah umat Islam itu tidak banyak di dunia, tetapi kok dianggap sebagai yang sangat radikal, padahal umat Islam itu sangat indah,” ungkapnya.
Kiai Masyhuril juga berpandangan, pembakaran Alquran oleh politisi Swedia menunjukkan bahwa sasaran dakwah harus diperluas, tidak hanya di Asia tetapi sampai Eropa. Para dai perlu menguasai bahasa internasional agar bisa berdakwah di Eropa.
“Untuk Ramadhan nanti, kami banyak menerima permintaan untuk menjadi dai dan imam di luar negeri, khususnya bagi anak-anak kita yang bisa bahasa Inggris. Maka ini menjadi tantangan bagi umat Islam, khususnya kita di Indonesia, bahwa Ramadhan tahun ini harus dimanfaatkan untuk berdakwah ke luar negeri,” ucapnya.
“Kita kirim ke sana, kalau perlu anak-anak kita itu tidak usah pulang, tetapi mereka justru berdakwah khususnya di Eropa. Ketika Alquran dibakar, justru Alquran harus membakar lagi di hati anak-anak kita,” kata dia menekankan.
Pembakaran Alquran dilakukan oleh seorang pemimpin partai politik sayap kanan Denmark, Hard Line (Suram Kurs). Rasmus Paludan, yang juga berkewarganegaraan Swedia sebelumnya pernah menggelar sejumlah aksi demonstrasi dengan membakar Alquran.
Pada April tahun lalu, pengumuman Paludan tentang “tur” pembakaran Alquran selama bulan suci Ramadhan memicu kerusuhan di seluruh Swedia. Dikelilingi oleh polisi, Paludan membakar kitab suci dengan korek api menyusul cacian panjang hampir satu jam.
Dia menyerang Islam dan imigrasi di Swedia. Sekitar 100 orang berkumpul di dekatnya untuk demonstrasi tandingan dengan damai. “Jika Anda tidak berpikir harus ada kebebasan berekspresi, Anda harus tinggal di tempat lain,” katanya saat itu.
Sumber : republika.com