mimbarumum.co.id – Pernahkan Anda melintas bahkan singgah ke Pasar Bengkel Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai? Meski namnya pasar bengkel bukan berarti menjual spare part kendaraan, tetapi ini adalah pasar oleh-oleh khas daerah setempat.
Lokasi itu kerap menjadi pemicu macetnya arus lalulintas karena banyaknya kendaraan, baik bus maupun minibus yang parkir di sisi kiri dan kanan jalannya. Jika sudah macet, maka kita harus rela masa tempuh kita ke daerah tujuan molor antar 1 sampai 2 jam bahkan lebih.
Setiap bus antar kota maupun antar propinsi seakan “mewajibkan” diri singgah ke pasar itu. Begitupula dengan kendaraan lain yang melintas. Rasanya belum pernah melintas ke Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara kalau belum membeli dodol khas daerah itu.
Selain dodol aneka rasa, aneka makanan cemilan lain juga memenuhi rak pajang kios-kios yang ada di sepanjang jalan itu. Mulai dari keripik pisang, keripik ubi, rengginang, opak, kerupuk hingga aneka roti.
Kios-kios yang tertata rapi itu tak hanya menyediakan aneka makanan dan minuman tetapi juga menjajakan aneka kerajinan tangan penduduk setempat. Ada tikar, sapu ijuk dan sapu lidi, penutup makanan hingga peralatan rumah tangga berbahan dasar alami.
Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai memangserius mengelola pasar itu sehingga keberadaannya tetap lestari dan telah menjadi ikon kabupaten tersebut. Para pelaku usaha mikro, kecil dan menengahnya kerap mendapatkan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas produk agar tetap bisa diterima masyarakat luas.
Tetapi kini, kita tidak akan menemukan lagi banyaknya bus-bus atau minibus yang parkir di sepanjang pinggiran jalan itu. Para pengendara itu ternyata lebih memilih melintas melalui jalan tol yang sudah diresmikan pengunaannya beberapa waktu lalu.
“Omset kami turun 80 persen sejak tol itu beroperasi,” kata Rita, salah satu pengusaha dodol di Pasar Bengkel itu. Beruntung ia masih bisa mempertahankan usahanya karena barang dagangannya tidak hanya mengandalkan penjualan di pasar oleh-oleh tersebut.
Pantauan Mimbar, toko-toko di pasar itu terlihat sepi. Nyaris tidak ada pengendara yang singgah untuk sekadar membeli oleh-oleh, selain hanya beberapa saja.
Banyak diantara pemilik toko juga lebih sering menutup usahanya, kecuali pada hari-hari libur atau akhir pekan. Mereka berharap masih ada pengendara yang melintas dan singgah di pusat penjualan oleh-oleh khas Sergai itu.
Menanggapi hal ini, Cahyo Pramono selaku Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) mengatakan fenomena itu sebelumnya juga sudah terjadi di pulau Jawa. Banyak UKM yang terdampak karena pembangunan jalan tol.
“Sekarang kondisinya di Sumut. Sebelumnya itu juga dialami di Jawa beberapa waktu yang lalu. Beberapa yang akhirnya yang tidak dilewati karena jalan tol, usahanya tutup,” kata Cahyo.
Menyelamatkan keberadaan usaha kecil itu, katanya maka keberadaan pedagang di pasar bengkel itu harus dipindah.”Jadi perlu ada rest area. Pasar bengkel harus pindah jalur. Setidaknya mengubah tempat dan lokasi menjadi penting,” sarannya
Melakukan itu, kata Cahyo, peran dan dorongan pemerintah sangat penting. (Mahbubah)