mimbarumum.co.id – Raut sedih di wajah penghuni rumah di Jalan Tangkul I Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan, Sumatera Utara itu masih sangat kentara.
Meski peristiwa pedih yang dialami Efendi Silalahi (56) dan isterinya Romanti br. Limbong (55) telah berlalu sejak sepekan lalu. Pasangan suami istri itu kehilangan anak lelakinya, Joni Pernando Silalahi (30) yang tewas dihakimi massa di lingkungan Kampus Unimed, Medan karena disangka sebagai pencuri helm.
Di tengah rasa duka, awak mimbarumum.co.id diperkenankan mewawancarai keluarga itu, Rabu (27/2/19). Hadir juga di situ, istri almarhum Friska Purnama Sari br Silaban (26).
Ayah korban menuturkan, anaknya itu (Joni Fernando Silalahi) sebenarnya tewas bukan saat berada dalam perjalanan ke rumah sakit, tetapi sudah tidak bernyawa saat masih berada di dalam Pos Satpam kampus tersebut.
Dikisahkan Efendi, pada Selasa (19/2/19) sekira pukul 18.30 WIB ia mendapat kabar dari kerabatnya bahwa anaknya diamankan di Pos Satpam Kampus Unimed karena diduga melakukan pencurian.
“Saya, anak dan menantu langsung datang ke Kampus Unimed guna menemui almarhum. Namun pihak satpam tak mengizinkannya,” beber pria ini.
Saat itu, katanya, tak satupun ada polisi yang berada di lokasi itu, sehingga menantunya mendatangi petugas kepolisian di Mapolsek Percut Seituan guna melaporkan hal itu.
Pihak kepolisian, kata Silalahi menirukan ucapan menantunya, pada saat itu belum menerima laporan dari pihak Kampus Unimed perihal adanya peristiwa pencurian di kampus tersebut.
“Akhirnya petugas bersama menantu saya menuju ke kampus,” kata Efendi.
Setibanya polisi di lokasi, sambungnya, Efendi akhirnya diperbolehkan masuk ke dalam lingkungan kampus dan menuju ke Pos Satpam, dimana anaknya ditahan.
Namun pemandangan yang dilihat Efendi sungguh tak lazim, ia melihat kondisi Joni dan temannya, Steven Sihombing (21) sangat memprihatinkan.
Kedua tangan Joni, katanya diborgol ke belakang dan rahangnya retak serta bersimbah darah. Sedangkan kedua tangan Steven tidak diborgol, namun kedua pergelangan tangannya patah.
“Saya perhatikan saat itu anak saya sudah tak bernyawa lagi. Sementara Steven terlihat masih bernafas,” ucpnya dengan nada sedih.
Efendi Silalahi mengatakan, saat itu tiba-tiba pandangannya menjadi gelap dan tak kuasa menahan tangis begtu melihat kondisi anak lelakinya.
“Selanjutnya polisi membawa kedua korban ke RS Haji. Di rumah sakit sejumlah dokter mengatakan jika Joni telah tewas sebelum tiba di rumah sakit,” ujar Efendi lagi.
Lanjut ayah 7 anak itu, tak jauh dari almarhum terlihat sejumlah dokter masih sedang memberikan pertolongan tehadap Steven. Namun nyawa Steven tak tertolong lagi. Kedua korban kemudian dievakuasi ke RS Bhayangkara Medan untuk diotopsi.
“Rabu (20/2/2019) siang jenazah anak kami tiba di rumah untuk disemayamkan. Kamis (21/2) sore Joni dimakamkan di kawasan Helvetia,” paparnya.
Keesokan harinya, keluarga ini mendapat kabar jika sejumlah oknum satpam yang turut menganiaya anaknya telah ditangkap, dan 7 pelaku lainnya masih dalam pengejaran.
Dikatakan Efendi, tepat sepekan pasca tewasnya korban, tujuh pelaku lagi hingga kini belum tertangkap. Menurut informasi, seorang pelaku oknum aparatur sipil negara (ASN) di Unimed.
Efendi mengaku seperti ada kejanggalan, mengapa tujuh pelaku lagi belum tertangkap juga. Ia sangat berharap pelaku lainnya itu segera ditangkap dan dihukum seberat-beratnya. (dd)