mimbarumum.co.id – Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang bekerja sama dengan Progam Studi Seni Pertunjukan (Universitas Negeri Medan (UNIMED) menggelar sebuah Opera Minangkabau yang berjudul Malin Nan Kondang, Rabu (30/3/22) di Auditorium UNIMED.
Perlu diketahui, cerita Malin Nan Kondang jauh berbeda dengan cerita Malin Kundang yang selama ini masyarakat ketahui. Singkatnya, Malin Nan Kondang bercerita tentang perjuangan cinta Malin terhadap Nilam serta pertentangan antara Malin dengan ibunya yang berkarakter materialistik dan feodal.
Pergelaran yang berjalan sukses tersebut dibuka dengan Tari Persembahan Melayu oleh Progam Studi Seni Pertunjukan UNIMED dan dimeriahkan oleh nyanyian Rektor UNIMED.
Tanggapan Rektor
Rektor UNIMED, Dr. Syamsul Gultom, S.KM M.kes mengungkapkan rasa terima kasih dan apresiasi terhadap Progam Studi Seni Pertunjukan UNIMED dan ISI Padangpanjang.
“UNIMED akan mendukung visi yaitu unggul dalam bidang pendidikan, rekayasa industri, dan kebudayaan,” ucapnya.
Ia mengatakan bahwa kegiatan pergelaran tersebut akan membuat orang menjadi kreatif dan inovatif.
“Kita akan lebih kreatif dan inovatif untuk berkolaborasi lintas perguruan tinggi. Semoga kerja sama UNIMED dengan ISI Padangpanjang bisa bersinergi dan bisa ditingkatkan lagi dibidang yang lain,” tuturnya.
Di luar Ekspektasi
Penggarap dan penulis naskah Malin Nan Kondang, Edy Suisno mengatakan penonton yang hadir sangat banyak dan di luar ekspetasinya.
“Saya terharu atas apresiasi kampus-kampus dan anak sekolah di Sumut. Ini adalah apresiasi yang menurut saya paling banyak sejak tour kami dari China, Jepang, dan Pekanbaru,” katanya.
Penggiat penulisan lakon tersebut juga mengungkapkan bahwa cerita Malin Nan Kondang dimulai dari gagasan Rektor ISI Padangpanjang, Prof. Dr. H. Novesar Jamarun, MS.
“Tafsiran cerita ini untuk mengubah mindset publik tentang tokoh Malin Kundang. Tafsiran kami (peneliti), melihat apakah kesalahan seorang anak tidak bisa dilibatkan oleh kegagalan kesalahan orang tua,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan cerita Malin Nan Kondang tetap mengenai pertentangan Malin dan Ibunya, namun hanya dibedakan permasalahannya.
“Malin memberontak terhadap karakter materialistik dan sikap feodal ibunya terimbas kesuksesan Malin termasuk dalam memilih jodoh dan pasangan,” tururnya.
Reporter : Zaim Dzaky