mimbarumum.co.id – Meski saat ini sedang marak informasi tentang Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan qurban, namun Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Binjai menghimbau masyarakat muslim untuk tetap meningkatkan semangat ibadah qurban.
Pasalnya, dengan berqurban memiliki nilai ibadah yang tinggi, baik bagi individu maupun kemasyarakatan.
Hal itu disampaikan oleh Ketua MUI Kota Binjai Dr HM Jamil MA, saat dikonfirmasi awak media, Senin (20/6/2022). Menurutnya, secara individu qurban merupakan wujud ketaatan dan ketakwaan seorang hamba kepada Allah, karena perintah qurban tersebut berdasarkan Al-quran dan Sunnah.
Hal ini juga dijelaskan dalam Surat Al-Kautsar yang berbunyi, “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah”.
“Dalam surat al-Kautsar, Allah SWT memerintahkan manusia untuk sholat dan berqurban sebagai bentuk mensyukuri nikmat Allah. Dengan berqurban, kita dapat berbagi kebahagiaan lebih banyak. Sebab daging qurban tidak dinikmati sendiri, melainkan kepada seluruh umat muslim,” ujar HM Jamil.
Lebih lanjut dikatakan Dr HM Jamil, dalam berqurban haruslah memberikan qurban yang terbaik. ” Salahsatunya kriteria hewan yang layak qurban adalah cukup umur, matanya tidak buta, tidak cacat, tidak berpenyakit, dan hewan tidak sedang hamil/menyusui,” ungkapnya.
Ketua MUI Binjai juga menuturkan bahwa Ibadah qurban ini juga memberikan pelajaran dan pendidikan bahwa setiap manusia dalam kehidupannya harus memberikan yang terbaik, baik itu dengan tenaga maupun hartanya.
“Dengan memberikan pengorbanan dan perjuangan sekaligus juga mengikis sifat dan penyakit penyakit hewani dalam diri manusia,” tutur Ketua MUI Binjai sembari mengajak umat muslim untuk melaksanakan qurban bagi yang mampu sesuai panduan yang telah ditetapkan.
Terpisah, Kabid Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kota Binjai drh. Zefri mengatakan, PMK atau yang dikenal juga sebagai Penyakit Mulut dan Kuku, disebabkan oleh virus Aphtaee Epizootecae.A
“Jenis hewan yang terserang penyakit PMK adalah Sapi, Kerbau, Domba, Rusa, Babi, Unta, dan secara percobaan virus PMK menginveksi Kelinci Marmut Hamster dan Tikus,” ujarnya.
Zefri juga menjelaskan bahwa PMK tidak menular kepada manusia “Jadi manusia tidak masuk dalam kategori Zoonosis ( penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia) dan daging ternak yang terkena PMK dapat dikonsumsi,” jelasnya.
Sebagai Kabid Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kota Binjai, Zefri menambahkan bahwa ciri ciri gejala hewan ternak yang terjangkit virus PMK adalah demam tinggi, pembengkakan, air liur yang berlebihan, adanya lepuh dan erosi sekitar mulut, lidah, gusi, kulit sekitar kuku dan puting kambing.
“PMK merupakan penyakit yang sangat menular kepada hewan ternak dimana dalam satu kandang bisa terjangkit, tetapi tingkat kesembuhannya tinggi, mencapai 100 persen apabila ditangani dengan cepat dan tepat,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi penularan virus PMK adalah jika ada hewan ternak yang demam tinggi, agar segera melaporkannya ke dokter hewan atau dapat menghubungi petugas Puskeswan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Binjai, Vaksinasi, Pengawasan Lalu Lintas ternak, upaya pencegahan agar kuman penyakit tidak masuk ke kandang (Bioscurity) pada kandang hewan sakit dipisahkan dan jangan dijual, tidak memotong hewan sakit, menjaga kebersihan kandang, alat dan orang yang menangani hewan.
“Petugas hanya bisa mengunjungi ternak yang melaporkan ternaknya sakit dan tidak dianjurkan mengunjungi atau mensurvey yang kandangnya masih sehat, karena petugas dapat menjadi pembawa virus dari kandang ke kandang,” beber drh Zefri, sembari mengatakan bahwa di Kota Binjai sendiri tercatat ada 28 ekor yang diduga terjangkit virus PMK.
Sementara itu, Salah satu peternak Sapi qurban yang di Kota Binjai, Efendy Ibrahim, mengatakan, telah melakukan sejumlah langkah pencegahan agar hewan ternak di peternakan Tabebuya yang dikelolanya, aman dan bebas dari wabah. Hal ini menurutnya merupakan bentuk antisipasi munculnya Wabah PMK pada hewan ternak yang terjadi beberapa bulan belakangan ini.
“Kriteria hewan ternak untuk qurban sangat berkaitan erat dengan tujuan qurban itu sendiri, yaitu memberikan yang terbaik. Hewan qurban yang sehat dan tidak cacat sesuai syar’i menjadi prioritas utama kita dalam menyajikan hewan dalam menyambut hari raya Idul Adha tahun ini. Sedangkan antisipasi yang kita lakukan sesuai arahan Pemerintah untuk melakukan pencegahan, pengawasan dan pengendalian untuk memberikan proteksi kepada hewan ternak,” ujar Efendy Ibrahim saat ditemui di peternakan Tabebuya, di Jalan Rukam No. 9, Kecamatan Binjai Barat, Senin (20/6).
Selain itu, pria yang akrab disapa Fendi juga menegaskan, kandang sapi qurban dipeternakannya selalu rutin dibersihkan bersamaan dengan hewannya. “Semua ini bentuk komitmen kita untuk menjaga kualitas hewan qurban,” imbuh Fendi.
Aspek penting lain yang perlu diperhatikan supaya peternak dapat menghasilkan hewan ternak qurban yang baik menurutnya adalah penampungan hewan qurban yang layak. Penampungan hewan qurban juga harus memperhatikan kesejahteraan hewan, seperti tempat yang nyaman bagi ternak istirahat, terhindar dari terik matahari dan terlindungi dari air hujan, juga memastikan ketersediaan pakan dan air minum yang selalu cukup bagi hewan ternak.
“Alhamdulillah, hingga saat ini tidak ada sapi qurban kita yang terjangkit virus PMK, selain adanya pengawasan dan perawatan secara rutin oleh tim ahli kesehatan hewan, kita disini juga selalu menerapkan protokol kesehatan bagi siapa saja yang berkunjung dan kita juga menyiapkan CCTV untuk memudahkan dalam memantau hewan qurban itu sendiri,” ungkapnya.
Sedangkan untuk hewan ternak yang berada di alam liar, sambung Fendi, hal menurutnya berpotensi lebih rentan terkena penyakit dikarenakan tempat yang tidak nyaman dan pemberian pakan yang kurang rutin.
Untuk itu, tutur Fendi, dalam rangka memudahkan para donatur dan dermawan yang ingin menunaikan ibadah qurban, perternakan Tabebuya siap membantu pequrban menyalurkan hewan qurbannya ke masyarakat yang membutuhkan sesuai syar’i hewan qurban itu sendiri.
“Jadi warga tidak perlu susah susah bolak balik ke kandang, ini kita lakukan guna sekaligus bisa menghindari penyebaran virus dari luar. Hal ini salah satu tujuannya adalah bentuk antisipasi dan memutus rantai penyebaran virus PMK,” demikian kata Efendy Ibrahim.
Reporter : Burhan S